Beberapa minggu berlalu setelah kejadian perkelahian antara Darius dan suaminya. Tidak disangka, rumah tangganya bersama Davi juga berangsur membaik.
Kesalahpahaman yang membuat dirinya pergi dari rumah karena mengira Davi berselingkuh dengan Aster sudah diselesaikan. Suaminya memastikan bahwa semua foto-foto yang dikirim Darius hanya alat untuk mengadu domba rumah tangganya.
"Mbak Aster bagaimana kabarnya ya, Mas?" Sera mendadak teringat dengan keberadaan kakak iparnya.
"Kapan-kapan kita jenguk kesana ya, Sayang."
"Tapi, sebetulnya aku takut Mbak Aster masih marah."
Setelah merapikan kemeja yang dikenakan untuk menghadiri sidang putusan kasus penganiayaan, Davi menghampiri istrinya. Meletakkan kedua tangan pada bahu Sera dan meremasnya.
"Semua baik-baik saja, Sayang. Mbak Aster hanya butuh waktu sendiri," ujar Davi tenang.
"Aku hanya merasa bersalah karena menuduhkan untuk tuduhan yang bukan-bukan, Mas."
Davi mengerutkan kening, "Mengapa kita masih membahas ini, Sayang? Semua sudah jelas kan, kehamilan Aster murni keputusan pribadi. Dalam hal ini, termasuk permintaannya untuk menikmati kehamilannya sendiri."
Tepat saat Sera membuka mulut untuk protes, telunjuk Davi mendarat di atas bibir istrinya. Kepalanya menggeleng. Sera menurut, entah bagaimana akhir-akhir ini suaminya berhasil membuatnya jauh lebih tenang dan tidak meledak-ledak.
***
Ingatan Sera mendadak ditarik pada kejadian beberapa minggu sebelumnya, tepat saat Davi baru pulang dari rumah sakit. Ia cukup kaget dengan keberadaan supir taksi bandara yang sedang mengangkat bawaan kakak iparnya, Aster.
"Mbak Aster, mau kemana?" Sera bergegas menghampiri sang kakak ipar.
Aster menoleh saat suara Sera memanggil namanya. Dengan mata berlinang, perempuan yang dinikahi mendiang kakaknya itu terlihat terluka.
"Kita bertiga harus meluruskan kesalahpahaman ini dulu, Sera." Aster menggenggam tangannya dan menatap Davi yang berdiri beberapa langkah dari Sera. Aster memberi tanda pada supir taksi agar tetap menunggu dan membiarkan argo taksi terus berjalan.
Dada Sera mendadak bergemuruh. Apa hatinya siap menerima kenyataan yang akan meluncur dari mulut kakak iparnya?
Sera dan Davi mengikuti Aster masuk kembali ke dalam rumah. Ketika perempuan itu duduk dengan formal pada salah satu sofa di ruang tamu, Sera menelan ludah.
"Kita duduk dulu sebentar, Sera." Aster menepuk sisi sofa yang kosong untuknya. Sedangkan, Davi mengambil posisi duduk di hadapan kedua perempuan itu.
"Maaf, jika Mbak jarang di rumah dan membuat kamu bertanya-tanya. Mbak lebih banyak tinggal di perkebunan. Mas Edric mungkin belum cerita, beliau sengaja membangun rumah peristirahatan untuk kami." Belum selesai Aster cerita, tangis perempuan itu pecah.
Perasaan Sera mulai tidak enak, tangannya otomatis mengelus punggung Aster untuk menenangkannya.
"Rumah yang rencananya akan kami gunakan saat Mas Edric memasuki masa pensiun," lirih Aster menahan tangis dan mengusap air matanya. "Kami memiliki banyak rencana, Sera. Salah satunya ini."
Sepasang mata Sera kini tertuju pada perut Aster, iparnya menumpangkan tangan di atasnya. Pandangannya kini bertumpu pada suaminya.
Aster lalu melanjutkan, "Mbak memutuskan melakukan program bayi tabung dengan sel sperma Mas Edric yang sudah dibekukan sesuai rencana kami di masa depan. Mbak hanya tidak menyangka Mas Edric pergi duluan."
Setelah mendengar perkataan iparnya mendadak wajah Sera memanas, perasaan bersalah mengaliri dadanya.
***
Lamunan Sera terhenti saat suaminya membuka pintu mobil dan turun lebih dulu, lalu membantunya keluar. Ada beberapa kamera foto jurnalis yang segera menyerbu kedatangan mereka.
Kasus penganiayaan ringan yang dituduhkan pada Davi menjadi berita yang cukup hangat diliput. Headline berita diangkat jelas menyeret namanya sebagai public figure yang suaminya melakukan kekerasan terhadap bawahannya sendiri.
Dengan bantuan tim keamanan yang sudah disewa dari tim pengacara, Davi dan Sera tidak sulit menembus kerumunan wartawan. Sepasang tangan suaminya juga melindungi tubuh Sera agar tetap aman dari serbuan awak media.
"Sayang, sebentar lagi sampai ke dalam ruang gedung." Davi berbisik untuk menenangkan perasaannya. Meski sebelum menikah Sera dikenal sebagai media darling, tapi kali ini ia tidak mau menghadapi sederet pertanyaan yang akan dibelokkan dari fakta di lapangan.
Sera mengiyakan perkataan Davi.
Beberapa saat kemudian mereka akhirnya sampai di ruang tunggu, Davi disambut tim pengacara yang membelanya. Rhardy, pengacara yang berusia tidak jauh dari Davi menyodorkan tangan dan memberi semangat pada mereka.
"Tenang saja, Bu Sera. Kami akan mengupayakan yang terbaik untuk Bapak," ujar Rhardy basa-basi.
Setelah mendengar penjelasan singkat, Sera yang masih berpegangan tangan dengan suaminya harus dipisah sementara. Davi harus bersiap memasuki ruang sidang sebagai terdakwa kasus penganiayaan yang diajukan Darius.
"Mas, jangan terbawa emosi. Aku akan mendukung dengan semua keputusan hakim," lirih Sera saat mereka berpelukan sebelum dipisah tim pengacara.
Davi mengelus rambut panjang istrinya yang digelung rapi. "Kita pasti bisa menghadapi ini semua, Sayang. I love you."
Kecupan di kening menjadi penanda bahwa Sera harus siap menghadapi kenyataan yang akan terjadi. "I love you too, Mas."
Davi meremas tangannya sebelum melepas genggaman, Rhardy yang sudah bersiap dengan toga advokat lalu membimbing suami Sera. Suaminya mengikuti langkah pengacaranya.
Sedangkan Sera dibantu oleh salah satu anggota tim lain untuk segera memasuki ruang sidang dan duduk di kursi yang disiapkan. Sera mengekor tanpa banyak bertanya, kacamata hitam sudah bertengger pada pangkal hidungnya.
Tidak disangka saat Sera hendak menuju ke ruang sidang, ia berpapasan dengan Darius yang diantar juga oleh kuasa hukumnya. Seolah sengaja, Darius meminta pengacara berjalan lebih dulu dan menghampiri Sera.
"Ini baru permulaan, Sera. Kesulitan hukum yang akan dihadapi Davi masih panjang," ujar Darius saat keduanya berdiri bersisian.
Sera tidak membalas perkataan pria yang pernah mengisi hatinya dulu, jauh sebelum ia menikah dengan Davi. Sambil berpegangan pada tim kuasa hukumnya, Sera melewati Darius begitu saja.
Meladeni lagi pria brengsek seperti Darius sama saja mencari masalah. Sera menahan nafas sambil membuang muka ke arah lain.***
Add this book to your library! Love and Vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]
RomanceDavi mencari istri sebagai tiket warisan keluarga, sedangkan Sera membutuhkan suami untuk bayi hasil perselingkuhan. Keduanya sepakat menikah kontrak. Ketika Davi pailit dan mulai menaruh hati, Sera justru kembali ke pelukan mantan kekasih. Apa Davi...