Bab 04. Suami Bayaran

196 11 7
                                    

"Apa sih, main larang-larang? Memangnya Mas itu siapa aku?" Sera menghardik dan sepasang tanduk kecil mencuat dari kepalanya.

"Aku kan suamimu, Sera. Aku berhak dong larang-larang," seru Davi. "Lagipula, kalau ada apa-apa dengan bayimu, bagaimana?"

"Loh, memangnya kenapa? Bayi ini kan anakku, bukan anak Mas Davi." Sera menjawab pertanyaan suaminya. "Kamu kan hanya orang suruhan kakakku supaya dia tidak malu punya adik yang hamil di luar nikah."

"Justru karena aku orang suruhan, maka aku bertanggungjawab atas kamu dan bayi ini. Sebatas kewajiban, ingat itu. Nggak perlu pikir aneh-aneh." Davi menahan emosi padahal kepalanya sudah mau pecah.

Kalau bukan karena iming-iming naik jabatan menggantikan posisi Edric sebagai CEO, mana mau dia mengurus perempuan berbulu domba seperti Sera!

"Sera, dengarkan aku. Kita harus bekerja sama. Jika kau bersikap manis, maka tugasku akan lebih mudah," tambah Davi berusaha mencari jalan keluar dengan istri barunya.

Untuk pertama kalinya, Davi menyesal telah menyanggupi kesepakatan Edric. Ia tidak menyangka belum juga dua puluh empat jam, Davi sudah ingin mengajukan surat cerai.

Menikah memang bukan jenis pekerjaan yang cocok untuknya!

Sera menggeser tubuh yang membuat mereka kini saling duduk berhadapan. Sepasang mata keduanya beradu. Davi menangkap rasa jengkel yang tergambar jelas di wajah istri pertama dan mungkin terakhirnya.

Davi tidak sabar menuntaskan kewajibannya sebagai suami kontrak hingga bayi dalam kandungan Sera lahir. Setelah itu akan menjadi duda kaya yang menolak lembaga pernikahan untuk alasan apa pun. Cih!

"Jadi, kamu maunya apa?" Sera berusaha menarik tangan dari cengkeraman Davi. "Kamu nggak perlu sok ngatur segala, ini bukan di rumah Mas Edric dan aku bukan anak kecil. Terserah aku mau apa. Sekarang lepas!"

Davi menolak melepas tangan Sera dan malah makin mengeratkan, "Minta maaf, Sera. Kenapa harus main tangan? Kamu harus menahan diri jika mau menjadi orang tua."

Meski mulut terkunci rapat tapi Sera tidak segan menyerang Davi dengan tatapan mencemooh. "Jangan sok mengajari! Lelaki macam apa mau dibeli hanya untuk menutupi kesalahan orang lain, hhah?"

"Minta maaf nggak?" Davi tidak peduli dengan ucapan Sera yang menyindir kesepakatannya dengan Edric. Murahan!

Jengkel karena Davi tidak menuruti perintah, Sera menggunakan tangan lain untuk menampar sisi wajah suaminya. Namun, kali ini Davi lebih sigap dari Sera. Kedua pergelangan tangan Sera kini terkunci dalam cengkeraman Davi.

"Susah sekali diberi tahu, Sera kamu benar-benar keras kepala. Aku penasaran apa yang akan dikatakan netizen melihat pujaan hati mereka ternyata ringan tangan," geram Davi sambil menahan posisi agar tetap stabil.

Tidak hilang akal, Sera menggunakan ujung kepalanya untuk menyerang dagu Davi. Keduanya limbung dan sontak jatuh terduduk dimana Davi tidak sengaja menindih sang istri.

Sera meringis karena bobot tubuh Davi dua kali lebih besar dari dirinya. Suara mengaduh pelan keluar dari mulutnya. Meski begitu, Davi tidak bergerak sampai keinginannya terkabul.

"Cepat minta maaf! Dua kali kamu menyerangku, Sera." Davi bersikukuh sambil mengangkat badannya sedikit dan memberi ruang pada perempuan angkuh yang ada di bawahnya.

Wajah keduanya sangat dekat, Sera bahkan bisa mencium aroma anggur dari mulut suaminya. Sesaat terlintas ide lain untuk membuktikan dugaannya pada Davi, ia sudah tidak peduli dengan tuntutan permintaan maaf yang diharapkan lelaki itu.

Sera memperhatikan wajah Davi yang hanya berjarak dua jari, ia sama sekali tidak takut ketika pandangan mereka beradu. Ia justru melihat suaminya salah tingkah dengan posisi keduanya saat ini.

Davi menelan ludah, salah tingkah. Sedangkan, Sera memperhatikan kerutan dahi dan rahang tegas suaminya yang membuat Davi terlihat maskulin. Ia senang membuat orang marah!

Meski merasa bathrobe tersingkap sedikit, Sera justru makin berani mendekatkan wajahnya pada Davi. Menurutnya, Davi hanya pesuruh Edric kakaknya. Uang dapat membeli apa pun dan siapa pun.

"Jika cara kasar tidak mempan mari buktikan dengan cara lain, Davi." Sera menggumam dengan suara mendayu yang lembut. Padahal, kalimat manis itu adalah sindiran untuk menaklukkan harga diri Davi sebagai laki-laki yang bisa dibeli.

Mendengar perkataan istrinya, Davi menolak mundur. Ia tidak mau dikerjai habis-habisan oleh perempuan berusia dua puluh dua tahun.

Davi, ingat kau bukan bocah ingusan! Ladeni saja permainan perempuan manja ini.

Sera makin menempelkan tubuhnya yang masih lembab karena lama berendam. Harum lavender yang ternyata bercampur sedikit aroma lemon dan mint dari tubuh istrinya seolah membuat Davi lumpuh terhipnotis.

Davi sadar Sera sedang menggodanya. Apa jangan-jangan libido perempuan hamil memang tinggi?

Sera membuktikan tindakannya dengan memiringkan kepala dan memajukan bibirnya. Seperti aba-aba yang sudah dihitung dalam hati, bibir mereka pun saling menyapa.

 Seperti aba-aba yang sudah dihitung dalam hati, bibir mereka pun saling menyapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber: unsplashdotcom/alejandra-quiroz)

Davi tidak bergeming. Astaga! Pantas saja perempuan ini hamil dengan pria tidak jelas. Jika mereka saja baru bertemu dua kali, Sera sudah binal seperti ini. Tidak heran, perempuan sok polos ini hamil tanpa suami.

Davi menelan ludah. Tenggorokkan tercekat. Seperti kucing yang ditawari ikan, ia tentu tidak akan menolak. Persoalannya, ikan yang sedang menawarkan diri adalah milik harimau yang akan mencabiknya hingga ke tulang jika Davi berani mengunyah umpan ikan.

Bibir keduanya lalu bertautan. Berawal dari kecupan singkat, lalu semakin dalam. Davi mengakui bahwa Sera ternyata pencium yang handal.

Tiba-tiba Davi tersadar jika ia masuk perangkap Sera, buyar sudah rencananya menuju kursi tertinggi di perusahaan keluarga Edric.

"Sera, berhenti!" Cengkeramannya pada sepasang pergelangan tangan Sera dilepas begitu saja, Davi lalu menjauhkan diri.

"Murahan," desis Davi sebelum berbalik dan membanting pintu kamar mereka.

Senyum Sera mengembang lalu ia menjatuhkan diri di sofa. Merasa menang pada pertikaian kecil mereka. Tangannya mengambil piring berisi menu sashimi yang sudah diidamkannya sejak tadi.

Ia mematikan televisi karena bunyinya yang berisik mengacaukan pikiran dan makan malamnya. Rencananya berhasil, setidaknya Davi akan tidur diluar malam ini. Sera tidak peduli suami pilihan kakaknya itu akan mendarat dimana. Bukan urusannya!

Tertegun melihat potongan ikan mentah di hadapannya, Sera ragu. Terlintas larangan Davi agar ia menjauhi makanan mentah selama kehamilan. Kepalanya kembali panas bahkan Sera menyesal sudah bersikap sopan selama dua puluh jam terakhir.

Pakai acara panggil Mas segala, hah! Mulai saat ini ia akan memperlakukan Davi seperti layaknya kacung saja. Siapa suruh lelaki itu sok kuasa dengan melarang-larang dirinya. Sial!

Untuk merayakan kemenangan karena berhasil mengusir Davi dari kamar mereka, Sera melahap habis makanan yang dilarang lelaki pesuruh Edric itu.

"Malam ini kita makan ikan ya, Dek. Kamu harus sehat dan kuat seperti Mama." Sera mengelus perut ratanya. Perutnya cukup kenyang meski diisi lima helai potongan sashimi.

Sera yakin malam ini ia akan tidur nyenyak karena batang hidung suami bayaran kakaknya tidak akan mengganggu lagi dirinya sepanjang malam.***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang