"Mas, saya perlu stay atau bagaimana?" Davi bertanya pada Edric. Salah satu gudang perkebunan tembakau milik keluarga Edric ludes terbakar. Sudah tiga hari ia dan iparnya berada di Semarang dan meninjau apa yang terjadi.
Sebetulnya Edric bisa menyuruh Davi pergi sendiri tapi gudang yang terbakar mengalami kerugian cukup parah. Meski harus meninggalkan Sera di rumah sakit, Davi dengan senang hati berjauhan dengan perempuan manja yang tidak mudah ditebak itu.
"Ikut pulang saja, Dav. Kita sudah buat laporan pada kepolisian. Tugasmu mengawasi tim legal pusat untuk mengawal proses penyelidikan," jelas Edric di depan lobby hotel yang mereka tempati beberapa hari terakhir.
"Jika kita pulang sekarang lewat tol, kita akan tiba di rumah antara jam dua atau tiga subuh. Sedangkan, penerbangan paling pagi jam sepuluh. Kita baru akan sampai sekitar jam empat sore."
Davi tahu kemana arah perkataan iparnya, "Kalau begitu saya yang menyetir saja, Mas. Begitu kita tiba, mobil operasional perkebunan bisa dikembalikan supir kembali kemari."
"Ide bagus, Davi. Kamu memang bisa diandalkan," ujar Edric sambil menepuk bahunya.
Davi tersenyum. Ia memang terbiasa membaca jalan pikiran Edric, sama halnya ketika pria itu bercerita tentang persoalan Sera yang hamil diluar nikah. Dirinya dengan percaya diri mengajukan diri menikahi dan bertanggung jawab untuk Sera.
***
Tebakannya tepat, ia dan Edric sampai di rumah sekitar pukul setengah tiga subuh. Double cabin milik perkebunan memasuki kediaman megah Hanafy.
"Sera sudah ada di paviliun, Dav. Kamu bisa langsung menyusulnya," ucap Edric seraya menutup pintu penumpang.
"Mas, ada yang mau saya tanya boleh sebentar."
Edric menghentikan langkah, "Ada apa, Dav?"
"Mas nggak khawatir kalau saya akan berbuat jahat pada Sera?"
"Lha, maksudnya?"
"Saya dan Sera kan baru menikah, tapi pernikahan kami jelas bukan atas dasar cinta. Mas, nggak keberatan kalau saya satu kamar dengan Sera?"
Edric terkekeh, "Telat banget kamu mikirnya, Dav. Menurutmu, kenapa aku menikahkan kalian jika bukan karena kamu adalah sosok yang pas untuk Sera?"
"Mas Edric, kan belum mengenal saya luar dalam," balas Davi seakan menjelekkan dirinya sendiri. Merendah untuk meroket.
"Kamu tuh sudah kerja sama Mas hampir satu dekade, Dav. Posisi pertamamu dulu apa? Marketing officer, kamu tidak malu padahal title sarjanamu berasal dari universitas bergengsi."
Davi tersenyum mendengar pujian yang disampaikan Edric.
"Belum lagi nama besar keluargamu yang bisa kamu manfaatkan untuk duduk di puncak. Namun, mengapa tidak kamu lakukan, Dav?"
"Saya lebih memilih berdiri di bawah kaki saya sendiri, Mas." Padahal, sebetulnya keluarga besar itu tidak pernah menganggapnya ada. Tanpa Om Theo, ia tidak mungkin menyemat nama Halim.
"Kamu datang dari keluarga terpandang, Davi. Meski Mas ikut prihatin dengan apa yang menimpa ayahmu. Namun, anak tidak perlu membawa dosa kedua orang tuanya, bukan?"
Davi menegang. Ini pertama kali Edric membahas latar belakang keluarganya, Davi pikir ia sudah menutup rapat tragedi ibu dan ayahnya.
Edric merangkul bahu Davi, "Mas percaya kamu bisa membimbing dan melindungi Sera. Hanya butuh kesabaran untuk menaklukkannya. Semoga kamu juga bisa menerima dan membesarkan bayi di perut Sera. Anak itu akan mewarisi semua ini, Davi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]
RomanceDavi mencari istri sebagai tiket warisan keluarga, sedangkan Sera membutuhkan suami untuk bayi hasil perselingkuhan. Keduanya sepakat menikah kontrak. Ketika Davi pailit dan mulai menaruh hati, Sera justru kembali ke pelukan mantan kekasih. Apa Davi...