Bab 47.

220 10 1
                                    

Sedikit belajar dari pengalaman, Davi tahu tidak sulit membahagiakan perempuan. Meski Sera sering jual mahal tapi perempuan itu sangat menikmati perhatian kecil darinya.

Dapur bersih mereka tampak agak sibuk dari biasa, Davi sengaja pulang lebih awal karena tidak ingin membuat kejutan untuk Sera. Saat ini urusan kantor bisa menunggu sampai Davi mendapat bukti lebih banyak tentang kejahatan Darius pada perusahaan mereka.

Aroma iga bakar yang baru dipanggang menguar memenuhi ruang makan, sup bening dengan potongan wortel dan kentang sudah siap disajikan di atas mangkuk. Davi tersenyum melihat hasil kerjanya.

Sera harus makan banyak dan bergizi, ia tidak tidak melihat istrinya yang lemas karena kurang darah.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul setengah delapan dan Sera belum menampakkan batang hidung, Davi mulai khawatir. Tepat saat ia menekan nomor ponsel istrinya, suara heels Sera terdengar menuju dapur.

"Lha, Mas. Aku nggak tahu kalau Mas pulang duluan," sahut Sera yang heran dengan keberadaannya di rumah.

Kedua tangan Davi hanya ditengadahkan ke atas dengan senyum jahil menghias di wajahnya.

Perempuan itu meletakkan tas tangan di salah satu kursi meja makan dan menghampiri tempat Davi berdiri, "Biasanya aku yang sampai duluan."

Davi meraih Sera dan perlahan menarik dalam pelukan. Kepala istrinya diangkat sedikit agar bibir mereka sejajar. Bibir Davi mencium Sera lembut.

"Kejutan."

Senyum manis Sera mengembang saat Davi mengucap kejutan di akhir ciuman mereka. Ia menyadari perubahan suasana hati yang sedang dialami istrinya.

"Mas, masak sendiri?" Sera masih bersandar pada Davi setelah mereka berpelukan agak lama.

Tangan Davi menuntun istrinya, "Mas ambilkan nasi?"

Sera mengiyakan.

***

Makan malam mereka berlangsung hening, istrinya tidak banyak bicara. Davi dapat merasakan ketegangan pada diri istrinya.

Apa sesuatu yang buruk sedang terjadi dan Sera belum memberitahunya?

Setengah telanjang dan hanya membelitkan handuk di pinggang, Davi masuk ke kamar mandi. Sera yang sedang berendam sepertinya sengaja membuka setengah pintunya agar ia bisa turut serta.

Seperti dugaan Davi, wanitanya sedang melamun ke arah lain. Pandangan Sera tampak hampa meski jarinya sedang memainkan busa di sekitar dadanya.

"Sayang, Mas boleh bergabung?" Suara Davi memecah lamunan istrinya.

Sera menoleh dan mengiyakan. Perempuan itu bergeser agak ke tengah untuk memberi Davi ruangan. Meski sebetulnya bathtub mereka yang berbentuk persegi cukup luas diisi oleh empat orang dewasa.

Davi sudah duduk bersisian dengan istrinya. "Keberatan kalau Mas menyalakan tombol jacuzzi supaya lebih hangat?"

Istrinya mengangguk, kepala Sera kini bersandar di dadanya.

"Kamu kenapa, Sera? Apa ada yang masalah di yayasan?" Davi mencoba menebak kerisauan istrinya.

Sera menggeleng.

"Belum mau cerita sama Mas?"

Suasana kembali hening, hanya alunan lembut musik

Sesaat kemudian, keduanya kembali dalam keheningan sampai Sera berkata, "Kalau aku cerita, Mas jangan marah."

"Cerita juga belum," ujar Davi iseng. Sera lalu mengerucutkan bibir.

"Aku baru mau serius, Mas bercanda."

"Nggak, Sayang. Mau cerita apa?"

Meski terlihat ragu, Sera akhirnya menceritakan pertemuannya dengan Davi. Ia memang sengaja tidak mengatakan apa-apa sampai istrinya selesai mengeluarkan semua hal yang ingin diutarakan.

Davi menarik tangan istrinya yang ada di bawah air, mengecupnya pelan dan menempelkan dahinya di dahi Sera.

"Mas, marah?"

Sepasang mata mereka beradu, "Untuk apa marah? Itu kan masa lalu, sudah waktunya ditutup."

"Mas, tidak akan mengungkit kesalahan masa lalu jika suatu hari kita bertengkar?"

Davi menggeleng, "Sekarang kamu milikku, Sera. Cerita itu merupakan bagian dari perjalanan hidupmu yang kemudian bersinggungan dengan cerita cinta kita saat ini. Mengungkitnya di masa depan? Aku tidak melihat itu akan menjadi sebuah keuntungan."

"Mas," ucap Sera sambil memeluknya erat.

Tangan Davi terulur untuk mengelus rambut istrinya, "Kita sedang membina rumah tangga, Sera. Bukan sedang berkompetisi atau membuktikan siapa yang paling benar dalam hubungan ini."

Sera mendongakkan kepala dan memandanya. "Pak Davi Halim, apa sekarang Bapak pakar pernikahan?"

"Ya namanya juga cari perhatian sama istri sendiri, masa nggak boleh?"

Sera mencubit pinggang Davi di balik air, perihnya hampir sama jika dicubit di daratan.

Davi menyeringai, "Sudah kita akhiri percakapan tentang masa lalu. Hari ini dan besok adalah tanggung jawab kita bersama, Sayang. Kamu dan aku, kita pasti bisa menghadapinya."

"Apa maksudnya?" Sera pura-pura tidak paham dengan ucapan bijak suaminya.

"Kamu nggak paham atau pura-pura, Sera?" Tangan Davi mencengkram pinggang istrinya dan menariknya ke pangkuan. Ia menghujam leher istrinya dengan ciuman.

Sera terhanyut dalam pelukannya sambil meletakkan tangan pada tengkuk Davi. Istrinya lalu memiringkan kepala dan memberi ruang pada bibir Davi agar lebih leluasa.

Alis Davi terangkat jahil, "Kalau pakai cara ini lebih paham kan, Sayang?" Tangan Davi mulai membelai salah satu puncak payudara milik Sera. Suara desahan tertahan lolos dari mulut sang istri.

Sebuah tanda lampu hijau kalau mereka akan lebih lama menghabiskan waktu di dalam bathtub.***

Add this book to your library! Love and Vote!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang