“Lin ....” Guntur kehilangan segala kosa kata dan hanya bisa memanggil nama istrinya.
“Kenapa bisa?” Lagi, hanya tanya itu yang menggema.
Bibir Lintang telah bergetar. Kelopak wanita itu tak hentinya mengeluarkan air mata luka. Segala perasaan tak menyangka masih membanjiri dada.
“Kita udah lebih dari lima tahun bersama, Mas. Lalu ... ini apa? Nyatanya, masih ada rahasia?”
Mata Lintang bertemu dengan mata Guntur. Tanya yang akhirnya bisa terucap dengan kandungan pedih belum terjawab. Sang suami masih sibuk merangkai segala jawaban yang mendadak membuat otaknya kosong melompong.
“Mas—”
“Aku juga baru tahu kalau Awan anak aku, Lin,” potong Guntur selepas lima menit hanya suara isak tangis yang terdengar di ruangan.
“Semua terjadi sebelum aku kenal dan menikah dengan kamu.” Guntur mengaku dan hendak menggenggam tangan Lintang.
Rasa enggan membuat wanita itu segera menarik tangan dan menjauh hingga mereka sukses berjarak. Lintang sibuk menghentikan isak. Mendadak dadanya sesak serasa dihimpit beban banyak.
“Pas malam party sepuluh tahun yang lalu, semua terjadi. Javis pengin kita berempat kumpul dan merayakan party kecil-kecilan sebelum sibuk menimba ilmu ke negara orang. Genta sebagai tuan rumah setuju. Kebetulan, rumahnya sedang kosong tanpa orang tua. Jadi, kita party di sana.” Guntur menjelaskan dengan menunduk.
“Udah pernah aku ceritain, 'kan? Rachel suka Genta dan Javis suka Rachel. Mereka bertiga agak canggung tanpa kehadiranku. Malam itu, semua rame-rame aja. Seolah-olah enggak ada permasalahan berarti di antara kita. Lalu, Javis membawa masalah.”
Cerita terjeda karena Guntur merasa dadanya ikut sakit. Ia sekarang mengingat sedikit demi sedikit kejadian. Bagaimana ia seperti setan, bukan lagi manusia,, kala merenggut kehormatan Pelita.
“Javis bawa obat yang kata Kakak Rachel bisa bikin kuat minum. Ternyata, itu obat perangsang. Sialnya, gelas Javis yang minumannya penuh ketukar sama punyaku. Pas Javis dan Genta udah teler di depan televisi, aku mulai merasa panas langsung ke kamar mandi. Rachel saat itu justru pamit tidur di kamar Genta. Jadilah, aku merasa tersiksa sendiri, Lin. Keluar dari kamar mandi, aku ngelihat Pelita ....”
Berat guna Guntur melanjutkan ceritanya. Apalagi kini tangan Lintang ikut mencengkeram seprai kuat. Pikirannya seakan terbuka. Ia bahkan juga tak menyangka jika Pelita menyembunyikan semua. Wanita itu, kenapa bisa selalu terlihat baik-baik saja?
“Semua terjadi di luar kendali. Mungkin karena pengaruh minum anggur dan obat perangsang, kepalaku jadi hilang kewarasan. Berakhir, aku bertindak kurang ajar. Bodoh, Lin, saat aku bangun, aku malah menuduh Pelita yang melakukan semua. Tapi, selain itu, aku juga memberikan alamat rumah di Surabaya guna berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu.” Guntur tersenyum miris.
Pandangannya menuju Lintang. Akan tetapi, sang istri dengan cepat membuang pandang. Kecewa benar-benar tergambar.
“Pelita datang akhirnya ke rumahku. Tapi, mama mengira semua hanya drama dari wanita rendahan setara jalang. Berbekal surat perjanjian yang intinya Pelita akan dipermalukan jika terus mendesak pertanggung jawabanku, mama memutuskan segala permasalahan. Semua terjadi tanpa sepengetahuanku. Segala akses guna menitik keberadaan Pelita selepas studiku selesai dibatasi. Saat pertama kali bertemu ... aku masih gamang guna menduga semua. Baru selepas mendonorkan darah pada Awan kemarin, aku berani melakukan Tes DNA meski dengan lancang.”
Lintang tak bisa berpikir selain pertanyaan, kenapa bisa ada orang sejahat itu? Segala naluri wanitanya langsung merunut ke pertanyaan-pertanyaan yang menghadirkan sakit. Bagaimana hidup Pelita selama ini? Kenapa dia tak melakukan tuntutan pada Guntur? Apa wanita itu pernah bahagia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelik (21+)
ChickLitMemiliki anak tanpa suami adalah aib yang menimpa Pelita Nuri. Tak terhitung cibiran, hinaan, serta makian diterima sepanjang hidupnya. Namun, itu tak seberapa dibanding luka yang disimpan dalam diamnya. Bertemu dengan Guntur Pranaja adalah kesalaha...