***Kapal mereka memasuki sebuah pulau yang luas. Pulau itu tertutup kabut tebal. Invisible.
Ini baru pertama kalinya Sea pergi ke sana. Sea hanya pernah mendengar cerita Pulau Shirley dari sang Ayah. Itupun hanya sekali. Karena ayahnya ini pendiam dan dingin, gengsi lagi. Katanya, pulau itu dihuni oleh banyak siren. Duyung dengan watak jahat.
"Kita seperti bajak laut." Ucap Zale seraya menaruh kedua lengannya di pinggang."Benar. Tapi harta karunnya mutiara matahari." Tanggap Sea pada sang adik.
Rei mendekat pada kedua sepupunya. Ia juga ingin melihat lebih dekat pemandangan pulau di sini. "Kenapa harus nyari mutiara juga, sih?"
Sea memutar bola matanya menghadap Rei. "Untuk pengganti Kristal Laut. Agar Lautan tetap terlindungi."
"WALAH! ITU NAGA SEGEDE GABAN." Jerit Zale melihat pemandangan di depannya.
Semuanya segera berjalan ke ujung kapal untuk melihat lebih dekat."Kalau kita ke situ tiba-tiba naganya gerak ga ya?" Tanya Flo tak serius.
Aire jadi ngeri mendengarnya. "Katanya ada siren. Sejak kapan siren jadi naga."
Aveir jadi kepikiran hal unik. "Kalo Siren sama Naga punya anak keren ya. Makhluk baru."
Kapal mereka terlalu besar. Zale jadi menurunkan perahu-perahu kecil untuk mereka menjelajah.
Zale menyihir kapal itu dengan perisai. Adik yg baik.
Ray mengecek perahu itu, takut bocor. Ray bisa bernapas di air, tapi bagaimana dengan Aire? Anak itu nanti bisa tenggelam dimakan Siren. Pikir Ray.
"Ayo!" Zale mengayunkan pedangnya, sudah benar-benar terlihat seperti Bajak Laut.
Mereka memakai empat perahu. Masing-masing perahu berisi dua orang.
Sunyi. Kata yang tepat saat perahu mereka mengalir melewati pulau itu. Hanya ada suara semilir angin dan gelombang air saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aéther
FantasyTidakkah kalian penasaran jika sebenarnya ada kehidupan lain yang berjalan seiringan dengan dunia kita? Berawal dari pertarungan antara klan api dan klan air demi mendapatkan elemen pencipta. Adanya oknum yang ingin menghidupkan Sang Dewa Kematian...