Chapter
19Kami duduk berhadapan di kedai donat itu. Aku telah menghabiskan setengah dari makanan yang ada di piring. Dan Shane hanya menyesap kopi dari gelas karton yang di pesannya. Ia tersenyum melihatku belepotan gula halus di sekitar mulutku.
Ia mengulurkan selembar tisu ke arah.
"Kau terlihat lapar sekali?" ia melihatku geli.
"Yeah, thanks. " aku membersihkan bibirku.
"Mau tambah?"
"Tidak. Ini lebih dari cukup."
Aku melihat sekelilingku. Beberapa pasangan muda sedang menghabiskan malam mereka dengan bergerombol dan bercanda di sudut ruangan, mengabaikan para pelayan yang sudah mulai berberes. Mereka akan tutup sebentar lagi.Shane masih menatapku. Agak aneh karena ia seperti terpaku. Aku tak mengerti.
"Ada apa?" tanyaku, menggeser pelan piring yang masih menyisahkan setengah dari donat bertabur kacangku menjauh.
"Aku punya sesuatu untukmu."
Ia merogoh saku kemejanya. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang mungkin ia berikan padaku. Ia mulai mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin bermata bening. Cincin yang tergantung di tengahnya berlilauan seperti permata. Oh, itu memang permata, Julie!! Bodohnya aku."Apa ini?" tanyaku aneh. Aku bukannya senang. Tapi malah ketakutan. Jangan-jangan apa yang kupikirkan benar.
"Kau suka?" ia bertanya.
"Ini indah sekali..." gumamku pelan.
"Ini milik nenekku. Dia bilang suatu hari nanti aku boleh memberikannya pada calon istriku." ia mengulurkannya padaku. "Tapi aku akan memberikan nya padamu."Aku tak kunjung menerimanya. Aku tidak mungkin menerimanya.
"Simpanlah, julie.."
"Shane, aku tidak..."
"---jangan khawatir, ini bukan pengikat." potongnya dengan suara pelan. Ia tampak benar-benar serius kali ini.
"Mengapa kau memberikannya padaku?"
"Karena aku ingin kau mengingatku...." mata tajamnya terlihat sayu dan memohon.
Aku masih berusaha membaca situasi, apa sebenarnya yang ingin ia katakan.
"Aku tidak mengerti,"
Shane meletakkan kalung liontin itu di telapak tanganku.
"Aku sudah berpikir semalaman, aku rasa kau benar." ia menghela nafas panjang. "Kita memang tidak akan bisa bersatu."Aku masih diam dan mendengarkan. Aku memperhatikan matanya, wajahnya, rambutnya yang ikal berwarna coklat sepertiku. Ia tampak sepertiku, kami sama.
"Dan meneruskan hubungan ini akan terasa sangat salah. Maafkan aku karena begitu egois dan menuntut...." ia menghela nafas panjang. "Kau benar,...kau bisa saja meninggalkanku dan menggantikanku dengan orang lain. Tapi ibumu..."
"Shane, apa yang sedang kau bicarakan?" aku mencondongkan tubuhku ke arahnya, melihat matanya lebih dekat. "Aku tak mengerti..."
"Kau bisa melanjutkan hidupmu, Julie. Aku juga....akan melakukan hal yang sama. Hubungan ini tidak seberharga itu untuk di pertahankan."
"Kau memutuskanku?"
Aku tak percaya, nafasku tercekat di tenggorokan. Tidak mungkin kau memutuskanku..
"Aku membebaskanmu, Julie. Aku tahu kau lelah berada di situasi ini.." ia membuang muka, hanya untuk menghindari tatapanku. Karena kulihat, matanya mulai berkabut.
"Kau melakukan ini hanya untuk membuatku merasa bersalah, kan?"
Ia menggeleng. " aku tak punya pilihan lain,..."
"Kau tak bisa melakukan ini padaku, Shane. Aku mencintaimu!" aku berteriak tertahan.Mereka yang berada di sudut mulai memperhatikan perdebatan kami. Dan mulai berbisik-bisik. Aku tak peduli.
"Lalu apa?" Shane bertanya datar. Ia menggigit bibirnya.Aku baru sadar, aku tak ingin kehilangannya.
"Aku sudah melakukan banyak hal untuk kita. Semuanya. Tapi....kulihat, kau sudah menyerah mulai dari awal kita saling mengetahui perasaan kita masing-masing."
"Aku..."
"----aku belum selesai." potongnya. "Maksudku, apa yang sudah kau lakukan untuk cintamu, Julie?"
Aku tak bisa menjawab. Hanya air mataku yang mulai menggenang di pelupuk mata. Shane benar.
"Kenapa hanya aku yang berjuang di sini. Dan kau menempatkanku sebagai orang yang paling egois di antara kita."
Air mataku meleleh membasahi pipi. "Maaf...."
"Aku sangat mencintaimu. Aku satu-satu orang yang paling menginginkanmu untuk bersamaku di dunia ini. Tapi aku sudah tidak berharap lagi..."
"Maafkan aku..." mohonku. Aku meraih tangannya, menggenggannya erat seperti tak akan melepasnya lagi.
"Aku hanya ingin kau masih bisa mengingatku suatu hari nanti. " ia tersenyum pahit. " Walaupun ini bukan kisah yang indah," matannya menerawang. "Aku tak pernah mencintai sebelumnya. Dan aku harap aku bisa melanjutkan hidupku dan mengenangnya dari jauh."
"Apa kau akan kembali padaku?"
Ia menggeleng. "Aku tidak tahu.."
Aku melepaskan genggaman tanganku putus asah. Tak ada harapan lagi, dari caranya menatapku aku tahu. Aku mengusap air mataku dari pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
andai kau dan aku
Romansajulie tidak pernah naksir seorang cowok seperti ia naksir pada shane allen.karena shane berbeda dengan cowok lain, shane sangat misterius, tak banyak bicara, tak suka menggoda, hanya matanya yang indah yang menyiratkan banyak cerita. julie benar be...