Reatha, Kavian, dan Livin mengobrol, lebih tepatnya Reatha berusaha menghalau rasa gelisah yang ada di hatinya sejak semalam, sedangkan Azalea sibuk menonton serial anak-anak yang direkomendasikan oleh Jayden. Semalam, sebenarnya Azalea dan Livin menginap di rumah Reatha, berusaha menjaga Reatha agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti sebelumnya. Soal Jayden dan Ruby, mereka tetap masuk sekolah, Reatha sempat mengantar kedua anaknya bersama Azalea dan Livin. Kavian tidak ikut, ia harus menyiapkan diri. Ia mendengar desas-desus tentang pengacara baru yang menjadi pendamping Grey kali ini, sama hebatnya seperti Kavian. Jadi ia harus memastikan bahwa dokumen tentang penggelapan dana Grey dan perceraian sudah lengkap. Maka ia dan Reatha berjanji untuk bertemu di tempat saja.
Waktu terus berjalan, belum ada tanda-tanda Grey datang. Reatha tentunya cemas, ia meremas kedua tangannya sendiri. Berdoa di dalam hati, berharap Grey segera datang agar ia dapat menjalani sidang pertama ini dengan segera. Hakim juga memberikan toleransi waktu selama sepuluh menit untuk menunggu kedatangan tergugat. Reatha rasanya ingin menangis saja, sampai kapan ia harus menunggu lagi untuk menjalani persidangan kembali. Apa yang sebenarnya Grey rencanakan? Apa Grey sengaja agar persidangan ini batal dan ia dapat membujuk Reatha untuk berdamai? Setelah semua hal yang Grey lakukan padanya, Reatha bersumpah akan melakukan segala hal agar dapat terlepas dari jeratan Grey. Demi anak-anaknya, demi melindungi kewarasan Reatha yang sudah perlahan terkikis. Kavian terus melihat waktu yang semakin cepat saja berjalan, Azalea juga jadi ikutan panik.
"Kavian, bagaimana kalau cebol tidak datang?" tanya Azalea cemas, yang duduk di belakang Kavian.
"Maka, sidangnya harus dibatalkan dan Hakim akan menjadwalkan persidangan kembali." Reatha pasrah sekali mendengarnya, Kavian juga dari tadi mengetuk-ngetuk kakinya, pertanda bahwa ia juga sama tidak sabarnya. Dan sepuluh menit telah berlalu, Hakim duduk kembali di singgahsananya. Memegang palu untuk menutup sidang pertama ini dan mengganti jadwal sidangnya.
"Dengan tidak hadirnya pihak tergugat, maka dengan ini diputuskan bahwa sidang pertama–," ucapan Hakim tertahan dengan tangan mengangkat palu, bersiap untuk mengetukkan palu itu. Namun, sesuatu terjadi. Seorang penjaga pintu masuk tempat Hakim, mendekat dan membisikkan sesuatu. Hakim mengangguk lalu mengetukkan palu sebanyak dua kali untuk mencabut penundaan sidang. Kavian menghela napas.
"Apa artinya, Kavian?" cecar Azalea yang jadi panik sendiri, sedangkan Reatha hanya bengong saja. Tidak tahu harus bereaksi apa, ia malah bingung kenapa Hakim mencabut penundaan sidang.
"Persidangannya tidak jadi ditunda, Aza," jawab Kavian yang membuat Azalea semakin bingung.
"Loh, kenapa?" pertanyaan itu terlontar dan langsung terjawab saat seseorang masuk ke ruang sidang. Orang itu membungkukkan badan, meminta maaf pada semua yang ada di dalam ruang sidang. Hakim mempersilakan pihak tergugat bersama pendamping dan saksinya untuk duduk. Kavian memijit pelipisnya tidak percaya, sungguh ia akan melawannya? Reatha menyadari itu dan mengusap punggung Kavian. Keduanya saling mengenggam tangan, menguatkan diri masing-masing.
Bersama dengan itu, Hakim mengetuk palu sebanyak tiga kali untuk mengesahkan pembukaan persidangan.
"Saudara pengugat dan tergugat, silakan maju ke depan untuk menunjukkan identitas," interupsi Hakim pada pihak penggugat, yaitu Reatha dan pihak tergugat, yaitu Grey. Saat di depan, Reatha tidak menoleh sama sekali, begitu pun dengan Grey. Tidak menoleh sebentar untuk melihat Istrinya yang sebentar lagi akan berganti menjadi mantan Istri. Setelah selesai, keduanya kembali ke tempat duduk masing-masing.
"Saudara pengacara dari pihak penggugat dan pihak tergugat silakan maju ke depan untuk menunjukkan identitas, surat kuasa, dan surat sumpah saudara sebagai Pengacara," interupsi Hakim dan Pengacara dari masing-masing pihak maju ke depan untuk menunjukkan identitas mereka.
"Saudara Kavian, sebagai Pengacara atau pendamping dari pihak penggugat, yaitu Nyonya Reatha Faraditha. Saudara Zack sebagai Pengacara atau pendamping dari pihak tergugat, yaitu Tuan Grey Danendra?"
"Ya, Yang Mulia," jawab keduanya bersamaan. Zack sempat menoleh pada sahabatnya itu, tapi Kavian tidak menoleh sama sekali. Ia terlanjur kecewa dengan sumpah yang Zack langgar, sumpah di antara keduanya untuk menjadi pengacara jujur dan arif. Zack sebenarnya terpaksa melakukan ini, apalagi kalau bukan uang. Kondisi Zack yang amat tercekik belakangan ini membuat ia harus menerima surat pengajuan menjadi pendamping Grey. Baik di sidang perceraiannya, mau pun di sidang kasusnya siang nanti. Setelahnya mereka kembali, dengan Kavian yang berjalan penuh kekecewaan di dalam hati dan Zack yang berjalan dengan langkah yang dihantam rasa bersalah.
"It's okay, Kavian! Kamu pasti bisa menjalani ini," hibur Reatha pada pria di sebelahnya itu. Kavian tersenyum kecil.
"Padahal kamu yang akan disidang, Rea. Kenapa jadi menenangkan aku," ucap Kavian di dalam hati.
"Saudara saksi dari pihak penggugat dan tergugat, silakan maju ke depan untuk menunjukkan identitas." kini giliran Azalea yang maju dan satu orang yang tidak Reatha kenal, menjadi saksi untuk Grey.
"Silakan kepada saudara saksi untuk duduk di kursi yang telah disediakan," ucap Hakim pada kedua saksi di sidang pagi ini.
"Saya akan memulai persidangan ini pada saudara saksi terlebih dahulu. Apakah saudara saksi siap?" tanya Hakim pada kedua saksi dan keduanya mengangguk sambil menjawab bahwa mereka sudah siap.
"Apa hubungan antara saudara saksi dan saudara penggugat dan tergugat? Silakan kepada saudara saksi dari pihak penggugat terlebih dahulu," ucap Hakim dan memberikan kesempatan pada Azalea untuk menjawab.
"Saya dan saudara Reatha adalah seorang sahabat, Yang Mulia," jawab Azalea dan setelahnya Hakim memberikan kesempatan pada saudara saksi dari pihak tergugat. Begitu terus sampai empat pertanyaan yang lain selesai dijawab dan keduanya disilakan untuk kembali duduk ke tempat asalnya. Tepatnya di belakang pendamping. Setelah itu hakim membacakan surat yang dibuat oleh penggugat dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada pihak tergugat.
"Apakah benar isi surat yang penggugat buat mengenai kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh saudara tergugat, Tuan Grey Danendra?" tanya Hakim pada Grey yang duduk tak jauh di depan Hakim.
"Ya, Benar, Yang Mulia," jawab Grey lalu menoleh ke belakang, tepatnya di samping kanan dan tatapan matanya bertemu dengan Reatha. Reatha cepat-cepat memutus kontak mata itu.
"Apakah benar saudara tergugat melakukan perselingkuhan di belakang saudara penggugat selama kurang lebih satu tahun?" lanjut Hakim.
"Tidak benar, Yang Mulia," jawaban yang sontak membuat pihak Reatha kaget.
"Interupsi, Yang Mulia!" suara lantang itu milik Kavian.
"Klien saya memiliki bukti perselingkuhan yang terjadi di rumah tangganya, lebih tepatnya dilakukan oleh pihak tergugat bersama salah satu orang yang duduk di pihak keluarga tergugat yang hadir saat ini." semua orang berbisik-bisik, mata mereka melalang buana. Mencari keberadaan orang yang Kavian sebutkan. Lalu Kavian maju ke depan dan menyerahkan bukti terlampir di dalam amplop cokelat. Hakim menerima itu dan memeriksa isi dokumentasi yang sudah Kavian siapkan.
"Permohonan pihak penggugat disetujui!" ucap Hakim lalu mengetuk palu sebanyak satu kali sebagai bentuk pengesahan keputusan. Kavian tersenyum kecil dan melirik Zack yang nampaknya siap untuk kembali menggugat dan menolak permohonan itu.
"Interupsi, Yang Mulia!" suara itu keluar dari bibir Zack. Tentunya sebagai seorang pengacara dari pihak tergugat, Zack berhak untuk membela kliennya.
"Klien saya juga memiliki bukti perselingkuhan antara saudara penggugat dengan Pengacaranya sendiri, sebelum sidang ini berhasil disahkan." semua orang menatap ke arah Reatha dan Kavian. Azalea terkejut, bisa-bisanya Grey memutar balikkan fakta. Hakim menerima bukti dokumentasi antara Kavian dan Reatha yang beberapa kali berjalan bersama, baik dengan kedua anaknya juga ataupun hanya Kavian dan Reatha saja yang berdua di dalam Coffee shop. Jantung Reatha mendadak berdetak lebih cepat, ia tidak menyangka bahwa ini akan dijadikan gugatan kembali oleh Grey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Luka [OPEN PRE-ORDER]
Teen FictionFollow sebelum baca! Budayakan vote dan berikan komentar! SEGERA TERBIT di Teori Kata Publisher ~Blurb~ Reatha tidak tahu mengapa pernikahannya harus hancur, karena orang ketiga. Ia ingin bertahan demi dua buah hatinya, namun sesak di dada tidak bis...