20. Pria Karismatik

19 2 0
                                    


***

Mentari pagi telah menembus kedalaman lautan. Ini sudah esok. Sea masih ingin tidur lagi, tubuhnya masih lelah, ia butuh istirahat lebih.

Eh! Sea baru sadar kemarin tidak mengajak bicara Hagan. Ia benar-benar lupa jika satu tempat dengan Hagan.

"Aduh, bagaimana kalau Agan merasa dilupakan? Padahal aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya tidak sadar." Sea merasa bersalah. Jadi sekarang, ia akan berkunjung ke kamar Hagan.

Masih dengan rok putih dan sandal tidurnya, sekaligus muka bantal, Sea langsung saja menuju ke sana.

Tapi di setengah lorong ia malah dihadang oleh Gaar. Aduh, baru pagi sudah bertemu dia lagi. Tapi Sea mencoba tetap ramah.

"Eh, tuan putri? Mengapa ke sini? Apa kau akan mengunjungi seseorang? Atau malah mengintip? Hahaha, itu tidak boleh dilakukan, tuan putri."

"Mengunjungi seseorang." Balas Sea singkat.

"Wah? Siapakah itu? Apa dia seseorang yang akan kau pilih nantinya di sayembara?" Sea menggeleng.

Gaar berpikir lagi. Duh, manusia satu ini benar-benar cerewet. Pikir Sea.

Di belakang sana, ada Hagan yang sedang berjalan. Ia seharusnya pergi ke kamar Sea untuk mengobrol. Tapi setelah melihat Sea yang nampak akrab bicara dengan Gaar, Hagan mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar.

Akhirnya! Sea terbebas dari perkataan Gaar. Laki-laki itu dipanggil ayahnya ke ruangan kerja.

Sea lantas berjalan cepat ke kamar Hagan. Hagan mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Buka saja." Ujar Hagan di tempat duduknya.

Sea membuka pintu itu, Hagan terlihat sedang menulis sesuatu.

"Pagi, Agan. Kamu sedang menulis catatan?" Sea berbasa-basi. Hagan hanya berdeham singkat.

Duh, aura Hagan seram sekali hari ini. Semua orang jelas takut melihatnya.

Hagan menutup catatannya. Ruangan itu lengang sejenak, menyisakan suara hembusan napas.

"Kamu terlihat dekat dengan Gaar. Juga, kamu dikelilingi banyak lelaki baru. Kamu bahkan tidak mengajakku bicara, apa aku sudah tidak memiliki posisi penting dalam dirimu?"

Sea menatap Hagan penuh arti, membiarkan lelaki itu meneruskan ucapannya.

"Tidak. Aku tidak pernah marah atau kecewa padamu. Jika aku mengganggu atau tidak penting maka aku akan meninggalkan kerajaan ini, itu saja." Hagan menoleh, menjauhi berkontak mata dengan Sea.

"Hei! Aku tidak pernah bilang begitu, Agan. Kamu adalah sahabatku, sahabat terbaikku sejak dulu. Kamu benar-benar penting bagiku. Aku minta maaf, aku hanya tidak sadar kemarin, aku terlalu lelah dengan pertanyaan di kepalaku." Sea memegang bahu Hagan, ia selalu melakukan itu untuk menenangkan seseorang.

"Yang aku mau hanyalah agar pandanganmu padaku tidak berubah Sea. Aku juga bisa mengartikan arti tatapan seseorang. Entah tatapannya tulus atau tidak."

"Kamu akan sibuk mengurus sayembara, menilai para peserta. Entah di antara mereka ada jodohmu atau tidak. Aku--tidak tau. Tempatku bukan di sini, aku akan kembali saja ke Kerajaan Api." Sambung Hagan lagi.

Aéther Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang