Bab 39.

90 5 0
                                    

"Aku butuh waktu berpikir, Mas. Jangan ganggu aku dulu," lirih Sera sambil menahan derai tangis yang akan pecah di ujung bibir.

Jantung Davi seakan dihujam pisau berkali-kali. Dadanya kelu. Mati rasa.

Sera berbalik dan meninggalkan kamar mereka. Pintu tertutup di belakang perempuan itu. Davi berdiri di tengah ruangan, tidak mampu bergerak mengejar istrinya. Bahkan satu jengkal pun.

***

Apa yang dimaksud Sera dengan waktu berpikir? Satu jam? Tiga jam? Dua hari? Seminggu?

Davi menyeka wajahnya dengan air di wastafel kantor. Tiga malam berlalu tanpa kabar dari istrinya. Atau tepatnya, istrinya yang menolak mengabari.

Davi masih ingat dengan jelas empat hari yang lalu setelah Sera meninggalkan rumah hanya dengan pakaian tidur. Ia pikir istrinya hanya menenangkan di paviliun yang kini sudah disulap menjadi tempat kerja perempuan itu.

Seluruh pesan singkat dan panggilan teleponnya juga tidak digubris Sera. Ia sudah bertanya pada asisten pribadi istrinya, driver dan semua pelayan di rumah. Tidak ada yang mengetahui kemana Nyonya mereka angkat kaki.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Nyaris empat belas jam setelah pertengkaran mereka di kamar. Foto-foto yang dilempar Sera ke wajahnya berserakan di atas ranjang. Pelayan bahkan tidak berani membereskan Tempat Kejadian Perkara.

Davi mengambil satu per satu potongan foto yang tidak dapat dijadikan bukti atas tuduhan yang dilempar Sera. Amarahnya memuncak.

Siapa yang telah menjebaknya? Apa yang salah dari kebersamaannya bersama Mbak Aster di perkebunan keluarga mereka sendiri? Toh, mereka hanya kebetulan bertemu. Tidak lebih.

Makian Davi menggema di kamarnya sendiri. Kamar yang hampa tanpa keberadaan sang istri.

Beberapa saat kemudian, hampir pukul empat pagi. Kepala Davi sedikit pusing karena belum tidur sepanjang malam. Istrinya tidak menunjukkan batang hidung atau bayangan sekalipun.

Davi memutuskan pergi ke kantor polisi dan melaporkan hilangnya Sera. Setidaknya pergi ke kantor polisi akan mengalihkan sedikit perhatiannya.

Tepat saat ia menutup pintu mobil, ponselnya berdering. Celia Berisik. Begitu Davi menamai sepupunya di ponsel, ia lalu menjawab telepon.

"Bebs," panggil Celia dengan ceria dari baliknya.

"Pulang mabok kan? Telepon Dante, jangan aku. Ada urusan penting," potong Davi sebelum sepupunya menyelesaikan kalimat.

"Bini lo sama gue. Liburan. Nggak perlu dikejar-kejar dulu. Let her breathe from you! Aye-aye, Captain. See you next week. Ciao." Celia berkata pendek tanpa basa-basi lalu menutup telepon.

Kini balas Davi yang memanggil nama sepupunya. Sayang, telepon sudah diakhiri Celia dengan jahil. Ada rasa lega karena ia sudah mengetahui keberadaan istrinya.

Namun, Davi penasaran bagaimana Sera bisa berakhir liburan bersama sepupunya Davi? Bukankah mereka baru bertemu dua kali? Sejak kapan keduanya akrab?

Mencoba beberapa kali menelepon kembali nomor Celia yang tidak diangkat, Davi meninju setir dengan jengkel. See you next week? Jadi, ia harus menahan rindu bertemu istrinya selama seminggu lebih?

Davi kembali memaki di dalam mobil.

***

"Sera, maafkan Mas. Ayo, pulang."

Keduanya saling bertatapan. Wajah istrinya yang sumringah saat berbincang dengan pria lain mendadak gelap.

Api cemburu mulai membakar dada Davi. Baru pergi tujuh hari, istrinya sudah akrab dengan pria lain? Menakjubkan. Semua salah Celia.

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang