2. Petaka dalam ramalan

54 7 0
                                    

***

Sea kembali ke kamarnya. Ia sedang berdua bersama Flo. Hari sudah malam, cahaya bulan sabit tak sampai menerangi kamar Sea.

"Menurutmu, apa hadiah yang akan diberikan Marcus besok?" Flo penasaran apa yang akan terjadi besok.

Sea memandang Flo suram. "Entahlah, Flo. Tapi perasaanku tidak enak."

"Duh! Pasti barang yang bagus. Dia kan Jenderal terdahulu. Apa dia akan memberikan senjata yang ajaib!? Atau membawa jodoh untukmu Sea?" Berbeda dengan Sea, Aire sangat tidak sabar.

"Haha, mana mungkin jodoh Aire." Sea menggelengkan kepala melihat tingkah Aire yang selalu lucu baginya.

"Baiklah-baiklah, kalau begitu aku akan membaca buku. Ini sudah malam, kalian bisa pergi ke kamar kalian." Ujar Sea.

Aire berdecih kecil, sedikit kecewa. Ia ingin mengobrol lebih lama mengenai Marcus.

Aire dan Flo pun mengucapkan selamat malam dan pergi ke kamar yang disiapkan untuk mereka.

SET! Sebuah panah tertancap di balkon kamar Sea.

Seorang perempuan naik ke kamar Sea menggunakan panah tersebut. Tubuhnya melesat dengan lincah, begitu hebat.

Disusul dengan seorang laki-laki yang meloncat ke kamar Sea dengan cara yang sama.

"Hey, Séanne Ryn!" Ucap perempuan itu.

Sea terkesima sekaligus terkejut melihat kedua sepupunya. "Astaga Rei, Ray! Kalian masih saja berani menelusup ke dalam kamarku!"

Gadis yang memiliki mata sehijau batu zamrud itu pun membuka jubahnya. Tak lupa dengan Ray, ia juga membuka jubah dan menunjukkan wajah tampannya.

"Kami langsung datang setelah mendengar bahwa Marcus Van Irving kembali." Kata Rei.

"Ya benar. Aku rasa aku seharusnya senang, karena dengan adanya dia misiku menguak misteri masa lalu bisa selesai, kan?" Jawaban Sea membuat kedua sepupunya tersenyum.

"Aku membawa peta yang kau butuhkan." Ucapan Ray membuat mata Sea berbinar.

Sea langsung menarik sebuah tuas. Tuas itu kemudian membuka sebuah ruangan rahasia. Mereka segera memasuki ruangan tersebut.

Ray menerjunkan peta di sebuah meja. Kemudian ia menghidupkan sebuah lentera untuk menerangi peta itu.

"Ini dia!" Ujar Ray sambil menunjuk pada sebuah tanda X dalam peta.

Sea memicingkan matanya. "Apa yang mereka lakukan di tengah kawasan? Sebenarnya apa yang ingin kakek kita lindungi?"

Ray berpikir sejenak. "Entahlah, Ibuku berkata bahwa Dewa Neptune dan Dewa Icarus memperebutkan sesuatu dahulu, dan ada di kawasan tengah."

"Ah, sayang sekali aku tidak pernah ke bagian tengah. Itu berbahaya, aku dengar banyak makhluk yang menyeramkan." Ucap Rei dengan nada takut.

"Kawasan tengah dijaga oleh para Minotaur. Tapi apa yang mereka jaga?" Sea merenungkan kembali.

Ray segera memberi pernyataan lain. "Kau tau, Sea? Kawasan itu sudah membeku. Semua orang bingung mengapa tempat itu mendadak membeku tujuh tahun yang lalu."

Sea mengangguk paham, ia sudah mengetahui hal itu. Hobinya membaca dan mencari ilmu tak akan sia-sia.

"Aha!" Sea langsung mencari sebuah buku di rak.

Sea menemukan sebuah buku yang berjudul Sang Elemen Pencipta.

"Buku apa itu, Sea?" Tanya Ray penasaran, begitu pula dengan Rei.

Aéther Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang