Bab 30.🔞

293 6 0
                                    

Davi tidak seperti itu, Darius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davi tidak seperti itu, Darius. Ucapannya tentang suaminya kembali terngiang di telinga Sera. peristiwa di mobil juga masih menempel kuat pada ingatannya.

Sera dapat merasakan lidah Darius menyusup liar diantara bibirnya. Ketika pria itu berhasil membelai kedua sisi payudaranya, ia jelas tidak berkutik.

Darius memiliki sesuatu yang tidak dimiliki lelaki lain, termasuk suaminya. Kharisma. Dirinya sendiri masih mencari bagaimana ia bisa jatuh ke pelukan pria beristri.

Pintu kamar tidurnya dibuka dan Sera tahu siapa yang ada di baliknya. Setelah seminggu pergi karena perjalanan bisnis, Davi akhirnya pulang ke rumah.

Merasa tidak ingin bertegur sapa, Sera menarik selimut hingga ke dagu dan berakting seolah sudah di alam mimpi. Sebuah tindakan yang sia-sia karena kini Davi menghampiri sisi ranjang miliknya.

Sera dapat merasakan jemari suaminya menyusur pelipis dan tulang pipinya dengan lembut. Ia berharap sepasang matanya dapat bekerja sama dalam melanjutkan misi pura-pura tidur.

"Sera, maafkan aku." Davi berbisik sambil mengecup keningnya sekilas lalu setelahnya beranjak menuju kamar mandi.

Rasa ingin tahu menerjang sanubari Sera, mengapa Davi tiba-tiba minta maaf? Apa yang sudah dilakukan lelaki itu hingga merasa bersalah?

Bunyi gemericik air dari balik tembok mengingatkan Sera bahwa suaminya sedang mandi. Rasa penasaran kini berubah menjadi imajinasi liar tentang tubuh Davi.

Dadanya mendadak berdebar disertai hasrat gairah yang memenuhi kepala Sera tentang suaminya sendiri.

Sera menyesal mengapa dirinya bersikap pura-pura tidur saat Davi pulang. Ia lalu menyingkap selimut dari ujung bahu dan terduduk.

Mengapa dirinya tidak memiliki secuil keberanian untuk jujur pada Davi tentang masa lalunya bersama Darius? Apa yang ditakutkan? Bukankah semua orang pernah khilaf?

Sibuk dengan pertanyaan sendiri, Sera bangkit dari ranjang dan hanya mengenakan camisole setali berwarna lavender dan berdada rendah. Tangannya mendorong pintu kamar dan menuju ke dapur untuk membuat teh hangat.

Beberapa saat kemudian, Davi muncul diambang pintu hanya dengan lilitan handuk pada pinggannya. Tatapan Sera kembali tertuju pada dada bidang milik suaminya yang lembab setelah mandi air hangat.

"Gara-gara Mas, kamu terganggu tidurnya ya?"

Iya. Seratus persen.

Sera menggeleng sambil meletakkan tangan di tenggorokannya. "Haus. Mas mau minum air hangat?"

Davi mendekati tempat Sera berdiri. Keduanya berdiri bersisian di meja panjang pada dapur mereka yang minimalis. Keheningan mendadak menyelimuti keduanya.

Mereka saling memandang dengan isi kepala masing-masing. Sera melihat nafas Davi yang naik turun. Telapak tangan Sera mendarat tepat pada salah satu puting milik suaminya tanpa permisi.

Keraguan menyelimuti Sera yang entah mengapa ingin menempelkan bibirnya tepat di atas sentuhan jarinya. Merasakan denyut jantung milik lelaki yang dipilihkan mendiang Mas Edric untuk menjadi pendampingnya.

Davi merangkum kepala Sera dan mendongakkannya. Bibir lelaki itu pun mendaratkan ciuman pada bibirnya perlahan. Kelembutan lidah Davi membangunkan titik-titik sensitif miliknya.

"Mas kangen, Sera."

Kepala Sera mengiyakan tanpa suara. Kini jantungnya yang berpacu dan darahnya mendadak menggelegak setelah belitan lidah Davi menyapa mulutnya dengan lembut.

Davi menarik pinggang Sera dan menempelkan kejantanannya. Bukti kuat bahwa pria itu sedang menginginkan dirinya. Mungkin.

Keduanya kembali berciuman. Sepasang mata Sera terpejam dengan nafas yang memburu saat Davi membelai salah satu ujung payudara dan memelintirnya.

Lelaki itu menyurukkan kepalanya pada ceruk leher Sera dan menghujami ciuman panas setelah seminggu berpisah. Sera mendesah dan memeluknya erat.

Davi menggendong Sera dalam sekali angkat dan menopangnya di atas meja panjang dapur. Tangan Sera merangkul leher suaminya sambil membenamkan kesepuluh jari pada punggung Davi yang liat.

***

Sera terbangun dengan perasaan puas di sisi suaminya yang masih terlelap. Memperhatikan Davi setelah permainan mereka semalam ternyata menjadi hiburan lain untuknya.

Telunjuknya menyisir sisi wajah Davi, menuju rahangnya yang tegas dan berakhir pada ujung bibir yang sukses melumat dirinya habis-habisan.

Senyum usil terbit di ujung bibir Sera. Telapak tangannya bergerilya pada bagian perut bawah dan memainkan bulu-bulu halus milik Davi.

Davi mendesah dan serta merta meraih Sera dalam pelukan. Meski masih memejamkan mata, bibirnya dengan sukses mendarat pada bibir sang istri.

"Sayang, masih belum lelah semalam?" Seringai menghiasi wajah Davi dengan salah satu alis yang terangkat penasaran karena ulah jari Sera.

Sepasang mata Sera berkedip seolah tidak berdosa. "Mas, nggak ke kantor hari ini kan?"

"Memangnya kamu punya ide apa?"

"Temani aku ke rumah sakit boleh, Mas?" Sera bertanya hati-hati. Hari ini adalah jadwal terakhirnya check-up ke Dokter Melia. Menginjakkan kaki di rumah sakit adalah hal yang tidak ingin dilakukan sendiri.

Tiba-tiba Davi terbangun dan memandangnya dengan serius. "Kamu nggak apa-apa, kan? Ada yang sakit gara-gara semalam?"

Sera menggeleng. "Semuanya aman, Mas. Aku cuma nggak mau kontrol sendirian ke rumah sakit."

Nafas lega kembali memenuhi dada Davi, ia lalu mengiyakan permintaan istrinya. Tubuh lelaki itu memutar sedikit agar bisa berhadapan dengan Sera dan mengelus lembut lekuk pada bagian pinggangnya.

"Satu ronde lagi sebelum berangkat ya, Sayang." Davi menundukkan kepala dan mendekatkan kembali bibir mereka.***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang