Chapter 10: Incident

24 9 0
                                    

Reatha harus menutup Coffee shop nya lebih cepat dari biasanya. Ia harus memberikan kesaksian pada pihak Kepolisian, seperti yang telah Jares katakan siang tadi. Kavian tentunya ikut serta, karena ia adalah seorang Pengacara yang bertugas untuk membela klien nya nanti. Ruby dan Jayden dititipkan oleh Reatha pada Aza, ia mempercayakan kedua buah hatinya dan Aza mempercayai Kavian untuk menjaga Reatha sementara waktu.

Kavian menunggu di depan ruangan tempat Reatha berada di dalamnya dengan beberapa polisi dan kamera untuk merekam kesaksian Reatha, Kavian tidak diperbolehkan masuk. Jadi ia menunggu diluar, duduk di kursi yang telah disediakan sambil mengirimi pesan ke Aza yang menanyakan tentang Reatha.

Sedangkan di dalam ruangan..

Dua polisi berada di ruang rekaman dan satu polisi yang bertugas untuk mengajukan pertanyaan pada Reatha, yang tak lain adalah Jares. Pria itu merilekskan diri, ia mencoba untuk santai supaya tidak terlalu garang di hadapan seorang wanita.

"Nona Reatha Faraditha, apa yang Anda ketahui tentang pekerjaan tersangka?" tanya Jares.

"Yang aku tahu, dia memiliki perusahaan percetakan dan memiliki banyak cabang. Aku tidak tahu pasti dimana cabang nya berada, aku hanya tahu satu, ada di dekat Museum utama." jawab Reatha, ia fokus menatap Jares, tidak merasa gugup sama sekali, ia memberikan kesaksian dengan jujur, jadi untuk apa Reatha merasa takut?

"Berapa tahun Anda sudah menikah dengan nya? Adakah dia memberikan atau menceritakan tentang perusahaannya?" dua pertanyaan yang diajukan oleh Jares, ia akan mempercepat proses kesaksian ini, mengingat Reatha memiliki dua anak yang pastinya tidak bisa ditinggal, ia tak sengaja melihat di Coffee shop.

"Kami menikah sudah lima tahun, aku dan dia tidak pernah cerita apapun setelah anak kedua ku berumur 4 bulan dan dia juga tidak mau menjawab, jika aku menanyakan tentang perusahaannya. Dia bilang itu urusannya, aku hanya perlu di rumah sambil mengurus anak-anak" Reatha menjelaskan panjang lebar, Jares mengangguk paham.

"Setelah nya, apakah Anda pernah melihat kecurigaan tentang tersangka mengenai perusahaan?"

"Tidak ada, sudah tiga tahun aku dan dia tidak memiliki hubungan yang baik. Huh aku benci membahas ini, Anda salah bertanya Pak Jares, coba panggil selingkuhannya. Namanya Olea, dia selalu ada di Rumah itu setiap saat, jika Anda tidak menemukan nya di Rumah. Maka Anda harus mencarinya di Mall yang menjual barang branded, atau tidak di Hotel-hotel bintang lima. Dia selingkuh juga"

"Tcihh wanita itu, aku ingin meludahi wajahnya" umpat Reatha, Jares memberikan smirk, Jares paham sekesal apa wanita ini.

Jares merasa ini cukup, Reatha memang tidak mengetahui hal apapun, dari raut wajahnya wanita itu sudah sangat kesal, Jares memberikan kode mata pada dua polisi yang bertugas di dalam ruang rekaman. Mereka mematikan kamera nya.

"Bisa aku minta alamat rumah suami mu?" tanya Jares.

"Sebenarnya aku harus mencarinya sendiri, tapi selagi ada dirimu di sini, kurasa tidak masalah kan?" lanjut Jares.

"Bisa aku pergi sekarang?" Reatha malah mengeluarkan kalimat itu.

"Anda bisa tanyakan alamatnya pada Kavian, aku ingin pulang jika ini sudah selesai" lanjut Reatha, Jares menghela nafas pelan, jadi ia mengangguk dan Reatha pergi keluar ruangan.

"Astaga wanita itu, aku dibuat pusing dengan aura nya" ucap Jares dengan suara kecil, hampir tidak terdengar.

Melihat Reatha yang keluar dari ruangan, Kavian langsung berdiri dan mendekat.

"Dia tidak menanyakan hal yang kurang ajar kan, Rea?" tanya Kavian dengan raut wajah khawatir, Reatha tersenyum kecil dan menggeleng pelan. Kavian bernafas lega mendengar hal itu.

Hati yang Luka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang