3. Kristal Salju

52 7 3
                                    

***

Sea dan yang lain sedang sibuk menyembuhkan orang-orang yang terluka akibat peperangan mendadak di Kerajaan Laut.

"Delphi!" Sea berlari ke arah seekor lumba-lumba yang terkena jaring perak.

"Astaga, kau terluka. Maafkan aku Delphi" Ujar Sea seraya melepaskan jaring-jaring tersebut.

"Tuan putri, Yang Mulia Raja bisa diselamatkan. Tapi hanya dalam waktu seminggu." Marcus mendekati Sea.

Ratu Athlana juga mendekat ke mereka. "Simpan abu dari yang mulia raja! Kita harus menghidupkan elemen pencipta."

"Jangan sampai hal yang terjadi di masa lalu terulang kembali. Kita harus sigap." Ucap Marcus.

Sea menelan salivanya, mana mungkin ia membiarkan ayahnya tiada. Sosok Triton sangat penting bagi Sea, walau di luar terlihat dingin, tapi hatinya begitu hangat. Triton peduli pada Sea, begitu juga sebaliknya.

"Bagaimana cara mengembalikan ayahku, Marcus?" Sea bertanya.

Marcus menggeleng pelan. "Tidak ada yang tau, putri. Aku bisa membantu dengan sihir. Yang perlu kau lakukan adalah mencari kristal. Soal Triton, biarlah itu menjadi urusanku."

"Baik. Aku akan segera mencari elemen pencipta. Adikku, Pangeran Zale akan bertugas melindungi kerajaan ini." Kata Sea.

"Mencarinya benar-benar susah, tuan putri. Pencarian ini tidak boleh diremehkan. Kalian harus melawan para pendukung Icarus." Marcus mengingatkan.

Sea mengangguk mengerti. "Aku tau. Selama aku bersama kawan-kawan, akan baik-baik saja, kan?"

Sea membuka tangannya kembali. Sinar mulai muncul dari tangan Sea. Cahayanya yang kuat menerpa mata.

Semua orang di sana tentu terpana melihat kekuatan Sea. Kekuatannya bahkan hampir sebanding dengan kekuatan Dewa Neptune dahulu.

Sea membuat sebuah perisai yang melindungi seluruh kota lautan.

"Liontin ini sangat kuat!" Ujar Sea setelahnya.

"Aku baru tau kekuatannya sebesar ini. Kristal liontin itu ditempa oleh Dewa Neptune." Ucap Marcus.

WOOSH

Seekor burung Phoenix tiba-tiba terbang di sekitar aula. Burung itu ajaib, bisa bernapas di dalam laut sekalipun.

"Wow! Keren sekali." Mata Aire gemerlap melihat burung tersebut.

Tentu saja pemiliknya adalah Hagan. Biasanya Phoenix miliknya akan datang jika memiliki kabar. Seseorang yang ingin memberi kabar tinggal memanggil nama Phoenix.

Hagan yang jarang tersenyum saat ini tersenyum lebar melihat peliharaannya.

"Onyx!" Panggil Hagan.

"Kabar apa yang kau bawa Onyx?" Hagan mengambil secarik surat yang dibawa di paruh Onyx.

Deg!

Surat itu berisi tentang penurunan tahta Hagan. Ia sekarang bukan pewaris tahta lagi karena mendukung klan musuh.

"Apa.." Batin Hagan.

Flo berjalan mendekati Hagan.

"Surat apa itu, Hagan??" Tanyanya.

Aveir, Aire, dan Sea ikut penasaran.

"Aku tidak akan menjadi Raja Kerajaan Api." Ujar Hagan yang membuat semuanya terkejut.

"Bagaimana bisa! Masa depan Kerajaan Api yang baik sebenarnya hanya ada di tanganmu Hagan." Protes Aveir.

Sea mengingat apa yang pernah Hagan ucap di masa lalu. Hagan ingin menjadi raja untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya.

Aéther Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang