9. Kuil di Tengah Pulau

33 4 0
                                    


***

Central Aquatic Ocean

Badai petir menyambar di area tengah samudra yang luas. Pusaran air yang kuat berpadu dengan deburan ombak. Sang mentari yang bersinar terhalang oleh badai yang kasar.

Delapan raga berjerih payah menembus badai. Mereka kecil di tengah belantara samudra. Laksana planet di luar angkasa.

Sea membuka tangannya. Seakan tak ada badai menerjang. Cahaya biru mulai muncul dari kedua telapak tangan Sea. Dengan gampangnya pusaran itu menjadi jinak. Seolah tunduk pada sang putri.

Mentari yang terhalang kembali menembus air. Di tengah pusaran itu, terdapat sebuah istana kecil. Orang tak akan menyangka jika di dalam pusaran air raksasa terdapat sebuah istana.

Mulut Aire melebar, matanya berbinar. "Wah! Indah sekali."

Disusul dengan yang lain, mereka sedang terkesima melihat Istana kecil yang artistik itu.

"Dewa Neptune yang membangun ini? Tanya Hagan pada Sea.

"Benar. Istana ini adalah hadiah dari Kakekku untuk Nenek." Jawab Sea.

"Jangan bilang kau ingin seperti Dewa Neptune. Menghadiahi istrinya sebuah istana." Sahut Rei pada Hagan.

"Mungkin." Jawab Hagan singkat seraya terus berjalan.

Bahkan jalan setapak di sana indah. Warnanya putih, terbuat dari marmer. Di sampingnya terdapat dua buah tiang dengan lambang bulan.

Dinginnya air laut tak berpengaruh di sini. Setiap sudut tempat ini benar-benar hangat. Ada sesuatu yang membangun kenyamanan dan kedamaian di dalamnya.

Sebuah tangga mengarah ke pintu yang menjulang tinggi. Pintu itu bergambar seekor hiu putih.

Flo melihat gambar hiu itu. "Apa nenekmu memelihara hiu, Sea?"

Sea sedikit tertawa mendengarnya. "Bahkan beliau memiliki sekelompok hiu putih."

Aire jadi membayangkan apabila ia digigit hiu putih. Pasti rasanya 100 kali lebih sakit daripada digigit kucing. Membayangkannya saja sudah ngeri, apalagi benar-benar bertemu hiu putih.

Pintu itu terbuka sendiri, mengucapkan selamat datang pada mereka semua.

Karpet merah tergelar rapi di sepanjang ubin menuju sebuah singgasana kecil.

"Dewi Selecia menjadi pemimpin di sini." Ujar Zale.

Aveir melihat-lihat ke sekeliling istana. Kosong. Hanya ada mereka ber-delapan.

Kemudian Aveir bertanya "Siapa yang dipimpin?"

"Makhluk laut. Seperti hiu putih itu." Jawab Sea.

Desiran ombak laut tiba-tiba mendatangi mereka. Sea dan Zale bisa merasakan kehadiran roh laut.

Sea heran kenapa Roh ini tiba-tiba datang. Dirinya pun bertanya secara telepati.

Rupanya Dewi Selecia sedang berada di sebuah pulau kecil di atas istana. Roh air memberi isyarat pada mereka.

Roh itu berenang ke daratan. Ia memandu jalan pada yang lain.

Aéther Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang