andai kau dan aku

168 7 0
                                    

Chapter
8

"Hei, bagaimana kalau besok aku menginap di rumahmu. Besok kan kita libur musim panas yang panjaaang sekali. Aku ingin menghabiskan waktuku yang terakhir kali sebelum masuk kuliah. "
Millie berkata di selah aktivitasnya memindahkan beberapa buku dari loker ke dalam tasnya. Ia tampak bersemangat sekali.
" Memangnya ibumu mengizinkan?" gumamku.
" Harusnya sih begitu...kita kan akan berpisah dalam beberapa tahun ke depan. Duh, aku pasti merindukanmu, Julie..."
Itu benar. Millie akan pergi ke California untuk melanjutkan kuliah. Sedangkan aku hanya akan meringkuk di kota kecil ini sendirian, melanjutkan study di universitas lokal. Orang tua Millie memang berkecukupan, mereka tak akan membiarkan putri mereka hanya berkeliaran di kota ini dan menjadi kuper. Rencana kami untuk sama-sama masuk kuliah di Cleveoak tak pernah lagi dibicarakan. Banyak sekali hal yang tak tak bisa ku tinggalkan.

" Aku juga akan merindukanmu...." kataku sambil tersenyum. " Hei, bagaimana kalau kita berfoto!"
"Ok, besok aku akan membawa kamera polaroid milik ibuku..."

Sore ini kami pulang terlambat karena mempersiapkan kelulusan, administrasi masuk kuliah yangbaru.Kamimembereskan barang kami yang masih tersisah di loker. Perpisahan ini terasa berat.
" Apa kau akan tinggal di asrama?" tanyaku saat kami berjalan di lorong kelas.
"Yeah, mom tidak mengizinkanku menyewa apartemen. Dia bilang hidupku bakalan hancur jika hidup tanpa peraturan." kami berdua tergelak.
" Kau sangat beruntung , Millie..."
"Aku? Yang benar saja...hidup secara militer begitu kau bilang beruntung? Aku bahkan senang sekali karena bisa keluar dari rumah. Aku bakalan dewasa di luaran sana...pergi ke pesta- pesta tanpa takut ketauan."
"Hahaha,...kau tidak akan pernah sempat, Millie. Kau akan jauh lebih sibuk saat kuliah nanti."
" Ohya, sok tau kau...." cibirnya sambil tertawa.
"Memangnya kau akan habiskan liburanmu di mana?" Millie memejamkan mata muak. "Di rumah pamanku si yellowfalls. Rencananya ibuku menyuruhku membantu mereka di restoran india milik mereka. Kau tahu, itu sangat membosankan. Lebih baik aku di sini saja bekerja pada path.Eh....ngomong-ngomong aku harus berpamitan padanya ya...."
Aku mendesah. " wah....rencanamu banyak sekali, Millie. Tiga bulan bakalan terasa tiga minggu.."
Millie menggeleng dengan muram. " yang ku ingin hanya tinggal..aku tak ingin bertemu orang baru. Aku tak terlalu pandai bergaul , julie..."
" Itulah kenapa ibumu bersi keras agar kau ke California..agar bisa melatihmu..dia tahu apa yang kau butuhkan..."
Kami berjalan keluar ruangan loker melewati lorong menuju basemen. Hanya beberapa anak yang masih tinggal, sibuk dengan urusan administrasi dan tugas yang belum beres. Rain terlihat di antara mereka, sedang mengaduk-aduk isi lokernya. Ia terlihat tidak bersemangat dan berantakan. Ketika ia menoleh ke arah kami ia agak terkejut, kepalanya membentur pintu loker.
"Hei, kalian!" ia melambai sambil menggosok-gosok pelipisnya.
"Hai!" Millie menyambar tanganku seraya mendekat padanya.
"Apa yang terjadi? Kenapa masih di sini?" Rain tersenyum menatapku.
"Kami akan pergi koq," Millie menyahut. " sebentar lagi..." lanjutnya. " Dan kau...?"
"Masih ada yang harus ku bereskan...eh, apa aku bisa bicara padamu, Julie?" Rain ragu-ragu saat mengatakannya.

Millie mengangkat alisnya. "Baiklah, aku akan menunggumu di luar, Julie.."
Millie segera meninggalkanku dengan pengertian. Aku bisa melihat punggung nya yang semakin menjauh dari loker.

" Aku melihatmu kemarin..." Rain bergumam dalam keheningan kami. Ia bersedekap menatapku dengan tubuhnya yang menjulang. Membuatku merasa seperti kurcaci.

"Ooya?kenapa kau tidak menyapa?" tanyaku bodoh hampir seperti anak kecil.
"Tidak, karena kau bersama Shane. Kalian pergi keluar kota? Kalian berkencan?"
Aku tidak tau harus menjawab apa.
Rain tersenyum tipis melihatku. "Aku tidak percaya setelah kau pergi meninggalkanku, kau menggaet sepupuku Julie?"
"Sebenarnya itu bukan kencan,Rain...kami pergi menjenguk ibu Shane di rumah sakit. Kami hanya...."
"....kencan terselubung, ha?" potongnya dengan suara rendah.
Aku agak kaget dengan kata-katanya. Ia menginterogasiku seperti pencuri. Aku menyibak rambut sebahuku dari pundak.
"Aku harap juga begitu, Rain. Tapi, tidak..." mataku terkunci pada wajahnya yang menjengkelkan. " Kami hanya berteman." jawabku.
"Jadi kau harap begitu?"
"Apa kau adalah masalah dengan itu semua?"
"Semua itu, apa?" Rain mengangkat bahunya tak mengerti.
"Tentang semua yang kau lihat?"
"Noooo, tentu saja tidak." semburnya.
" Lalu kenapa kau membicarakannya, ha?"
"Aku hanya tidak percaya saja begitu mudahnya kau melupakan semua tentang kita. Aku sepupunya, lhooo..."
Rasanya dari hari ke hari Rain semakin menyebalkan saja. Entah karena penghianatannya padaku, atau karena sifat posesifnya yang tak belum juga pergi. Aku ingin sekali mengingatkannya sekali lagi.

Aku menggelengkan kepalaku, menolak perkataannya terus berlanjut.
" Dengar, Rain....apa yang ku lakukan ini tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan padaku. Kau tidak ingat ya waktu aku memergokimu? Itu baru seminggu lalu, sayang..." mataku menatapnya matanya yang semakin tidak yakin. " Jadi kau cemburu ya..."
"Hentikan, Julie! Itu bukan sepenuhnya salahku. Apa yang bisa kulakukan jika pacarku lebih ingat berapa jumlah burger yang di jualnya setiap hari dari pada mengingatku? Julie, tidak rasanya dilupakan..." Rain mendekatkan wajahnya sambil berbisik. Menekankan kata-katanya dengan tajam.

Sekali lagi aku menggeleng. "itu bukan alasan, Rain. Jika kau benar-benar mencintaiku, tidak ada cerita memalukan itu. Hanya saja kau terlalu sibuk memikirkan dirimu sendiri. Kau terlalu sibuk mengasihani diri sendiri dan menganggap tekanan hidupku sebagai penyebab perselingkuhanmu. Tapi dengar, aku tak pernah sekalipun berpikir menduakanmu...walaupun saat aku tak terlalu menginginkanmu...aku tak sejahat dirimu."
Aku mulai berlalu, menatapanya sekilas melewati bahuku.
" Jadi kau mau membalasnya, ha??!!!" Rain berteriak di belakangku.

Aku berbalik. Menghadapinya dengan senyum sinisku. " Tak ada yang ingin membalasmu, Rain. Kau hanya tak bisa melupakanku."

Kau benar, Rain. Tidak enak rasanya dilupakan. Termasuk saat kau melupakanku untuk sejenak dan memilih untuk bersama Anna. Mencium dan mencumbunya, ingatkah kau padaku saat itu. Aku bahkan belum pernah mencium seseorang selain dirimu.

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang