Bab 31.

139 6 0
                                    

"Mengapa tidak pernah cerita apa yang terjadi antara kalian?" Davi bertanya kesekian kali tentang hubungan istrinya dan Darius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa tidak pernah cerita apa yang terjadi antara kalian?" Davi bertanya kesekian kali tentang hubungan istrinya dan Darius. Rasa ingin tahu memenuhi kepala, meski ia tahu masa lalu tidak akan mengubah apa pun.

Kepala istrinya menengadah dalam dekapan Davi. Keduanya berbaring di atas ranjang setelah pergumulan mereka tadi malam. Peristiwa kemarin di rumah sakit antara Davi dan Darius menjadi penentu dimana Sera seharusnya menentukan posisi.

Bersamanya atau tidak bersamanya.

Telapak tangan Sera menyentuh lebam pada tulang pipi lalu menyusur sedikit ke atas pelipis Davi yang diperban luka karena robek sedikit. Lebam biru akibat pertengkarannya bersama Darius di lorong ruang tunggu dokter.

Bukan tindakan terpuji sebenarnya melakukan keributan di tempat ramai, khususnya rumah sakit. Namun, ia tidak menyesal telah melakukan perhitungan dengan Darius, pria yang membuat istrinya tidak nyaman.

"Mas sakit, Mas?"

Davi menggeleng, "Tidak sesakit kepalaku kalau kamu akan mengalihkan lagi pembicaraan ini, Sera."

Istrinya tidak merespon ucapan Davi dan hanya menyusur sisi tubuh Davi dengan jari lentik milik perempuan itu.

"Berita pemukulan besok pasti akan ramai di kantor, kalau aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana aku akan membelamu?"

"Aku tidak minta dibela, Mas."

"Meski kamu tidak minta dibela tapi kamu kan tanggung jawabku, Sera." Davi menahan emosi karena situasi buntu yang selalu dihadapi bersama Sera saat membahas tentang Darius.

"Sera, please."

"Tanpa aku cerita, Mas mungkin sudah punya dugaan. Gunakan saja dugaan Mas." Tubuh Sera mendadak bergeser dan bangun dari sisinya.

Dengan gesit, Davi menahan tangan sang istri agar tidak bangkit dari ranjang. "Cukup, Sera. Aku berhak tahu karena aku suamimu. Mengapa kamu masih melindungi pria itu?"

Pria bersuami yang menghamilimu dan bebas tugas begitu saja. Pria bersuami dengan keluarga kecil. Pria bersuami yang istrinya kamu kenal baik, Sera. Davi menahan diri hingga menggigit lidahnya.

"Rumah tangganya tidak harmonis dan mereka hendak bercerai, Dav." Sera memalingkan wajah dari Davi.

Lantas, apa hak kamu untuk masuk dalam rumah tangga mereka? Bukankah lebih baik menunggu Darius menyelesaikan persoalannya daripada menjadi simpanan?

"Aku memergoki Darius bersama sekretarisnya, Dav. Saat itu pula, aku memutuskan akan membesarkan bayiku sendiri." Sera berkata lirih.

"Pria itu tidak pernah tahu kehamilanmu?"

Sera menggeleng, "Aku menyadari kesalahanku yang terlalu naif dan percaya begitu saja pada semua rayuannya. Jika rumah tangga Darius dan Mbak Clara harus berakhir maka pria itu punya sejuta alasan. Bayiku tidak boleh menjadi kambing hitam atas dosa yang dilakukan kami."

Davi menarik Sera ke pelukan, ia meletakkan kepala sang istri tepat di dada dan mengelusnya pelan. Berharap Sera bisa mengeluarkan semua isi hati padanya.

Tidak seperti bayangan bahwa setiap perempuan akan menangis saat mengeluarkan isi hati. Sera justru tidak menunjukkan kesedihan ketika menceritakan kisahnya bersama Darius.

"Tidak ada lagi tempat untuk Darius, Dav. Tiap mengingatnya, hanya ada kemarahan dan rasa bersalah. Bahkan, aku gagal mengurus bayiku sendiri."

Meski tidak menangis tapi Davi dapat merasakan nada getir dalam intonasi Sera. Kepahitan yang diutarakan istrinya lebih menyayat dibanding derai air mata dalam bayangannya.

"Dokter Melia bilang itu bukan salahmu, Sera."

"Setelah keguguran kemarin, aku tidak yakin Tuhan akan mempercayakan lagi nyawa kecil di perut ini," lirih Sera sambil mengeratkan pelukan di pinggang Davi.

"Jangan bilang begitu, Sera. Tidak ada masalah dengan kesehatan organ reproduksimu. Kemarin mungkin hanya belum rejeki." Davi berusaha menenangkan kekacauan hati istrinya.

Dari potongan obrolannya bersama Sera, ia dapat menyimpulkan bahwa istrinya lebih kecewa kehilangan bayi dibanding kegagalan tidak bisa bersatu dengan pria beristri.

"Apa yang bisa kulakukan untuk menghiburmu, Sera?"

"Mas, merasa jijik dengan apa yang telah kulakukan bersama Darius?" Sera mengangkat wajah untuk melihat respon Davi terhadap pertanyaannya.

Kepala Davi menggeleng, "Seperti yang sudah kamu ucapkan, masa lalu tidak akan mengubah apa pun. Satu hal yang penting, apa kamu baik-baik saja sekarang?"

Pundak Sera mengangkat tidak yakin. "Aku hanya merasa Tuhan sedang menghukum karena dosa yang aku buat. Bayiku. Mas Edric. Semuanya kejadian itu beruntun terjadi menimpaku, Mas."

"Mas ada di sisimu, Sera. Mas Edric sudah menitipkanmu padaku. Kita bisa hadapi semuanya berdua."

Davi mengeratkan pelukannya pada pinggang Sera. Tindakannya seolah menepis jarak antara mereka berdua.

Sepasang tangan halus milik istrinya mendarat pada tengkuk Davi. Perasaan hangat tiba-tiba menjalar di sanubarinya saat Sera mendekatkan wajah keduanya.

Telapak tangan Davi membelai pinggul Sera dan menariknya ke pangkuan. Payudara istrinya yang kencang menempel di dada Ketika jari Davi mulai bergerilya pada paha setengah terbuka akibat gaun tidur yang tersingkap, Sera memiringkan kepala dan menyatukan bibir mereka.***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang