Chapter 12: Unfriendly

18 9 0
                                    

Kemarin, Kavian tidur seharian setelah ia marah. Tidak makan, tidak minum, beruntung di dalam Kamarnya ada toilet, jadi ia bisa mandi. Maka pagi ini Vian keluar dari kamar dalam keadaan lapar, ia langsung meneguk susu yang dibuatkan oleh sang Ibu.

"Makan pelan-pelan, Vian. Nanti tersedak" ucap sang Ibu menasihati, Kavian akhirnya makan dengan perlahan, ibunya tersenyum melihat Kavian pagi ini, jadi ia tidak perlu khawatir lagi.

"Bu, maafkan Vian" ucap Vian setelah ia meneguk kembali minumnya. Sang ibu mengangguk dengan senyuman.

"Tidak apa-apa, jangan kita bahas lagi ya? Ibu maklum, makanlah dengan kenyang, Vian" Kavian tersenyum kecil mendengar jawaban sang Ibu, bergegas ia menghabisi sarapannya dan setelahnya ia siap untuk pergi menemui klien nya. Kavian akan bertemu penulis itu, Jonathan.

•••

Di sisi lain, Reatha sibuk membuat dessert pesanan Kalevi, pria itu memesan banyak cupcakes. Reatha tidak tahu sebanyak itu untuk apa, tapi yang pasti ia akan membuat dengan sebaik mungkin, walaupun ada kejadian yang tidak enak sebelumnya. Reatha sedikit merasa takut untuk kembali bertemu dengan Grey. Tapi ketika ia mengingat bahwa perceraiannya akan berlangsung selama beberapa hari lagi, maka Reatha dapat bernafas sedikit lebih lega.

Sembari membuat pesanan tak lupa pula Reatha membuatkan untuk kedua buah hatinya makan. Ruby tersenyum bahagia dan Jayden yang semulanya masih merasa takut, karena kejadian kemarin sekarang mengukir senyum saat melihat sang bunda membawakan kue-kue kecil yang lucu. Reatha jadi seperti orang yang paling bahagia di dunia ini, karena melihat senyuman bahagia kedua anaknya. Reatha bersyukur memiliki Jayden dan Ruby.

"Jayden, Ruby. Siang ini Bunda akan mengantar pesanan, Jayden dan Ruby mau ikut bunda?" dengan tatapan matanya yang teduh dan kedua tangannya yang mengusap lembut kepala kedua anaknya membuat Jayden dan Ruby mendongakkan kepala lalu mengangguk. Tak lupa senyuman kecil itu selalu terukir saat menatap mata teduh Bunda mereka. Reatha terkekeh kecil saat melihat bibir Ruby yang penuh akan krim cupcakes, ia mengambil tisu dan membersihkan mulut Ruby dengan telaten. Melihat hal itu mengundang kecemburuan Jayden dan dengan tingkahnya, ia mengoleskan krim cupcakes miliknya pada sekitar mulutnya. Reatha mencubit pipi Jayden pelan dengan gemas, rupanya Jayden tidak mau kalah, ingin juga di perhatikan sang Bunda.

Menuju siang hari setelah kue nya telah selesai dan telah dikemas dengan rapi, Reatha akhirnya bisa bersantai di sofa rumah dengan ponsel ditangannya. Ia melihat 3 pesan dari seseorang dan salah satunya adalah orang yang paling ingin ia hindari.

Setelah mendapatkan pesan tersebut, justru Reatha malah merasa senang. Akhirnya, ia akan terlepas dari ini semua.

Tak lama dari itu, Reatha mendapat panggilan dari Kalevi. Lelaki itu menyampaikan bahwa ia tak bisa datang ke coffee shop ataupun mengambil pesanannya di Rumah Reatha. Wanita itu mengiyakan, lagipula Rea yang akan mengantarkan. Wanita itu tidak bisa jika harus menggunakan aplikasi pengantar barang ataupun makanan. Ia khawatir guncangan pengendara motor akan merusak kue pesanan pelanggannya, jadi ia sendiri yang akan mengantar dengan taksi online. Pikir Rea itu akan aman, terlebih lagi ia akan membawa dua malaikat kecilnya. Keduanya tidak bisa Rea tinggalkan begitu saja.

Saat sedang bersiap-siap, Jayden menghampiri sang bunda.

Dengan wajah polos itu, "Bunda, ada polisi di depan" Reatha yang mendengarnya sedikit takut, ia jadi terpikir Grey yang mungkin saja melapor polisi untuk menangkap dirinya, karena mengatakan sesuatu pada Jares. Rupa-rupa nya itu hanya ketakutan dalam benak Reatha saja, mereka hanya mengantarkan surat cerai dan panggilan untuk sidang pertama.

Baiklah, Rea agak sedikit bingung. Kenapa harus polisi yang mengantarkan? Tidak perlu dipikirkan, Rea akan menandatangani surat itu dengan segera. Nanti, setelah ia mengantarkan pesanan Kalevi.

Saat taksi online itu datang, Rea dan kedua anaknya pun berangkat. Rea menatap jalanan yang sedikit ramai, restoran-restoran penuh dengan pelanggan karena sekarang sudah saatnya makan siang. Sampai Rea tidak sadar bahwa sekelilingnya sudah berganti menjadi Rumah-rumah besar berwarna putih, Rea jadi teringat dongeng yang pernah mendiang ibunya ceritakan. Rupanya ini adalah hal nyata, orang kaya benar adanya di dunia nyata.

Rea menatap rumah besar yang ia lihat di hadapannya. Jayden menatap ke depan bersamaan dengan Ruby yang mulutnya ternganga.

"Bunda, ka-kapan kita akan punya ruma-mah seperti ini, Bun?" tanya Ruby dengan polosnya. Reatha tersenyum menatap gadis kecilnya.

"Doakan bunda ya sayang? Kita wujudkan bersama-sama" mendengar hal itu Ruby maupun Jayden mengangguk senang dan tibalah Jayden menarik ujung baju Bunda nya. Ada seorang pria yang menghampiri dirinya, tapi itu bukan Kalevi. Pria itu sedikit mirip dengan Kalevi, bedanya hanya lebih tinggi, dan rahangnya lebih tegas lagi daripada Kalevi.

"Maaf kami tidak menerima sumbangan dalam bentuk apapun" ucap pria itu, Reatha sedikit melotot.

"Kurang ajar sekali pria ini" pikir Rea.

"Tidak, aku di sini mencari Kalevi. Ia memesan kue denganku" pria itu mengernyitkan dahinya.

"Untuk apa dia memesan kue murahan seperti itu?" kalimat itu hampir membuat Reatha ingin menampar wajah pria sok tahu ini, bahkan Jayden sudah mengepalkan tangannya. Walaupun kecil, tapi ia tahu bahwa itu kalimat hinaan.

"Ah aduh maaf Reatha, aku habis keramas hehehe. Maaf ya aku membuat mu menunggu lama, aku langsung buru-buru ke luar saat ada panggilan tak terjawab dari dirimu" itu suara Kalevi yang menggelegar sambil berlari-lari dengan senyuman kotak nya.

"Ini kakak ku, namanya Kaviden. Ia memang sedikit tidak ramah, maaf ya!" mengatakan hal itu Kaviden memutar bola matanya dengan malas, ia berbalik dan masuk ke dalam rumah. Reatha hanya tersenyum pada Kalevi dan memberikan kue pesanannya. Kalevi tidak henti-hentinya memuji kue itu, ia tersenyum lebar melihat hiasan cupcakes yang lucu menurutnya.

"Pasti rasanya luar biasa! Aku tidak akan meragukan kue buatan mu, Rea" Rea mendengar hal itu sambil menerima uang yang Kalevi berikan padanya.

"Terima kasih, Levi. Tapi, uangnya lebih" ucap Reatha sambil mengembalikan uang selembar berwarna merah kepada Kalevi.

"Tidak apa. Itu untuk ongkos kirimnya, hehe. Maaf ya merepotkan mu"

"Hei, itu tugasku. Memang sepantasnya aku mengantarkan pesanan mu" senang, Kalevi senang mendengar hal itu. Jadi ia tidak merasa memberatkan Reatha untuk repot datang ke mari.

"Oh ya Rea, mau masuk dulu? Aku dan keluargaku sedang makan siang"

"Eh tidak perlu repot sampai begitu. Aku akan langsung pulang saja, anak-anak pasti sudah mengantuk. Ini waktu mereka untuk tidur siang" tolak Rea dengan halus.

"Baiklah, kalau begitu aku akan minta supirku untuk mengantarmu yaa!" Reatha tidak bisa menolak, Kalevi sudah keburu menghampiri supirnya yang sedang mengelap mobil.

Setelahnya mereka berpamitan pada Kalevi.

•••

Saat mereka berada di dalam mobil, Ruby tertidur di sebelah kanan Bundanya. Begitupun Jayden yang tertidur sambil memeluk lengan kiri sang Bunda. Tidak ada obrolan yang terlalu khusus dengan supir tersebut. Sesekali ia hanya menanyakan harus belok ke kanan atau ke kiri saja, setelahnya mereka sampai dan supir itu langsung pergi begitu saja.

Reatha heran, memang yang ramah hanya Kalevi saja atau bagaimana ya? Sampai supirnya pun tidak ramah seperti kakak nya Kalevi tadi. Ah sudahlah, Reatha lelah.





•••

Jangan lupa vote dan berikan komentar kamu yaa Flower's!




Hati yang Luka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang