Bab 28. 🔞

361 8 0
                                    

Setelah mengalihkan pembicaraan terakhir bersama suaminya, Sera memilih menjauhi Davi sementara waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengalihkan pembicaraan terakhir bersama suaminya, Sera memilih menjauhi Davi sementara waktu. Menjelaskan masa lalunya bersama Darius tidak akan mengubah apapun di masa kini atau masa depan.

Sudah tiga hari berlalu sejak aktivitas pagi mereka di kamar mandi. Sera sendiri masih bertanya-tanya mengapa ia begitu percaya diri menghampiri Davi yang sedang mandi.

Mereka memang suami istri tapi ia sendiri ragu dengan apa yang ditawarkan Davi untuknya di masa depan.

Ponselnya berbunyi, sebuah panggilan masuk dari kakak iparnya yang masih berada di luar kota. Sera mengakui ketegaran Aster yang terus bekerja keras dan tidak terlarut dalam kesedihan setelah mendiang Mas Edric pergi.

"Ya, Mbak." Sera menyapa iparnya dari balik sambungan telepon.

"Sera, undangan ini mendadak banget. Apa kamu bisa menggantikan Mbak?"

"Siap, Mbak."

"Terima kasih ya, Sera. By the way, apa kabar dirumah? Kamu dan Davi baik-baik kan?"

Sera tidak langsung menjawab pertanyaan Aster, "Ba-baik, Mbak. Minggu lalu bahkan kami sempat bertemu keluarga besar Davi."

"Terus, bagaimana?"

Pertanyaan lanjutan Aster membuat Sera salah tingkah. Ingatannya kembali saat Davi dipermalukan salah satu anggota keluarga besarnya. Namun, Sera urung menceritakan pada Aster.

Persoalan rumah tangga hanya untuk dapurnya sendiri. "Semua baik, Mbak."

"Senang mendengarnya kalau begitu. Urusan Mbak di sini akan segera selesai, mungkin minggu depan sudah bisa pulang."

"Bagaimana tanggapan anak-anak pada bangunan baru di samping sekolah itu?"

Aster menjelaskan dengan bangga bagaimana masyarakat sekitar begitu berterima kasih pada sumbangan perusahaan mereka. Para buruh pemetik tembakau yang mayoritas ibu-ibu tidak perlu khawatir menitipkan anaknya.

Perusahaan menyediakan fasilitas pendidikan anak usia dini sehingga perkembangan tumbuh kembang anak-anak pekerja perkebunan tidak akan terbengkalai saat ibu mereka bekerja. Salah satu ide yang pernah tercetus dari Sera dan direalisasi oleh Aster.

Selesai menutup telepon, Sera bersiap untuk menghadiri undangan peresmian salah satu proyek Hanafy Foundation. Momen ini pertama kalinya Sera kembali muncul ke publik setelah menikah.

***

"Mbak Sera, apa kabar? Makin cantik saja setelah menikah."

Senyum ramah Sera terukir merespon sapaan salah satu perwakilan panitia yang menyambutnya. Entah ia merasa dalam situasi good mood atau sambutan panitia acara memang hangat.

Matanya tertuju pada sosok yang ingin dihindari, Darius Tjandra. Masa lalu yang meminta penjelasan darinya sejelas-jelasnya.

Tidak bisa menolak, Sera mau tidak mau harus duduk berdampingan dengan Darius di salah satu sofa undangan tamu VIP. Telapak tangan mulai berkeringat, ia berpikir venue kegiatan outdoor yang membuatnya tidak nyaman.

Darius tidak menoleh atau bahkan menyapanya. Salah satu kekhawatiran Sera musnah sudah. Mungkin setelah kejadian sore di kantor Davi, pria itu berpikir untuk tidak lagi mengganggunya.

Ia kini bisa lebih santai mengikuti kegiatan peresmian salah satu proyek milik Yayasan Hanafy. Sepanjang acara perasaan Sera cukup lega karena meski kakak lelakinya sudah tiada tapi tidak berpengaruh banyak pada pendanaan dan keberlangsungan kegiatan bisnis perusahaan.

Ketika acara dipotong untuk makan siang, Sera memutuskan untuk berpamitan dengan panitia karena tubuhnya mendadak merasa letih. Aster benar seharusnya ia tidak terlalu memaksakan diri.

"Permisi," ujar Sera berkata lembut seraya meninggalkan lokasi acara peresmian sebuah gedung sekolah yang baru.

Baru saja menyandarkan punggungnya di jok penumpang dan merasakan pendingin mobil yang nyaman, pintu penumpang lain mendadak dibuka dari luar. Sepasang mata Sera memandang kehadiran Darius yang tiba-tiba.

"Sera." Darius berkata sambil menutup pintu mobil.

"Pak Darius!" Supir keluarga Sera menoleh ke belakang dan menyadari ketidaknyamanan yang dihadirkan pria itu pada majikan perempuannya.

"Kita harus bicara atau kamu pilih kita membahasnya didepan Davi?"

Sera tahu bahwa Darius mampu bertindak nekad dan menyeret Davi kembali dari pembicaraan mereka yang tidak penting hanya akan membuat suaminya mendapat masalah. Ia menepuk pundak driver dan meminta agar mereka bisa bicara berdua di dalam mobil.

Darius tidak mungkin berbuat kasar seperti yang dilakukan olehnya tempo hari.

"Ada apa lagi? Bukannya urusan kita sudah selesai?"

"Belum selesai dan bahkan belum dimulai," ujar Darius seraya menarik tangan Sera ke dadanya. "Maafkan aku karena terbawa emosi, Sera."

Hentakan tangan Sera tidak berpengaruh apa pun pada cengkeraman Darius yang kini menunduk dan memberi kecupan kecil pada pergelangan tangannya.

"Harum seperti biasa, Sera." Darius mengendur titik nadi pergelangan tangannya. Intonasi pria itu kini jauh melembut.

"Kenapa nggak pernah bilang bahwa bayi itu anakku?"

"Siapa bilang bayi itu anakmu?" Sera menarik tangannya dengan kasar. Darius berhasil membuatnya mengumpulkan tenaga karena membahas bayi mereka.

"Kalau kamu bilang, aku akan segera tinggalkan Clara." Darius melanjutkan, "Bisa-bisanya kamu malah menikah dengan si Davi culas itu."

"Davi tidak seperti itu, Darius." Sera membela suami pilihan mendiang kakaknya di depan pria beristri yang pernah membuatnya terpesona. Ia lalu bergeser jauh hingga punggungnya menyentuh interior pintu mobil.

Tindakannya membuat Darius ikut bergeser. Pria itu bahkan tidak menyisakan jarak diantara mereka. Ia lalu menangkup wajah Sera dan mendekatkan bibir mereka.

Sera dapat merasakan lidah Darius menyusup liar diantara bibirnya. Sekuat tenaga ia berusaha berontak tapi kekuatan pria itu lebih besar dan menekannya makin ke sandaran pintu.

Telapak tangan Darius membelai kedua sisi payudaranya. Bibir pria itu pun dengan liar mengunjungi lehernya tanpa permisi sambil membisikkan kalimat erotis untuk mengingatkan perjalanan gairah masa lalu keduanya.

Kini bahkan Darius menarik tubuh kurus Sera dan menariknya agar duduk dipangkuan pria itu. Lidahnya kembali membelai daun telinga Sera.

Sera dapat merasakan bentangan tangan pria itu di atas perutnya, Darius berhasil menarik lebih dekat. "Jangan, Dar."

Rontaan dari mulutnya justru membuat Darius makin melancarkan aksinya. Sera tersentak ketika pantatnya bersentuhan dengan selangkangan pria itu. Kejantanan Darius menjadi bukti gairah pria itu padanya.

"Kamu yang membuatnya bangun, Sera!" Perkataan Darius ditengah gigitan kecilnya di belakang Sera. Salah satu spot sensitif yang bisa membangunkannya.

"Berhenti." Sera merintih sambil berusaha mendorong dada pria pria itu untuk menjauh.

Darius tertawa kecil sambil terus mencumbu ceruk leher Sera tanpa memberi kesempatan agar ia bisa kabur dari situasi ini.***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang