Bab 03. Kamar Bulan Madu

236 14 8
                                    

Davi menjatuhkan diri pada sofa besar berwarna merah nan empuk yang menjadi pusat ruang tengah di kamar mereka. Ini bukan pertama kalinya Davi menghabiskan sisa malam bersama seorang perempuan.

Ada apa dengan perempuan itu? Mengapa ia lebih nyaman mengurung diri kamar mandi? Apa Sera takut terhadapnya? Lagipula, ia tidak akan melakukan apapun yang kurang ajar karena Davi terikat kontrak pada Edric, kakak perempuan itu.

"Rupaku juga tidak terlalu buruk-buruk amat," gumam Davi berusaha meyakinkan diri. Dasar perempuan aneh!

Davi sengaja menyalakan acara kuis keluarga dari channel andalan agar cottage bertipe suite miliknya terdengar ramai. Ia berusaha agar Sera tidak salah sangka bahwa Davi akan menerkam seperti harimau di malam pertama bulan madu mereka.

Siapa juga yang tertarik pada perempuan hamil dan benihnya bukan berasal dari dirinya sendiri?

Dahinya berkerut sambil memandangi jam dinding yang berada tepat di atas televisi layar datar. Mulut pun menghitung mundur. Dalam hitungan keenam puluh, jika Sera tidak segera keluar maka Davi akan mendobrak pintu kamar mandi.

Siapa tahu isi kepala perempuan hamil tanpa ayah sang jabang bayi? Meski sudah resmi dinikahi, bukan berarti Sera tidak mengalami rasa gusar atau bimbang. Apalagi perempuan berbadan dua memiliki hormon yang naik turun.

***

Davi bangkit dari kursi dan menuju kamar mandi. Langkahnya berderap di atas lantai kayu bernuansa alam dan semi terbuka dengan jendela kaca besar-besar. Edric sengaja menghadiahi Davi dan Sera liburan bulan madu eksotik di pulau terpencil.

"Sera," panggil Davi dari balik pintu setelah mengetuk pelan.

Tidak ada jawaban.

Davi kembali memanggil nama perempuan yang baru menjadi istrinya dua puluh jam. "Sera, kamu nggak kenapa-kenapa di dalam, kan? Sera, jawab dong."

Masih tidak ada jawaban. Davi mulai panik. Bagaimana jika Sera mencoba bunuh diri? Dirinya sudah pasti akan menjadi tersangka? Mati sudah!

Tepat saat Davi sedang melakukan kuda-kuda untuk mendobrak, pintu dibuka dari dalam. Sosok yang ditunggunya akhirnya menunjukkan batang hidung. Sera keluar dari kamar mandi mengenakan jubah handuk putih tebal yang kebesaran hingga mencapai mata kaki.

"Mas," sapa Sera tanpa dosa. Wajahnya polos tanpa polesan make-up membuat Sera nampak seperti anak sekolah menengah pertama yang diajak ngamar oleh om-om berusia awal tiga puluh tahunan.

Tubuh Sera yang mungil kini berhadapan dengan suami dua puluh jam nya. Perbedaan tinggi hampir satu jengkal tangan lelaki dewasa juga cukup kentara di antara mereka.

Sera berdiri satu langkah tepat di ujung hidung Davi, kepalanya menengadah dan menatap sang suami. Aroma lavender yang segar menguar menyapa indra penciumannya.

Berdiri terlalu dekat dengan istrinya cukup berbahaya bagi keimanan hasratnya yang harus dijaga. Davi dengan refleks mundur satu langkah.

"Kenapa, Mas? Tadi bukannya cariin aku?" Sera sengaja maju selangkah dan berkata dengan percaya diri.

Davi dapat menangkap rasa nyaman Sera terhadap dirinya sendiri. Istrinya, bukan perempuan pemalu yang biasa dijumpai pada adegan malam pertama pengantin baru.

Selain memiliki aroma harum yang mungkin bisa tercium dari jarak lima belas meter, Sera memang jelita dan enak dipandang. Selama dua minggu terakhir, Davi bertaruh dengan dirinya sendiri, apa Sera melakukan operasi hidung dan bibir?

Bukan apa-apa, Sera yang kini berdiri di hadapannya tanpa make-up adalah public figure inspirasi generasi muda. Selain brand ambassador untuk beberapa produk kosmetik, Sera juga aktif sebagai pembicara pada sejumlah kegiatan sosial dan pendidikan.

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang