18. Perang

25 2 0
                                    

***

Fajar sudah mulai menyingsing. Sang surya tlah kembali menampakkan wujudnya. Cahayanya mulai merambat ke dalam tanah--tempat Bangsa Bintang berada.

Sea dan teman-temannya saat ini sedang mematung setelah dipertemukan Ursa Mayor dan Ursa Minor.

Pasalnya Sea hanya mengira jika Ursa Mayor dan Minor adalah nama seorang ksatria pada umumnya--manusia biasa dengan kekuatan bertarung yang hebat.

Tetapi di hadapan mereka kini terdapat seekor beruang besar berwarna cokelat madu dan seekor beruang putih kecil di samping beruang cokelat.

"Ursa Mayor, beruang besar. Dan Ursa Minor, beruang kecil. Kalian bisa berkenalan dengan mereka." Tetua Crux mempersilakan.

Teman-teman Sea serentak memandang Sea. Sea heran sekali mengapa harus ia yang berkenalan.

"Kamu Sea, kamu adalah pecinta hewan bukan?" Tutur Hagan yang disetujui oleh yang lain.

Baiklah, perkataan Hagan memang benar. Sea adalah orang yang paling disukai para hewan dibanding yang lain.

Sea mulai melangkahkan satu kakinya ke depan. Beruang besar di depannya memperlihatkan sepasang gigi taring, terlihat tidak ramah.

Sea menghembus napas pelan dan mulai mengulurkan tangan kanannya. Ia mengelus bulu halus si beruang cokelat besar tanpa rasa takut.

Nampaknya Ursa Mayor menyukai Sea, ia mulai mengendus-endus rambut Sea.

"Hai, Mayor. Aku Sea, semoga kita bisa saling berteman" Sea tersenyum ramah.

Ursa Mayor memberi tatapan penuh harapan. Ia kemudian mengaum pelan sebagai tanda persetujuan.

"Bagus sekali." Puji Tetua Crux.

"Sekarang sapalah Ursa Minor, ia sedikit temperamental, tapi tak apa. Dia bisa bergerak dengan cepat sekali." Ujar Tetua Crux.

Sea menengadah menatap Ursa Minor yang sedang melayang sembari memberi tatapan kurang ramah.

Ursa Minor nampak tidak mood. Ia memberi raut wajah judes.

Sea agak ragu menyapa Ursa Minor, tapi ia tetap melakukannya. Bagaimana kita tau hasilnya kalau kita belum mencoba?

Tiga langkah kaki mengarah ke Ursa Minor. Si beruang putih kecil itu menatap tajam Sea.

"Ursa Minor, salam kenal." Ucap Sea seraya menyunggingkan senyuman hangat.

Ursa Minor mengendus pelan rambut Sea, nampaknya ia menyukai aroma tubuh Sea.

"Minor berasal dari Bangsa Uranus, Salju. Tapi dia menyukai laut, jadi kupikir ia akan mudah menyukaimu." Tetua Crux berujar.

Sea memgangguk, jemarinya bergerak dengan gemulai. Percikan air mulai muncul menuju Ursa Minor.

Ursa Minor berterbangan memutari Sea, bermain-main dengan percikan air yang tersembur.

"Kerja bagus. Ursa Minor mudah sekali luluh denganmu, nak Sea." Tetua Crux memuji, diikuti teman-teman Sea.

Sea menghadap ke arah Tetua dan kawan-kawannya. Di belakang punggung Sea, kini ada dua ekor beruang yang akan membantu.

Ursa Mayor dan Ursa Minor mengaum, terlihat keren. Auman mereka membuat rambut dan jubah Sea menjadi berkibaran, mengkilap.

Tetua Crux menghentakkan tongkatnya ke jalanan berbatu. Alunan nada yang tercipta dari tongkat milik tetua membuat para warga ikut menghentakkan sepatu mereka.

Aéther Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang