Bab 20. Maafkan Mas, Sera

111 6 0
                                    

Sera menggigil kedinginan saat menyadari setengah ranjangnya basah dan bercampur dengan bercak kemerahan. Darah. Sera tercekat, tenggorokannya kering saat ia mulai memanggil nama suaminya.

"Mas!" Teriakan histeris Sera membelah keheningan di paviliun mereka. Setelah kepergian Edric, ia dan Davi memang pisah kamar.

Beberapa saat kemudian, Davi tiba di kamarnya dalam posisi terhuyung karena belum total bangun dari lelap. Melihat Sera kesulitan menyandarkan punggung di sandaran ranjang, Davi menghampiri istrinya.

"Jangan bergerak, Sera. Mas panggil ambulans sebentar." Setelah memberi instruksi, Davi bergegas kembali ke kamar sebelah untuk menghubungi rumah sakit.

Sera mulai kesulitan bernafas ketika Davi mengambil segelas air putih dan menempelkan ke bibirnya. Beberapa saat kemudian, Aster menghambur masuk ke dalam paviliun bersamaan dengan petugas ambulans.

Pandangan Sera mulai kabur, ia menyandarkan diri pada Davi yang menopang kepalanya agar sedikit tegak.

"Sabar sebentar, Sera. Tahan dulu kantuknya. Mas ada disini," tutur Davi dengan sedikit terbata. Sprei linen jepang berwarna putih gading dengan motif guratan ranting pohon kini didominasi merahnya darah.

Sera menggapai tangan Davi dan meremasnya keras. Ngilu di perut dan setiap senti tubuh tidak pernah terbayangkan. Bahkan saat paramedis bertanya skala nyeri yang dirasakan olehnya, Sera hanya bisa menggeleng keras.

"Mas, sakit." Sera mengaduh saat tubuhnya dipindahkan paramedis ke atas stretcher ambulance sebelum akhirnya ditandu untuk dibawa ke rumah sakit. Seolah menolak ditinggal, Sera tidak melepas kaitan jemarinya pada tangan Davi.

Aster yang ikut mengawal tandu menuju ke halaman parkir lalu menepuk pundak Davi agar lelaki itu menemani istrinya. Kesedihan begitu terpancar di wajah ipar Sera itu.

Davi pun ikut masuk ke dalam ambulans untuk menemani Sera. Paramedis sibuk memeriksa kondisi Sera di tengah mobil yang berpacu kencang.

"Sayang, sabar." Davi menggenggam tangannya dan mendaratkan ciuman kecil pada sepasang tangan mereka yang saling menangkup.

Tidak terasa sudut matanya kembali memanas oleh serbuan air mata yang mulai menggenang. Sera merasa gagal menjadi calon ibu.

Bagaimana nasib bayinya di kandungan? Apa yang terjadi? Mengapa perutnya bagian bawahnya terasa sangat nyeri?

Kekhawatiran Sera kemudian terhenti saat ia merasakan kegelapan meliputi sekelilingnya.

***

Suara statis yang berasal dari peralatan monitoring pasien khas rumah sakit menyambut kesadaran Sera. Seluruh tubuhnya ngilu dan tidak bisa digerakkan meski ia ingin bangkir dari ranjang.

Sera menatap langit-langit ruang perawatan dan mengedar pandangan ke seluruh ruangan. Ia tidak menemukan siapapun yang menemaninya di dalam ruang rawat. Hingga kemudian, pintu dibuka dan sebuah wajah yang sangat dikenalnya bertatapan langsung.

"Mbak Sera, sudah bangun? Sebentar ya, kupanggil perawat dulu." Moon berkata dengan lega dan bergegas memanggil perawat yang bertugas.

Kesadaran Sera sebetulnya belum pulih ketika tiga perawat memeriksa tanda-tanda vital di tubuhnya. Terdengar suara Moon sedang menghubungi Aster melalui sambungan telepon dan mengabarkan Sera sudah sadar.

Sera masih termenung dengan apa yang baru saja dilalui olehnya. Ia mengelus perutnya yang rata dan menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

"Mbak, minum dulu air hangat mau?" Moon, asistennya meraih cangkir yang berisi teh hangat.

Sera menolak dan menanyakan keberadaan suaminya. "Davi kemana, Moon?"

"Mas Davi, ehm. Mas Davi," ujar Moon yang menggantung kalimatnya.

Pintu ruang rawat Sera dibuka dari luar oleh lelaki yang baru ditanyakan keberadaan olehnya.

"Mas Davi," sahut Moon dengan perasaan lega karena ia tidak perlu berada di dalam situasi yang sulit.

"Sayang," sapa Davi sambil menghampiri ranjang Sera. Wajahnya terlihat lelah seolah lelaki itu belum tidur sepanjang hari. Bahkan Davi belum mengganti pakaian tidurnya, joger training berwarna hitam dengan atasan senada.

"Mas," lirih Sera sembari mengulurkan kedua tangannya pada Davi. "Mana bayiku?"

Dirinya yang kini rapuh dan tidak memiliki siapa-siapa lagi, membutuhkan seseorang untuk bersandar.

Davi mempercepat langkahnya. Lelaki itu meraih Sera ke dalam pelukan. "Maafkan Mas, Sera."***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang