Chapter 11: Not Fine

18 8 0
                                    

Hi flow, kalian bisa play lagu Fine-Taeyeon.

•••

Kavian duduk di bangku kepolisian. Ia dimintai kejelasan tentang yang terjadi pada Grey, Kavian tidak bisa mengelak, karena cctv perumahan yang telah merekam kejadian, walaupun Grey juga dimintai keterangan oleh pihak kepolisian karena membuat onar di rumah orang dan menganggu kenyamanan orang lain, tapi entah kenapa lelaki itu tidak datang kemari berdalihkan bahwa ia sedang di rawat karena luka-luka kecil. Wajah Kavian masih menatap polisi malas-malasan, ia jadi harus cuti padahal hari ini ada pertemuan dengan klien nya.

"Jelaskan sekarang atau Anda berdua akan dikurung dalam sel sampai Anda mau menjawab pertanyaan saya!" bentak polisi tersebut sambil memukul meja. Kavian menatap polisi yang marah itu dengan malas sambil memutar bola matanya.

"Atas nama?" tanya Polisi tersebut.

"Kavian" jawab Kavian singkat tanpa melihat lawan bicaranya.

"Anda seorang pengacara?" mendengar itu Kavian tersenyum smirk.

"Lalu kenapa? Anda ingin menggunakan kata Pengacara sebagai embel-embel? Pengacara juga bisa marah" ucap Kavian, Polisi itu hanya menghela nafas.

"Hei anak muda, jika mau bebas jawab saja pertanyaan ku dengan benar. Lalu aku akan membebaskan mu"

"Aku tidak dipenjara?" tanya Kavian memastikan, Polisi itu tertawa.

"Mau dipenjara dan merelakan karir mu?"

"Denda berapa?" Kavian mengubah pertanyaannya

"Dia tidak minta apapun, korban ingin melakukan jalur damai" jawab Polisi tersebut. Setelah berbincang-bincang dan urusannya telah selesai, Kavian keluar dari kantor Polisi dan di parkiran sudah ada Zack yang menjemput dirinya.

"Zack, menurut lo ada yang janggal nggak? Dia mau pake jalur damai, padahal gue kira, gue bakal kena pasal 315 ayat satu yang terancam di penjara paling lama dua tahun atau delapan bulan, atau enggak pidana denda" ucap Kavian dengan wajah bingung sambil berpikir, apa sebenarnya yang diinginkan oleh Grey.

"Bukannya bagus kalo dia mau jalur damai, emangnya lo mau di penjara?" Zack mengucapkannya sambil menahan tawa.

"Enggak sih, tapi bukannya aneh ya? Padahal ini kesempatan dia buat jatuhin gue dari kasusnya dia, apa dia enggak tau ya kalo gue lagi selidiki dia"

"Mungkin aja dia tau, tapi kalo dia terusin buat tembus ke meja hijau, yang kena juga dia sendiri. Dia sadar kalo dia dicari sama Polisi, makanya tadi dia enggak datang kan? Dan malah datangin pengacara dia ke Kepolisian, gue yakin pasti ngasih amplop tuh, haha" mendengar itu Kavian mengangguk, ia pikir benar juga apa yang Zack ucapkan, mungkin saja Grey menghindari hal ini agar kasusnya tidak tercium lebih dekat oleh Polisi. Jika ia datang ke Kepolisian, maka sama saja Grey masuk kedalam kandang Singa secara sukarela.

"Oh ya tadi Kakak lo nelfon ke telepon Kantor, tapi enggak gue angkat" ucap Zack yang baru teringat akan sesuatu.

•••

Zack mengantarkan Kavian sampai ke Rumah dan sebelum mobil Zack sampai tepat di depan Rumah Kavian, ada satu mobil hitam terparkir di depan Rumah itu, Kavian langsung menegakkan badannya. Ia keluar dari mobil saat mobil telah terparkir di belakang mobil hitam itu. Kavian buru-buru masuk ke pekarangan rumah, ia melihat pintu rumah terbuka dan ada Ibunya yang duduk di sofa dekat pintu. Kavian melihat ke dalam Rumah dan betapa terkejutnya Kavian, perasaannya tidak karuan. Marah, kesal, dan kecewa jadi satu. Kavian menoleh pada sang Ibu, ibunya hanya menunduk, ia tau pasti anaknya akan marah jika melihat hal ini.

"Apa mau kamu?" suara Kavian terdengar dingin, Zack yang berada di belakang lelaki itu hanya bisa diam dan memegang pundak Ibunya Vian.

"Vian, duduk dulu. Kamu pasti capek kan pulang kerja? Mami bawa bolu kesukaan kamu loh" wanita yang telah menginjak umur 40 tahun itu berucap lembut sambil berdiri, hampir ia meraih kedua bahu Kavian untuk mengajak anak bungsunya duduk, tapi Kavian sudah keburu menjauh.

"Mami rindu kamu, Nak" kalimat itu masuk ke telinga Kavian, ia tersenyum getir.

"Beneran rindu apa mau minta tolong karena anak kesayangan Mami kena kasus?" ucap Kavian memastikan, melihat sang Mami yang hanya diam membuat Kavian tersenyum getir kembali, matanya berkaca-kaca.

"Mami enggak pernah rindu sama, Vian. Enggak pernah sesayang itu sama, Vian. Mami datang kesini cuma butuh kuasa Vian buat bantu anak kesayangan Mami itu. Vian capek, Mi! Capek!"

"Vian kerja pagi, siang, malam. Terima panggilan setiap orang yang malah jadi korban, mereka bayar Vian buat bantuin mereka yang ternyata itu bukan kesalahan mereka. Lalu Mami pikir, apa Vian mau bantu bohongin banyak orang dan ngelihat tangisan orang lain yang enggak salah sama sekali, tapi malah dijerat pasal yang lebih berat. Mami pikir, gitu kerjaan Vian? Bohongin orang dan terima uang mereka gitu aja?" Kavian mengoceh panjang lebar, ia mengungkapkan kekesalannya selama ini, keluarganya menganggap ia adalah pengacara kotor karena terkenal dikalangan politik, padahal nyatanya, Kavian terkenal bukan karena bermain kotor.

"Anak mami itu udah gede, Mi! Dia bisa mikir sendiri pake otaknya! Atau jangan-jangan enggak punya otak ya?" mata Kavian memerah dan Maminya mendongakkan kepala.

"Levi enggak gitu! Anak mami enggak gitu!"

Air mata Kavian lolos, benar pikir Vian. Ia tidak pernah di anggap anak sama sekali, sang Mami tak pernah rindu sedikit pun dengan dirinya, semuanya adalah kebohongan belaka.

"Ya udah kalau gitu, Mami usahain aja sendiri sana buat tolongin anak Mami itu. Kavian enggak mau bantu apapun, karena Kavian bisa ada di posisi ini pun bukan bantuan Mami ataupun Papi, ini adalah kerja keras Kavian sendiri dan doa Nenek. Kavian enggak pernah merasa bahwa mami pernah menolong Vian, yang ada malah bikin Vian susah!" Kavian membentak Maminya yang membuat sang Mami menahan tangis.

"Sekarang"

"KELUAR"

"Keluar dari Rumah Vian dan JANGAN pernah datang lagi!" Kavian menekankan ucapannya, sang Ibu yang semulanya duduk langsung berdiri untuk menenangkan Kavian.

"Dan satu lagi. Jangan pernah anggap Kavian anak mami lagi, begitupun sebaliknya. Kavian enggak akan pernah anggap Mami orangtua Vian lagi. Jangan pernah tegur Vian ataupun ngaku-ngakuin Vian kalo kita adalah keluarga. Tolong balik lagi kayak dulu, dulu waktu kalian ngebuang Vian. Dan bilangin sama anak-anak mami yang paling mami sayang itu, jangan pernah hubungi Vian lagi. Vian bisa laporin mereka kalo Vian udah enggak ada kesabaran lagi" setelah mengucapkan itu, Maminya pergi tanpa berpamitan dengan Ibunya alias Ibu yang selama ini telah merawat anaknya.

Ibunya Vian hanya bisa menatap kepergian Vian yang masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu. Zack mengusap punggung wanita tua itu.

"Maafin Vian ya, Bu" bisik Zack lalu membalas pelukan Ibu dari sahabatnya itu.

•••

Pasti sakit banget jadi Vian. Dia pasti kangen sama Keluarganya, tapi ternyata keluarganya kangen cuma karena butuh bantuan Vian aja, bukan semata-mata beneran rindu Kavian🥺

Yang kuat ya Kavian syg🥺💜

Hehehe jangan lupa vote dan komennya Flower's syg💙

Hati yang Luka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang