Empat hari berlalu dalam damai dan suami capernya tidak menampakkan batang hidung selama itu. Sera sedikit lega. Apalagi setelah kejadian saat mereka kepergok masih berpelukan oleh Mas Edric.
Tamat sudah riwayatnya!
"Sera, gimana rasanya hamil?" Aster bertanya penasaran sambil mengupas mangga arumanis.
Pertanyaan iparnya membuat air liur Sera tidak jadi mendarat pada potongan mangga pertama yang diidamkan. Rasa ingin tahu Aster wajar karena rumah tangga kakaknya sudah berjalan hampir lima tahun tanpa kehadiran buah hati.
"Ya gitu saja, Mbak. Masih belum terasa gimana-gimana," jawab Sera. "Cuma sering sakit kepala dan mual sedikit."
"Sakit kepala pusing atau sakit kepala karena kangen?"
"Kangen siapa? Kangen Mas Edric?" Sera menyebut nama kakaknya.
"Ya, kangen suami dong." Aster meralat jawaban Sera. Dua mangga selesai dikupas, dipotong simetris dan disajikan di atas piring bundar. Warna orange pada daging buah menunjukkan matang yang pas.
Sera bergidik. "Davi? Ih, malesin."
"Kok gitu? Jadi, ciuman tiga malam lalu cuma sapaan ringan begitu?"
Sera mendadak mengingat momen ketika bibir Davi tersapu pada bibirnya. Bisa-bisanya mulutnya diserbu begitu saja oleh lidah Davi! Secara tidak sadar, telunjuknya menyentuh bibir yang kini sedikit basah karena sisa kunyahan potongan mangga.
"Tuh kan, bengong lagi." Aster menggoda adik iparnya.
Leher Sera miring ke kiri kanan untuk mengenyahkan potret Davi dan ciuman mereka dari kepalanya. Mulut Sera kembali mengerucut karena ingatannya terulang pada kejadian tiga malam lalu.
"Kapan aku boleh pulang, Mbak? Aku tuh jelas cuma kecapean loh kemarin itu, kenapa bedrest nya jadi panjang begini?" Sera memprotes.
"Tunggu hasil lab dan kunjungan Dokter untuk yang terakhir, Sera. Kalau semua sudah oke, kita boleh pulang. Mbak nggak mau ada masalah dirumah, apalagi Mas Edric dan Davi sedang mengunjungi perkebunan tembakau kalian yang terbakar."
Sera mendadak teringat kakaknya, "Mas Edric kapan pulang, Mbak?"
"kemungkinan besar besok dengan penerbangan pagi. Semoga urusan mereka cepat beres, Sera. Mbak juga khawatir dengan Mas Edric," lirih Aster.
"Ya, Mbak."
"By the way, begitu pulang kamu langsung menempati paviliun ya. Sudah dirapikan dan furniture nya juga sesuai dengan kebutuhan kalian," jelas Aster sambil memperlihatkan foto hasil renovasi instannya.
Sera terhenyak. "Aku nggak punya pilihan ya, Mbak?"
"Ini perintah langsung dari Mas Edric. Katanya, kalau pengantin baru baiknya juga menempati rumah baru."
Jari Sera menyusuri beberapa hasil foto paviliun yang sudah disulap menjadi tempat tinggal yang nyaman. "Lha, ini kamarnya kok jadi kamar bayi, Mbak? Aku kan belum siap sekamar sama Davi."
Aster mengangkat bahu, "Entahlah, mungkin karena Mas Edric melihat kalian akrab. Jadi, ya langsung saja dibuatkan kamar calon keponakannya nanti."
Pikiran Sera menerawang. Ia menyesal karena Davi berhasil mengelabui Mas Edric, apalagi dengan adegan mesra yang dibuat-buat itu. Tentu saja Mas Edric akan menyimpulkan peluang antara dirinya dan Davi.
"Mbak, Davi itu beneran sebatang kara?"
Aster mengiyakan, "Sejauh yang diceritakan memang ibunya sudah meninggal dan ayahnya entah dimana. Davi dibesarkan oleh kakak ibunya yang bernama Om Theo. Bukannya kalian sudah berkenalan saat resepsi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]
RomanceDavi mencari istri sebagai tiket warisan keluarga, sedangkan Sera membutuhkan suami untuk bayi hasil perselingkuhan. Keduanya sepakat menikah kontrak. Ketika Davi pailit dan mulai menaruh hati, Sera justru kembali ke pelukan mantan kekasih. Apa Davi...