Chapter
23Ini adalah surga untuk semua orang. Tak ada tempat yang sekeren ini di bumi. Aku tak percaya ibuku bisa memiliki hunian dengan lokasi yang sangat menakjubkan.
Kami tinggal sebuah flat musim panas di bagian selatan Greenfalls. Di mana bikini dan papan selancar bertebaran di mana-mana. Orang-orang bersenang-senang dalam meriahnya pesta tepi pantai. Remaja-remaja saling memamerkan tubuh indah Mereka. Kulit kecoklatan terbakar matahari membuat semua mata ingin menelusurinya dengan tatapan liar. Aku yakin aku akan betah di sini.
Flat ibuku terletak satu kilometer dari bibir pantai. Tepat di balik bukit kecil yang memisahkan hutan pinus dan laut yang indah. Bangunannya terbuat dari kayu yang dicat putih. Dengan kebun bunga di jalan masuknya. Bisa dibilang sempurna. Walau tak terlalu besar, tapi kamarku punya ukuran yang sama persis seperti di Redville. Ditata dengan letak yang tidak jauh berbeda dari kamar tidur lamaku. Aku benar-benar sulit mempercayai apa yang kulihat. Saat mobil kami berhenti di jalan masuk yang penuh dengan bunga di sisi-sisinya, aku tidak dapat menahan diri untuk segera melompat turun dan mengagumi apa yang kulihat.
"Nathan akan sampai disini sore ini. Jika jalanan tidak sedang macet." Mom berbicara di dasar tangga ketika kakiku telah sampai di lantai dua. Tempat kamar tidurku berada.
"Nathan?!" aku bertanya tak mengerti.
"Dia tidak bilang padamu,ya?"
Aku menggeleng. "Apa yang sudah kulewatkan?"
"Dia bekerja di pusat kota. Kantor cabang milik ayahnya berada di kota ini."
"Benarkah?" aku tersenyum senang.
"Dan Millie akan datang malam ini. Ini liburan musim panasnya yang pertama jadi ia ingin menghabiskannya bersama kita."
Aku berlari menuruni tangga, lalu memeluk ibuku dengan sangat bahagia.
"I love you, Mom.." aku mencium pipinya. "Ini akan menjadi musim panas terindah."
"Ok, mandilah dulu. Kau bau matahari. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita."Belum satu jam aku berada di rumah baru kami dan aku sudah langsung menyukainya. Aku melihat berkeliling dan aku merasa betapa keras usaha ibuku untuk membuatku senang.
Ruanganku, semuanya sama persis seperti yang ku inginkan. Ibuku pasti mengerjakan semuanya sendirian. Dia benar-benar mengingat letak setiap barang yang ada di kamar ini.
Mulai rak sepatu yang berada di balik pintu, meja belajar di sebelah kiri ranjang, meja rias di sebelah kanan. Rak majalah di sudut ruangan, kursi malas di samping jendela, gantungan baju-baju di samping pintu kamar mandi. Apa saja yang ada di sini sempurna!!Aku mengeluarkan semua isi koperku ke atas ranjang dan mulai menatanya ke lemari pakaian di seberang kamarku. Bagian yang paling melelahkan adalah melipatnya secara rapi kembali. Tapi aku berusaha agar melakukannya sendirian. Karena Mom sedang memanen wortel di halaman belakang.
Sudah bisa kubayangkan seperti apa malam mingguku kali ini. Pasti akan ramai dengan canda tawa penuh kerinduan kami. Aku sudah tidak sabar menunggu mereka datang.
Baju-bajuku hampir seluruhnya telah mengisi dua rak pertama isi lemariku ketika ku lihat sebuah kotak asesoris di rak ketiga yang masih kosong melompong. Aku mengeluarkannya dari dalam lemari untuk melihat isinya.
Liontin itu...
Aku mengangkatnya dari kotak, melihat permatanya yang bening memantulkan cahaya matahari dari luar jendela.
"Shane...." bisikku tanpa sadar. Wajahnya yang melankolis melintas di benakku. Duniaku seperti berputar kembali ke masa itu.
Aku ingat terakhir kali kami berciuman, merasakan gairah yang terpancar dari sorot matanya yang misterius.Terakhir kali kami tersenyum berdua.
Kapan terakhir kali kami kencan, tepat saat kami putus. Ada berton-ton penyesalan yang terlihat dari matanya.
Dan terakhir kali kami bertemu.
Dia membenciku.
Tapi itu bukanlah yang terburuk. Hal yang paling menyakitkan adalah mengetahui bahwa dia tidak pernah pernah mencintaiku.
Dan hal paling bodoh yang pernah aku lakukan adalah...aku bahkan tidak peduli dengan itu, aku masih memikirkannya dengan kenikmatan. Dan sering membayangkan bahwa suatu saat kami akan dipertemukan dengan keadaan yang lebih baik.
"Milliiee!!!"
Terdengar seruan ibuku dari pintu depan dengan gembira. Aku belum beranjak dari tempatku, masih berkutat dengan kenangan yang menghentikan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
andai kau dan aku
Romansajulie tidak pernah naksir seorang cowok seperti ia naksir pada shane allen.karena shane berbeda dengan cowok lain, shane sangat misterius, tak banyak bicara, tak suka menggoda, hanya matanya yang indah yang menyiratkan banyak cerita. julie benar be...