andai kau dan aku

999 15 0
                                    

CHAPTER
1

Aku terpaku pada bayanganku sendiri di cermin kamar mandi, mataku mengawasi setiap mili kulitku yang tampak merah dan basah. Dalam hati aku berdecak kesal, mengapa wajahku tak secantik anna webber..

Namaku julie atkinson, manusia paling pengeluh sedunia...entah kenapa aku tak pernah merasa percaya diri dengan penampilanku sendiri.aku benci setiap kali ke toilet sekolah, karena mereka memasang kaca yang begitu besar dan lebar di depan washtafel, membuatku selalu ingin berkaca dan menemukan wajah membosankan itu lagi. Merah dan kusam seperti biasa...musim panas di redville memang membuat wajah siapapun bakal jadi merah. Di sini panas sekali...

"Coba tebak siapa yang ku temukan kemarin sore di pusat kota...?!".
Aku melihat bayangan sahabatku millie di belakangku, sedang mengelap wajahnya yang basah oleh keringat, ia sedikit terengah..
Sisah dari permainan basket yang baru mereka menangkan.

Aku menoleh, menatapnya ingin tahu.." siapa? Marilyn monroe?" tanyaku sambil tersenyum.
Millie menggeleng tak setuju dengan celotehku, "Shane allen,...dengan seorang gadis pergi ke drive in"
" oooya..?" aku pura pura melongo, lalu tersenyum untuk menutupi keterkejutanku.
Kami berdua tahu bahwa aku naksir berat pada shane, aku tertarik pada shane karena ia tak terlalu senang mengoceh seperti para cowok seumurannya yang senang menggoda cewek cewek di lorong kelas. Ia juga tak terlalu sering terlihat di pesta pesta di akhir pekan. Dia begitu misterius..
Beberapa orang mengatakan Shane sedikit aneh, karena hampir tak pernah terlihat mengobrol dengan wanita, kecuali dengan Annieta allen saudari kembarnya sendiri. Millie bahkan bilang, mungkin Shane seorang gay. Aku menghela nafas
"Mungkin benar apa yang dikatakan Rain, shane memang sudah memiliki kekasih..."
" Aku kira pacarnya cowo, wkwk.."millie terkekeh. Aku hanya mengerutkan hidungku yang gatal, bagian paling sempurna yang ada pada wajahku.

Aku dan millie smith adalah sahabat karib sejak kami masih 5 tahun. Keluarganya sudah menganggap aku seperti saudara mereka sendiri, saking dekatnya. Aku sering menghabiskan akhir pekan menginap di rumah keluarga millie begitupun sebaliknya. Millie lebih senang menginap di rumahku yang kecil karena ia bisa tidur larut malam tanpa teriakan dari ibunya yang benar benar maniak terhadap kedisiliplinan.

Jika dibandingkan dengan Mrs. Smith,mungkin ibuku adalah tipe yang lebih santai. Ia tak pernah menetapkan aturan, ia hanya menginginkan aku ber
tanggung jawab terhadap diriku sendiri. Maklum saja, sejak dad meninggal lima tahun lalu, ibuku seperti tak ingin membebani pikirannya dengan banyak hal. Ia tak ingin mati lebih cepat katanya.

Aku tahu ibuku hanya menghibur diri. Luka yang ditinggalkan saat dad pergi, sangat dalam dan menyakitkan. Membawa kami dalam kehidupan yang muram dalam beberapa tahun ini. Ibuku membutuhkan seseorang untuk menghapus kesedihannya, aku kadang berpikir begitu.

Sekarang ini ibuku lebih sibuk dengan pekerjaannya sebagai agen perumahan, ia hanya sedikit menyisihkan waktu untuk dirinya sendiri. Ibuku jadi tampak lebih tua dari umurnya.

"Aku heran padamu julie, kenapa sih kau berpacaran dengan rain thomson jika kau memang naksir berat pada shane? " aku menyilangkan telunjukku di depan bibir. " Jangan keras keras. Kau ingin semua orang mendengar?kenapa tidak pakai speaker saja sekalian" omelku .
Millie tersenyum, " harusnya kau mendekati shane, bukan sepupunya..."

Tak bisa di pungkiri, aku mungkin terlihat sedikit brengsek jika semua anak tahu apa yang ada di pikiranku. Aku memang sangat menyukai shane, tapi rain terlihat baik sekali di mataku. Yah, Rain adalah sepupu shane. Kami berpacaran hampir empat belas bulan. Dan aku tau rain memang sangat baik. Hampir seperti shane tapi rain lebih mudah di raih, ia selalu menyapa siapapun, selalu tersenyum pada siapapun, berteman dengan semua orang, dan ia tak pernah terlibat perkelahian seperti cowok cowok jaman sekarang.

Tapi...Shane yang paling menarik, karena dia membuat penasaran.Dan satu lagi, aku brpikir mungkin jika aku menjadi kekasih rain..aku akan lebih mudah mendekati shane. Aku memang sedikit kejam.
"Aku tahu apa yang kulakukan, millie. Jadi.."
Millie menggelengkan kepalanya, rambutnya yang hitam lebat lepek dan menempel lekat di kepalanya." jika rain tahu apa sebenarnya yang kau pikirkan, dia pasti menendangmu nona..."
" ya ampun, kau membuatku merasa seperti seorang pembunuh, millie"
Millie tergelak," Dasar kejam, tapi kau bisa mengandalkanku." ia menggerakkan jarinya menutup bibirnya rapat rapat seperti layaknya menutup resleting.

Anna webber muncul dari arah pintu, bercermin sesaat sebelum masuk toilet. Tanpa menyapa kami, seakan dia tak melihat kami. Anna memang begitu orangnya, ia hanya menyapa orang orang tertentu saja. Hanya kalangan populer. Mereka takkan mau repot repot menghabiskan waktu walau hanya untuk tersenyum pada kami, makhluk biasa biasa saja. Masa bodoh!
Kami bersyukur tidak terjebak dalam pertemanan macam itu...
********
Aku melirik arloji di tanganku enggan, berharap waktu tak terlalu malam saat ini. Hampir jam sembilan malam, ketika bus yang ku tumpangi melintas melewati cameron bridge bulevard, melaju dengan kecepatan yang sulit di percaya, membuatku hampir terlempar dari kursiku. Rumahku masih sepuluh blok dari sini. Aku tak sabar segera turun dan pulang. Aku capek sekali .Millie menguap berkali kali di sampingku ,ia hampir tertidur tapi berusaha keras agar tetap terjaga. Kami baru pulang bekerja paruh waktu di Patty's coffee shop di northredville.

Setahun lalu,millie dan aku memutuskan untuk bekerja, karena gaji yang bagus. Kami berharap saat kami lulus nanti kami bisa segera pergi dari kota kecil ini. Kami ingin kuliah di tempat yang bagus, memulai kehidupan kami yang lebih baik.

Seharusnya malam ini kami pulang lebih awal, hari sabtu bukan waktu yang cocok untuk kerja lembur.Tapi Patty, pria gendut asal florida itu memaksa kami untuk kerja lembur. Aku tahu Rain pasti marah, seharusnya kami pergi ke bioskop dan bersantai di apartemennya yang nyaman.
"Aku sudah sampai , millie..." kataku buru buru beranjak dari kursi penumpang.
"Oya...hati-hati." ia menggeliat dan membuka matanya lebih lebar.
"Sampai jumpa, jangan sampai ketiduran lagi..." aku melambai padanya sembari melompat dari pintu bus yang baru terbuka dengan cepat. Sang supir melihatku sambil menguap. Hari yang melelahkan..

Mom tersenyum melihatku membuka pintu depan tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Aku memasuki ruang tengah dengan gontai, udara malam menyisahkan rasa gerah yang menyiksa.
" Hai,mom..." aku mencium pipinya yang sudah di poles blush on warna pink. Aku bisa merasakan kulitnya yang lembab menyentuh wajahku. Ibuku sedang berbahagia, aku bisa merasakannya.
" Cepatlah mandi dan berpakaian,akan ada yang datang sebentar lagi..."
"Siapa?" tanyaku seraya bergumam.
"Kau akan tahu nanti,sayang..." mom mendorongku ke arah tangga agar aku segera naik menuju kamarku.
Aku menaiki tangga dengan suara yang ribut, menutup pintu kamar sedikit keras membuat mom berteriak dari bawah. " kurang keras sayang!!" hardiknya

Setengah jam kemudian aku sudah berdiri di ruang tengah dengan gaun satin putih selutut yang mom baru belikan seminggu lalu, memakai bando dengan warna senada dan bercermin untuk terakhir kalinya sebelum tamu misterius itu datang.
" Aku tidak percaya kau sudah sebesar ini julie.." Mom berdecak kagum melihatku dengan heran. " kau cantik sekali sayang."
"Apa kita harus berdandan seheboh ini,mom"
" Ini hanya sedikit lipstik julie, agar kau terlihat manis."
Aku memutar bola mataku tak percaya. " Memangnya siapa yang datang sih..."
"Hanya seorang teman kantor, jangan khawatir...dia sangat menyenangkan."

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang