Chapter 18: Aquarium

8 0 0
                                    

Sembari Kavain sibuk menggandeng Jayden dengan wajah bersinar cerah, melihat berbagai hewan yang sebelumnya tidak pernah ia lihat. Beberapa kali ia meneriakkan suara hewan yang ia lihat dengan lantang ke Kavian yang turut tersenyum dan menjelaskan tentang hewan-hewan itu. Jayden senang ada Kavian di sini, layaknya pemandu kebun binatang, pria itu bahkan sambil memberikan contoh-contoh bagaimana hewan-hewan itu tidur, atau bahkan menirukan suara hewan tertentu saat marah. Contohnya suara harimau saat mengaum, suara Siamang yang menghebohkan sampai Kavian mendapat tatapan aneh oleh beberapa pegunjung. Anak-anak yang berasal dari taman kanak-kanak yang sama pun menyadari hal itu dan turut memperhatikan, namun dengan ekspresi Bahagia. Sebab, mereka juga baru pertama kali melihat hewan-hewan yang ada di kebun binatang secara langsung.

Jayden tertawa bahagia atas tingkah Kavian barusan, pria itu hanya bisa memberikan reaksi senyuman yang merekah melihat tawa yang terhias di bibir mungil Jayden. Kalau saja Reatha ada dan melihat tawa bahagia putra sulungnya, pastilah Reatha senang bukan main. Melihat Jayden sebahagia ini adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri, sebab kejadian beberapa bulan lalu cukup membuat trauma Reatha dan anak-anaknya. Maka dari itu, Kavian adalah salah satu orang yang berusaha untuk membantu Reatha mengeluarkan kedua anaknya dari lingkaran trauma itu.

Setelahnya, mereka berjalan-jalan lagi sambil mengikuti barisan orang tua dan anak-anak yang lain. Jayden dan Kavian bukannya mendengarkan instruksi guru, tapi malah sibuk bersenandung kecil, menyanyikan lagu favorit mereka akhir-akhir ini.

Yang belakang? Tuan Kavian dan Jayden apakah suara saya terdengar?" suara itu berasal dari guru pemandu kelas Jayden, keduanya hanya mengangguk sambil mengacungkan jempol. Setelah gurunya berbalik, Kavian dan Jayden terkekeh kecil. Tindakan yang tidak baik, tapi cukup menghibur Jayden yang sudah mulai bosan, belum lagi cuaca yang agak hangat membuat Jayden terus-terusan haus.

"Om, Bunda di sini juga tahu," bisik Jayden. Kavian menunduk ke bawah, lalu menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan. Melihat itu, Jayden terkekeh kecil.

"Bukan di sini, tapi di Aquarium. Kelas Ruby berkunjung ke Aquarium, Ruby sudah mengoceh sejak semalam kalua ia tidak sabar ingin melihat putri duyung. Padahal kan tidak ada putri duyung, itu hanya ada di dongeng,"gerutu Jayden. Kavian menunduk, menyamakan tingginya dengan Jayden.

"Jay, om punya ide cemerlang."

•••

Tebak di mana mereka sekarang, mereka berada di antrian tiket untuk masuk ke Aquarium. Ini rupanya ide cemerlang yang tadi Kavian katakan pada Jayden secara diam-diam. Keduanya masuk setelah berhasil mendapatkan tiket dengan Kavian mengenggam tangan mungil Jayden, pria kecil itu menatap sekitarnya mencari keberadaan Bunda dan adiknya. Matanya yang tajam itu menyipit, namun tidak menemukan atensi sang Bunda.

"Di mana kiranya Bunda dan Ruby berada ya, Om?" tanya Jayden sambil terus melihat ke sana dan ke mari. Kavian berkacak pinggang, dahinya mengkerut. Tampak berpikir, tapi tidak berhasil menebak. Hingga akhirnya mereka lebih memilih untuk berputar-putar mengelilingi Aquarium. Berbagai macam ikan yang warnanya amat menonjol itu menarik perhatian Jayden, ia menyebutkan macam-macam warna dari ikan yang ia lihat. Kavian turut menyebutkan nama-nama ikan yang Jayden sebutkan warnanya, bahkan ia menjelaskan ikan yang Jayden sebutkan hidup di perairan yang seperti apa. Kavian itu kriteria yang pas bukan? Ups.

"Finding Nemo!" seru Jayden saat melihat ikan berwarna oranye yang dipadu dengan warna hitam itu berenang mendekat ke arah Jayden. Kavian dengan segera memotret momen yang amat pas itu, dengan posisi Jayden yang mengarahkan telunjuknya ke Ikan Nemo itu, begitu pula dengan Ikan Nemo yang melihat tepat ke arah telunjuk Jayden. Selain tangkapan gambar, Kavian juga merekam momen tersebut. Tercetak jelas senyuman manis Jayden dan suara tawa Kavian yang merdu menghiasi rekaman video, Reatha pasti senang melihat ini.

Hati yang Luka [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang