andai kau dan aku

206 4 0
                                    

CHAPTER
5

Aku duduk di tepi dermaga. Merasakan sinar matahari yang hangat menembus kulitku. Rasanya nyaman sekali. Kakiku berkecipak mempermainkan air danau. Aku akan merindukan tempat ini saat lulus nanti.

Millie sedang berdiri di dekat pemanggang sambil memanggang sosis dan daging bacon. Ia mengobrol dengan Liam hamilton secara serius. Anna sedang berenang bersama carrie fox. Aku memperhatikan mereka satu satu.

Rain berada di kursi malas yang kami bawa dari rumah, ia sedang tidur pulas. Aku mengerutkan mukaku, sinar mata hari mulai terasa membakar kulitku.

Shane sedang memancing di atas boat. Aku mengoles krim ke seluruh tubuhku. Lalu kulihat Millie menghampiriku dengan sepiring sosis dan daging.
" Waktunya makan !!!" ia berseru padaku.
Liam duduk di sebelahku dan Millie, sedang mengunyah daging bacon.

Pesta kami benar benar ramai. Aku tersenyum melihat Millie makan hingga belepotan mentega. Ia rakus sekali.
" Kenapa kau tidak berenang ,Julie..?" Liam bertanya.
" Nanti saja.."
" Kita akan berjemur dulu." Millie berbicara sambil mengunyah.
"Aku sudah gosong, Millie..."
Millie tertawa, "tapi kau tetap cantik koq..."
" Lihat Rain...." tiba-tiba Millie berbisik di telingaku.
Aku melihat Anna sedang mendekatinya, lalu mereka bicara saling mendekatkan wajah.

Mau tidak mau pemandangan itu membuatku mengingat hari dimana aku menemukan mereka sedang mengkhianatiku.
" Apa kau pikir mereka benar- benar pacaran?" tanya Millie. Aku hanya mengangkat bahu.
"Mungkin sebaiknya kau mulai melupakannya,Julie.." Millie menasehati.
" Kenapa tidak..." jawabku
"Nah, itu baru cewek hebat...kau ingat Jack Dawson? Cowok yang dulu rela mempermalukan dirinya demi menyatakan cintanya padamu."
"Kau pasti bercanda,Millie..." aku tergelak. Kami melihat ke arah cowok yang kami maksud secara spontan. "Tidak, aku tidak mau main main lagi.."
"Dia sudah berubah koq, dia pasti senang jika mendengar kau putus dengan Rain.."
"Ayolah , apa kau senang jika sahabatmu ini punya pacar yang hanya punya waktu untuk merawat ototnya saja?"
"Tidak masalah, dari pada menunggu Shane yang tak pasti.
Lebih baik mencintai orang yang pantas menerimanya..."
"Dengar ya, memang mudah hanya bicara..."

" Hei, Julie... Mau ikut berkeliling?!" seseorang berteriak dari tengah danau.
Shane !
Ia senyum lebar padaku. Millie terngangah di tempatnya. Melihat Shane dan aku bergantian.
"Tentu!" jawabku senang. Boat yang di tumpanginya merapat pada dermaga. Dan Shane membantuku melompat turun ke boat. Yah ampun, semoga aku bisa menyembunyikan kegugupanku.

Kami menyusuri hutan pinus di sisi danau. Burung burung bercicitan di sana sini. Shane dengan tenang mengemudikan boat itu. Dan aku sedikit menggigil karena hanya menggunakan bikini.
"Kau senang?" tanyanya di tengah kebisuan kami.
"Well,yeah..." jawabku ragu.
"Aku dengar kau baru putus minggu lalu..."
"Dia mengatakannya padamu ya?" aku mengawasi wajahnya dengan seksama.

Entah kenapa tiba-tiba Shane berbicara padaku, atau bahkan mengajakku berduaan. Dan mencoba membicarakan kisah cintaku yang memalukan.
"Sebenarnya, Anna mengoceh kemana-mana..."
"Sudah kuduga...bisakah kita berbicara tentang hal lain?"
Shane menatapku , seperti agak malu.
"Ok..."
"Ok..haha" aku mencoba tertawa. Tapi Shane tidak.
"Apa kau tahu tentang ibumu dan ayahku,Julie?"
Aku seperti tersedak liurku sendiri. Jantungku serasa berhenti berdetak.
"Yeah,..." aku bergumam.
" Mereka bukan sekedar rekan kerja.." katanya seraya menoleh ke arahku, ingin melihat ekspresiku.
"Ada apa Shane?" aku mulai bisa membaca alur pikirannya. "Untuk inikah kau mengajakku menjauh dan berduaan?"
Shane terdiam sejenak.." aku hanya ingin membicarakannya, Julie.."
"Ok, bicaralah...apa maumu? Mari membicarakannya.." aku menantangnya. Sementara boat kami melaju lamban mengitari danau.

Harusnya memang aku curiga saat Shane tiba-tiba saja memanggil namaku, mengajakku bersamanya.Seumur-umur baru hari ini terjadi. Shane adalah orang yang sangat tertutup, butuh seratus tahun untuk bisa mencairkan es dalam jiwanya.

Tapi hari ini....oh, mungkin kiamat sudah dekat.Harusnya aku memang merasa aneh dengan perubahannya.

"Kau tahu, keluargaku bukan keluarga yang harmonis sejak dulu..."
"Tidak, aku tidak tahu..." jawabku acuh. Mataku melihat berkeliling tak ingin menatap matanya.
". Jadi apa yang kau tahu tentang ayahku?"
"Aku tidak tahu apa-apa.."
Shane tampak frustasi dengan sikapku. "Jujur saja Julie, aku tidak ingin mereka bersama."
" Aku bisa melihatnya...kau dan annie...aku tahu koq."
"Ini bukan karena ibumu tidak baik..." suaranya terdengar pelan.
"Tentu saja aku tidak berpikir begitu.."
"Aku khawatir ayahkulah yang kurang baik untuknya.."
Kami saling memandang. Terdiam.Shane seperti menelan kata berikutnya.
'Omong kosong!' Pikirku.
"Ok, aku akan membuat ibuku menjauh selama aku bisa. Tapi aku tak punya alasan.."
" Aku harap ibuku dan ayahku bisa bersama lagi. Kami sedang dalam mediasi."

Aku baru tahu menjadi janda ternyata sangat sulit. Semua orang seperti mengawasi kami.Tak sedikit orang menganggap seorang janda adalah seorang pelacur yang bisa di beli. Tapi aku yakin Josh tak punya pikiran seperti itu. Aku tahu ia orang yang baik.

Setidaknya ia tidak terlihat seperti itu. Josh tidak pernah terlihat seperti orang brengsek. Aku tahu mom punya alasan yang tepat untuk memulai sebuah hubungan. Apalagi dengan seseorang yang tinggal di kota yang sama dengannya. Ia pasti tahu konsekwensinya. Maksudku, gosip dan sebagainya...

Hari itu aku pulang mencari ibuku. Dan menemukannya di dapur sedang mencuci piring. Ibuku baru pulang kerja, terlihat dari rambutnya yang masih belum terurai. Blezernya masih melekat di tubuhnya. Ia seperti kelelahan.
" Hai sayang,... " sapanya ketika melihatku masuk.
Aku mencium pipinya sekilas. Lalu membuka kulkas untuk minum limun.
"Bagaimana pestanya?" Ibuku bertanya tanpa menoleh.
"Ramai,.." aku meneguk air limun itu dari botol.
"Kau sudah punya rencana akan meneruskan ke mana?"
"Yeah, Millie dan aku akan Cleveoak college. Kami akan mengambil kelas drama."
Ibuku menoleh. "Kau akan tinggal di asrama, Julie...kau yakin?"
Aku mengangguk. Aku ingin sekali memulai bicara tentang Josh. Tapi tak ada keberanian sama sekali. Aku tak berhak menghancurkan kebahagiaan ibuku.
"Makan malam akan siap dua puluh menit lagi. Mandilah dulu..."
"Oke.."

Kami makan malam dengan tenang malam itu. Ibuku memanggang seekor ikan trout yang besar. Kentang tumbuk yang ku makan rasanya hambar. Ibuku makan dengan lahap sambil memandangi laptopnya.

"Mom baru berbelanja ya?" aku memulai pembicaraan.
"Tidak, aku capek sekali malam ini. " matanya tak beralih dari layar laptopnya.
"Ikan ini?"
"Ooh, itu Josh yang membawakannya kemari. Kenapa?"
Aku hampir tersedak. Bagaimana aku bisa membicarakan pria itu jika ibuku saja menyebut namanya dengan cara yang istimewa.
" Josh tidak mirip dengan dad, ya?" tiba-tiba aku mengatakan hal aneh itu. Seperti meluncur begitu saja.

Ibuku mengalihkan perhatiannya. Ia tersenyum. "Kenapa? Memangnya kau berharap aku berkencan dengan seseorang yang mirip ayahmu?"
"Mom sudah berkencan dengannya?" aku tiba-tiba ingin muntah.
" Hanya makan malam sederhana..."
" sebenarnya, aku akan mengatakan sesuatu tentang hubungan kalian..."
Ibuku mengangkat alis. "Ada masalah?" ia tampak berhati-hati.
" Bagiku tidak...tapi bagi anak- anak Josh..."
"Jadi kalian berteman? Bagus sekali"
Aku menggeleng. "Mereka mendatangiku,...anak Josh bukan anak-anak yang mudah bergaul. Mereka sangat tertutup."
"Lalu..."
"Aku rasa memang sulit menghadapi anak-anak seperti itu." aku menjelaskan untuk mencari kata yang tepat.
Ibuku menutup laptopnya, kentang tumbuk kami tak lagi kami sentuh.
"Dan apa kata mereka, Julie..?"
"Yeaaah, mereka mengatakan hal-hal semacam itu.." aku belum menemukan kata yang tepat.
"Apa...aku tidak mengerti..."
"Mereka tak menginginkan hubungan ini lebih jauh..."
Ibuku menghela nafas panjang. " itu sudah biasa, Julie. Ibu tiri memang susah diterima." tangannya mengusap wajahnya yang lelah. Ia menguap, lalu beranjak dari meja makan.
"Mereka bilang Josh dalam proses mediasi dengan ibu mereka." aku menambahkan.
" Yang benar saja, Josh sudah bercerai lima tahun lalu..." ibuku seperti tak peduli.
Aku mendengus lelah, 'selamat tinggal rasa cinta!'

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang