.
.
.
Hari-hari sudah berlalu. Kini keduanya kompak membuat seisi kampus keheranan. Bagaimana tidak? Mereka datang bersama, tapi menggunakan tema style yang hampir tidak pernah dipakai oleh pribadi masing-masing.
Sanya yang menjadi feminim, dan Sano yang jadi manly.
Yah, walaupun kelakuan tidak sebegitu cepatnya berubah. Mereka hanya berubah ketika berpapasan dengan Satya Cs.
Kiranya, mereka mulai benar-benar berubah setelah tiga tahun kemudian. Sekarang sudah semester lima. Keduanya kini sedang menikmati waktu sore di kafe outdoor. Membicarakan rencana masa depan setelah mendapat gelar sarjana.
"Kamu mau kemana abis wisuda?" tanya Sano setelah menghabiskan setengah cup kecil es chocolate nya.
"Kerja." Sanya menjawab dengan singkat. Sano mendengus.
"Iya secara detail dong jawabnya..."
Sanya tertawa kecil. "Paling, kalo gak jadi pelukis atau kritikus seni lukis ya, paling guru seni-budaya," jawab Sanya tidak yakin. Dia sendiri masih bingung mau kerja apa. Dia menginginkan pekerjaan yang benar-benar terlihat seperti bekerja, tapi dia masuk jurusan seni.
Salah server kamu.
"Gatau sih ya kerjanya apa. Tapi yang pasti, semua prospek kerja yang bisa dimasukin sama sarjana seni rupa murni kayak gue, bakalan gue lamar semua. Yaampun, udah hampir semester akhir aja masa depan gue masih gajelas..." Sanya meratapi nasibnya diakhir kalimatnya. Kedua tangannya memegangi pelipisnya.
Lalu dia menurunkan tangannya dan menatap wajah Sano secara penuh, membuat Sano sedikit salting. "Kalo lo? Gimana?"
"Hmm, kayaknya aku kuliah lagi deh. Diluar negeri. Hmm, tapi belum pasti juga sih." Sano menirukan ekspresi frustasinya Sanya.
Sanya tertawa. "Halah, gak usah bohong lo. Gue tau masa depan lo udah tertata semenjak lo jadi maba. Makanya pas jaman pacaran ama Satya lo rada berantakan kuliahnya. Itu pasti karena lo gak masukin pacaran ke rencana masa kuliah lo."
Ya, tebakan Sanya sepenuhnya benar. Aduh, Sano jadi malu. "Ya kan biar kamu frustasinya gak sendirian. Ada aku yang nemenin..." Sano sedikit merengut sedih.
"Cup cup cup, gue nggak sefrustasi itu kok. Paling kalo gak bisa masuk semua, gue mau jadi guru seni budaya atau buka kursus melukis."
Sano manggut-manggut. "Oke, semangat Sanya!" Tangannya dia kepalkan dan dengan senyuman saat mengucapkan kalimat barusan.
***
Halo, selamat pagi. Maaf ya, update jam segini, bukannya mau ngajak kalian begadang, cuma, akhir* ini aku susah tidur.
Udah nyoba ngehalu, tp kok gak bisa. Wudhu, berdoa juga ttp gak bisa.
Yang gak kusuka dari begadang adalah, aku gak bisa bangun sholat shubuh. Alhasil, aku ninggalin sholat. Astaghfirullah
Tutor dong, manteman.
Aku orangnya biasanya pelor, nah ini malah susah tidur, makanya bingungSehat dan bahagia selalu ya kalian
Dadah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirāthâl Mustaqīm || Kim Sunoo
Ficção Geral"Oh, lo pengen jadi lurus lagi? Tenang aja, lo bertemu dengan orang yang tepat. Gue bakal tuntun lo biar balik ke Shiratal Mustaqim!" "Shiratal Mustaqim tuh apa?" "Jalan yang lurus :D" *** Tentang Sano Niskala. Cowok yang ingin keluar dari kehidupan...