Kehadiran Sera yang datang menjenguk memberi Davi sedikit harapan pada hubungan keduanya. Meski pertemuan mereka tadi pagi tidak berjalan mulus, tapi ia yakin Sera menyimpan sedikit ruang di hati untuknya.
"Sera, sumpah aku benar-benar tidak selingkuh atau bermain hati dengan perempuan manapun." Davi berkata sambil membuat tanda dua dengan jarinya.
"Kita tidak perlu membahas itu sekarang, Mas." Sera duduk di sisi ranjang Davi. Kamar VIP yang luas juga menyediakan ranjang untuk keluarga pasien beristirahat dengan tipe ranjang single bed.
"Apa termasuk pertanyaan mengapa kamu lebih percaya bisa ular Darius dibanding suamimu sendiri, Sera?"
"Lebih baik aku pulang supaya Mas bisa istirahat dengan tenang," ujar Sera seraya meraih tas tangan miliknya.
Seakan terbiasa membaca kemampuan Sera melarikan diri dengan cepat, Davi menarik tangan perempuan itu. Dengan tangan lain, ia melingkarkan cengkeraman pada pinggang istrinya.
Meski dalam kondisi terluka tapi kekuatan Davi lebih besar, Sera terjatuh dalam pangkuannya. Tindakannya yang ceroboh hampir membuat infusan di punggung tangan kanannya terlepas.
Ketika Davi mengaduh pelan, perhatian Sera langsung tertuju pada sumber masalah. Dengan gesit, perempuan itu memperhatikan cairan infus yang kini bercampur sedikit darah.
"Sudah, Mas nggak apa-apa."
Wajah sayu Sera memandangnya, tidak ada yang keluar dari mulut sang istri.
"Mas minta peluk, boleh? Sebentar." Davi memohon agar Sera membalas pelukannya.
Sera masih tidak berkata apa-apa, perempuan itu hanya memajukan tubuh dan menyurukkan kepalanya di leher Davi.
Sentuhan lembut bibir sang istri kembali mengguyur beban berat yang dibawa Davi selama seminggu terakhir. Davi mulai menghujani rambut wangi Sera dengan kecupan-kecupan kecilnya. Mencium aroma musk lemon yang menguar dari mahkota kepala istrinya sudah cukup.
Saat kepala Sera terangkat sedikit, bibir Davi tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata. Ia melumat bibir sang istri dengan lembut, Davi bahkan tidak memaksa lidahnya masuk ke dalam rongga mulut jika Sera belum mengizinkan.
Sabar adalah kunci untuk hati yang sedang marah. Davi berkata dalam hati. Memeluk dan mengecup Sera sudah cukup untuk mengobati rasa rindunya.
Tidak disangka istrinya membalas ciuman Davi, Sera menekankan bibir keduanya. Sesaat ia merasa ragu untuk melanjutkan, tapi asa yang berkecamuk di dalam dadanya tidak tertahan.
Lidah Davi bergerilya di dalam rongga mulut sang istri. Telapak tangan Sera menarik ujung piyama khusus untuk pasien. Davi menjauhkan bibir mereka perlahan sambil tetap menangkup belakang leher istrinya.
"Sayang, jangan pergi. Temani Mas di rumah sakit, boleh?" Davi kembali meminta permohonan lain pada istrinya. Ia tahu jika tidak membuat batas, hasratnya tidak mungkin terbendung. Davi tidak mau mengurangi kepercayaan Sera padanya saat ini.
Sera tidak menjawab, sepasang mata indahnya terbuka dan menatap kehadiran Davi seolah lelaki itu baru mengatakan permintaan yang sulit dikabulkan.
"Mas janji tidak akan melakukan hal-hal yang tidak akan merusak suasana," ucap Davi dengan lembut.
Butuh beberapa menit sampai akhirnya Sera mengiyakan permintaan suaminya.
Davi menghela nafas lega, setidaknya ia mampu menahan hasrat dan mencapai harapannya.
Sera berada di sisinya, meski hanya satu malam. Ini baru awal, ia akan berusaha mempertahankan dan memupuk kembali rasa percaya sang istri.
***
Tiga hari kemudian, Davi diizinkan pulang ke rumah dan melakukan perawatan rawat jalan untuk mengobati luka setelah berkelahi. Sera belum lagi mengungkit isu perselingkuhan atau bertanya alasan pemicu perkelahian antara dirinya dan Darius.
Setidaknya dalam tiga hari terakhir, Davi menikmati keberadaan sang istri yang selalu ada di sampingnya.
"Mas, semuanya sudah siap. Kita pulang dijemput driver dulu, sampai Mas fit baru bisa menyetir lagi." Sera berkata sambil memeriksa isi nakas di samping tempat tidur rumah sakit, khawatir ada barang yang tertinggal.
Davi yang sudah berganti baju dan duduk di sisi ranjang lalu mengangguk. Tangannya menggapai pinggang sang istri ke dalam dekapan.
"Jangan jauh-jauh, Sayang. Kangen." Davi berkata jujur, ia tidak mau menahan diri untuk mengekspresikan perasaannya.
Kalau istrinya memang nyaman dengan kemesraan terbuka di depan umum, maka ia tidak akan segan memperlihatkan pada dunia bahwa dirinya sedang jatuh cinta.
"Aku hanya pergi sepuluh menit untuk urus administrasi pembayaran, Mas. Apa coba sudah kangen segala?" Senyum ceria terbingkai di wajah Sera sambil meledeknya.
Davi menyeringai jahil. "Tapi, kamu suka kan?" Bibirnya kembali mendarat di leher sang istri dan mengecup dengan membabi buta.
Tindakannya membuat Sera tergeli dan berusaha menjauhkan diri. Namun, Davi menahan perempuan itu tetap berada di posisinya semula.
Davi mendekatkan bibir Sera ke bibirnya, hingga ia bisa merasakan hembusan nafas sang istri. Aroma jus jambu menguar dan membuatnya ingin kembali merasakan lidah sang istri dalam mulutnya.
"I love you, Sera."
Sera memutar bola mata saat mendengar ucapan suaminya, "Perasaan sebelas menit lalu sudah bilang. Belum bosan?"
Davi menggeleng, "Pokoknya mau bilang setiap dua menit sekali di telinga kamu. Supaya yang ada disini mau buka pintu lagi buat Mas." Telapak tangan Davi mendarat sempurna di dada sang istri.
Sera meronta sedikit karena jari Davi bergerilya dengan jahil sambil menangkup salah satu payudaranya. Tawa geli yang terlepas dari bibir sang istri seolah menjadi simfoni untuk kebahagiaan Davi sendiri.
Ia akan melakukan apapun untuk kebahagian Sera. Apapun. Davi mengucap janji dalam hati.
Sesaat pintu kamar rumah sakit diketuk dari luar dan pengacara keluarga mereka mengucap salam untuk masuk. Ketika Sera beranjak dari dekapannya, Davi menahan sang istri agar tidak berdiri jauh darinya.
"Pak Davi, bagaimana kondisi kesehatannya?" tanya Rhardy, pengacara keluarga Sera yang kini juga menjadi kuasa hukum Davi.
"Sudah boleh pulang, Pak Rhar." Davi tersenyum ramah dan menanyakan kejelasan berita yang akan disampaikan pengacaranya.
"Pak Darius sudah mengajukan laporan pada kepolisian atas kejadian tempo hari." Rhardy menjelaskan seraya mengambil amplop putih dari balik jas hitam yang dikenakan pria itu, "Kepolisian mengirim surat somasi untuk pihak kita."
Davi tahu situasi ini akan digunakan Darius untuk terus mengejarnya. Harus ia akui penyerangan itu memang murni kesalahannya karena tidak bisa menahan diri.
Setelah mendengar penjelasan pengacara mereka, Davi mendapati wajah istrinya yang gusar. Entah harus bahagia atau sedih, meski terjerat kasus hukum Davi agak lega melihat kekhawatiran yang ditunjukkan sang istri.
Rasa cemas yang terpampang pada wajah Sera memperlihatkan bahwa ia ternyata masih memiliki sedikit ruang di hati perempuan itu. Kepercayaan istrinya tidak boleh lagi terluka oleh kebodohannya.***
Add this book to your library! Love and Vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]
RomanceDavi mencari istri sebagai tiket warisan keluarga, sedangkan Sera membutuhkan suami untuk bayi hasil perselingkuhan. Keduanya sepakat menikah kontrak. Ketika Davi pailit dan mulai menaruh hati, Sera justru kembali ke pelukan mantan kekasih. Apa Davi...