Bab 23. Emoticon

109 5 0
                                    

Sepulang keduanya dari liburan yang ditentukan istrinya, hubungan Davi dan Sera berangsur membaik. Apalagi setelah mengetahui bahwa Sera resmi pemilik terbesar di Tobacco Hanafy International.

Hidupnya bagai mendapat durian runtuh. Misi rahasia yang dilakukan olehnya hampir lima tahun terakhir akan terbayar lunas.

"Sayang, keberatan nggak temani Mas bertemu Om Theo? Kebetulan malam ini ada undangan makan malam dari Celia," tutur Davi sembari mengelus rambut panjang Sera yang tergerai.

Sera baru saja selesai mandi dan sedang duduk di depan meja rias. Jari lentiknya mengambil botol face toner dan menuangkannya pada sehelai kapas.

"Nanti malam?" tanya Sera sambil mengusap kapas basah berisi toner pada permukaan wajah.

Davi mengangguk. "Kupikir sudah waktunya kamu mengenal keluarga Mas."

"Mau pakai dress code apa?"

Davi mengernyit. Ini pertama kalinya seorang perempuan akan menyamakan warna busana dengan pakaian yang dikenakannya.

"Acaranya santai kok, Sayang."

Sera menyipit tidak percaya, "Mana mungkin seorang Celia Halim mengadakan acara makan malam tanpa dress code, Mas?"

"Lha, kamu kok lebih kenal Celia dibanding Mas?"

Merasa aneh dengan pertanyaan suami terhadap sepupunya sendiri, "Jangan bilang Mas tidak pernah ikut salah satu acara yang diadakan Celia?"

Tangan Davi yang awalnya sedang memijat lembut bahu sang istri, mendadak terangkat ke udara. Menandakan bahwa ia memang jarang atau nyaris tidak pernah memenuhi undangan sepupu kesayangan.

"Mas tidak pernah ikut satu kali pun pesta atau undangan makan malam yang diadakan Celia?"

Davi menggeleng. "Pesta Celia terlalu ramai, Sayang. Sedangkan, Celi bilang kali ini judulnya bukan pesta melainkan makan malam untuk kerabat dekat."

Tawa kecil hadir mulut manis istrinya. Ingin rasanya Davi merengkuh wajah Sera dan melumat bibirnya habis-habisan.

"Mas percaya Celia akan mengadakan sesuatu dengan sederhana?"

Kepala Davi kembali menggeleng.

"Coba Mas pastikan dulu dress code, nanti biar aku sesuaikan dengan busana kita. Mas pulang jemput atau aku yang ke kantor?" Sera mendongak. Sepasang netra yang indah milik istrinya berhasil membuat Davi tersihir.

"Aku usahakan pulang, Sera. Jadwalku agak padat hari ini. Kamu nggak apa-apa kalau harus menyusul ke kantor?"

Bulu mata lentik milik istrinya yang jelita mengerjap mengikuti mata belonya. "Santai saja, Mas. Lagipula, sudah lama aku tidak bertemu orang. Bosan juga lama-lama."

Davi menunduk dan mengecup dahi istrinya. Kedua tangannya menopang bahu Sera yang duduk di kursi rias.

"Sampai jumpa nanti malam, Sayang. Mas berangkat dulu," ucap Davi seakan tidak rela meninggalkan istrinya di rumah.

***

Seperti yang dibayangkan, jadwal Davi hari itu memang sangat padat. Ia bahkan melewati makan siang dan hanya memesan jus. Lidahnya pahit entah mengapa.

[✉️ Sera: Mas, otw ya.]

[✉️ Davi: Hati-hati, Sayang. Kalau sudah sampai, tunggu di ruangan saja.]

[✉️ Sera: ❤️❤️❤️]

Davi tertegun dengan balasan yang dikirim Sera. Singkat tapi bikin bingung.

Ia bingung harus merespon dengan emoticon love lagi atau membiarkannya saja?

Seutas senyum terlukis dari wajah Sera saat ia masih memeriksa ponsel. Darius yang memimpin laporan tim keuangan bahkan harus batuk kecil untuk menyadarkannya dari lamunan tentang Sera.

"Pak Davi, boleh saya minta perhatiannya lagi?" Darius memicingkan mata dan menyorot kembali layar presentasi menggunakan laser pointer berbentuk pena dari tangannya.

Davi mempersilakan Darius untuk melanjutkan laporan timnya. Setelah Davi menggantikan posisi mendiang Edric sebagai CEO pengganti, otomatis semua koleganya kini menjadi anak buahnya.

Mereka semua bertanggung jawab dan menyerahkan laporan divisi masing-masing pada Davi, termasuk Darius. Pria yang digadang-gadang menjadi saingan untuk mendapatkan posisi CEO THI kini menjadi bawahan Davi.

Waktu menunjukkan hampir setengah enam dan rapat tuntas. Davi memutuskan untuk menunda pembahasan rancangan anggaran. Menurutnya, divisi Darius masih harus menyempurnakan laporan divisinya.

"Sayang, sudah lama?" Davi mendekati Sera yang sedang berdiri di sisi jendela.

"Ruangan Mas Edric seperti baru. Mas sengaja mengganti desainnya?"

"Kenapa? Kamu nggak suka?" Davi memeluk Sera dari belakang.

Sera menggeleng. "Waktu naik lift, aku sudah membayangkan ruangan Mas Edric. Saat tiba dan menemukan ini, setidaknya aku tidak jadi menangis."

"Kamu jangan sering menangis, Sera. Mas ikut sedih."***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang