Bab 42.

86 6 0
                                    

Sera menghempaskan diri ke ranjang empuknya. Setelah melepas maxi dress buatan desainer terkenal yang dipinjamkan oleh Celia. Sepupu Davi itu bersikeras agar Sera menyimpan semua koleksi pakaiannya sepanjang liburan di kapal pesiar milik suaminya.

Tanpa keluar dana sepeser pun, bahkan sepotong pakaian Sera menghabiskan waktu berkeliling Samudera Pasifik. Menikmati matahari, aroma laut dan tidak terbatasnya akses pada minuman keras tidak membuat Sera melupakan suaminya begitu saja.

Sayangnya, hampir sebagian besar waktu Sera dihabiskan di kamar atau berjemur di dekat kolam renang saat kapal menepi di pelabuhan negara lain. Selain tidak membawa paspor, ia juga memang tidak tertarik menjadi wisatawan betulan.

Salah satu tali camisole yang dikenakan Sera merosot di bahunya, sepasang kaki jenjangnya menyilang dengan santai. Pandangannya menerawang. Pertanyaan mendadak muncul di kepala.

Apa yang dilakukan suaminya selama ia pergi? Apa Davi benar-benar berkata jujur tentang hubungannya dengan Mbak Aster?

Sera memperhatikan langit-langit. Suaminya sengaja meminta salah satu mural artist terkenal untuk menggambarkan langit aurora seperti di Swedia, Alaska atau Norwegia.

"Sayang, kapan-kapan kita bulan madu ke sana. Sekarang lukisannya dulu. Cantik dipandang kan kalau semua lampu dimatikan?"

Sera menggigit jari, ia mulai meragukan semua kalimat manis yang pernah terucap dari mulut suaminya. Apa lelaki itu sungguh-sungguh atau hanya mempermainkan hatinya saja?"

Air mata kembali menggenang di sudut mata. Ponselnya terus bergetar sepanjang sore, Sera tidak peduli. Ia terlalu lemas untuk bergerak ke nakas dan mematikan alat komunikasi itu.

Ingatannya ditarik pada peristiwa tadi siang saat Davi menjemputnya di pelabuhan. Lelaki itu terlihat begitu tulus saat menyatakan perasaan. Jari Sera menyentuh bibir dan membayangkan ketika kecupan lembut suaminya berubah menjadi sedikit kasar karena putus asa.

Tidak adil! Seharusnya ia yang merasa putus asa, bukan Davi. Sok polos padahal serigala berbulu domba.

"Lihat suami tercinta milikmu, Sera. Ini bukan kataku, tapi gambar yang berbicara." Darius menyerahkan sejumlah foto yang menjadi pemicu keretakan rumah tangganya bersama Davi.

Air mata terus mengalir tanpa henti. Kini Sera tidak lagi meraung. Kemarahannya sudah diteriakkan pada laut yang tidak bersalah dan langit yang tidak tahu apa-apa selama ia kabur dari Davi.

Lengan Sera ditumpang tepat di atas sepasang matanya yang terpejam. Air mata menolak untuk kering menangisi lelaki tidak berperasaan seperti Davi. Saat Sera mulai membuka hati, Davi justru mempermainkan hatinya.

Beberapa saat kemudian, pintu kamarnya diketuk pelan. Pelayan memanggil namanya dari balik pintu.

"Bu, ini ada asistennya menghadap. Saya tidak beri izin karena khawatir Ibu sedang beristirahat," ujar pelayan berkata pelan saat Sera merespon ketukan pintu tersebut.

"Mbak, ini aku Moon." Terdengar suara asisten Sera setelah pelayan selesai laporan, "Maaf mendadak. Ada yang mau aku bahas soal Pak Davi."

Sepasang alis Sera mengerut heran karena kedatangan Moon diluar jam kerja. Tangannya meraih kimono sutra dan memakainya cepat. Langkahnya bergegas menuju pintu kamar dan mendapati dua bawahannya terlihat panik.

"Ada apa, Moon?"

"Pak Davi masuk rumah sakit, Mbak. Berkelahi dengan orang. Adik sepupuku kebetulan perawatnya."

Heran dengan kabar sedih yang dibawa asisten, Sera menggaruk alis matanya yang tidak gatal. "Persoalannya, tidak ada telepon dari rumah sakit, Moon."

"Pak Davi memang tidak ingin membagi kabar buruk ini, Mbak."

"Kalau begitu ya buat apa saya dipanggil ke rumah sakit?" Sera terdengar jengkel dibandingkan khawatir.

***

Awalnya Sera bimbang mengikuti langkah asistennya saat menyusuri lorong rumah sakit. Perasaannya tidak menentu. Atau, lebih tepatnya gengsi jika harus lebih dulu menghampiri.

Namun, situasinya kini darurat, Sera. Luka separah apa sampai Davi harus dirawat di rumah sakit? Lalu, bagaimana suaminya bisa terlibat perkelahian di depan kantornya sendiri?

Sejumlah pertanyaan menumpuk di kepala Sera. Setelah mengetahui lawan kelahinya adalah Darius. Pikirannya kembali mengerucut tentang tindakan buruk Darius.

Mengapa kedua pria itu sampai berkelahi karena dirinya? Atau jangan-jangan ada masalah yang lebih besar di kantor, tapi Davi menolak berbagi dengannya?

Langkah Sera terhenti tepat di depan ruang rawat VIP suaminya. Ada perasaan enggan untuk memeriksa kondisi kesehatan sang suami tapi setengah hatinya penasaran bukan main.

Telapak tangan Sera mendorong pintu dan menemukan kondisi fisik suaminya yang menyedihkan. Pelipis kanan membiru dan ujung bibir yang diperban karena sobek.

Lelaki dan adu otot adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan! Sera lalu membuang wajah ke arah lain sebelum akhirnya pandangannya terkunci mata Davi.

Sepasang mata suaminya berbinar saat menangkap sosok Sera di ambang pintu. Keduanya hanya saling tatap tanpa ada satu pun yang menyapa atau bersuara lebih dulu. Sera salah tingkah.***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang