Chapter 9Limun itu terasa asam di mulutku, dinginnya mengisi ruangan di setiap sudut rongga mulutku. Aku menelannya banyak-banyak, menghabiskannya dalam lima tegukan besar. Lalu terengah- engah dengan lega. Millie bercekikik di kursinya melihat tingkahku.
"Redville memang panas yaaaa...." tawanya pecah kemudian. Dasar bedebah!!
Ia baru saja mengerjaiku. Itu memang selalu dilakukannya jika menginap. Ia membawakanku sepiring besar roti isi daging lapis keju yang terlihat lezat saat aku masih di tempat tidur. Membangunkanku dengan sangat manis dan memberikan roti itu. Roti beracun. Ia memasukan cabe bubuk di dalamnya juga.
"Ooo shit!!!" aku masih merasa kepedasan. Mataku melihatnya geram.
"Aku akan membalasmu, nona muda."
"Woow, aku tidak sabar menunggu...."
Mom muncul dari pintu garasi yang mengara ke dapur sambil memeluk sekeranjang wortel yang baru di panen.
" Hei, apa yang kalian lakukan?" Mom menutup pintu dengan susah payah. Lalu meletakkan keranjang di meja dapur. Ia mengintip isi oven dari kaca bagian depannya lalu membukanya dengan sarung tangan.
"Kami akan pergi ke mall sebentar lagi.." jawab millie seraya menuang limun ke dalam gelas.
"Kalian bisa membantuku berbelanja hari ini. Kalian bisa sekalian jalan-jalan.."
"Ok."
Ibuku menngeluarkan seekor ayam utuh dari oven. Asapnya mengepul ke mana-mana.
" Waaah, aromanya sedap..." suara kami terdengar bersamaan.
" Tetaplah menginap sampai besok, Millie... Kita akan menikmatinya sama-sama.."
"Seperti malam natal saja. Apa akan ada yang datang?" tanya Millie sesudah meminum limunnya.
"Yeah." jawab Mom singkat.
"Josh?" tanyaku.
" Kau selalu benar.."
"Mom, aku..."
"Sudah, Julie...kali ini aku tidak menginginkan komentarmu. Lebih baik kau diam dan mengikuti aturan mainnya. Oke?"
Aku dan Millie saling memandang. Gadis itu terlihat penasaran dan aneh. "Jadi aku ikut permainan ini?" Millie mengkat alisnya.
"Memang susah bicara dengan orang yang sedang kasmaran.."Jam menunjukkan 8malam ketika pintu besar rumah kami di ketuk dari luar. Ibuku meluruskan gaun yang di pakainya berkali-kali. Menambah bedak di wajahnya ribuan kali sebelum ia siap membuka pintu depan.
"Kalian harus jadi anak yang manis malam ini..."
Ibuku berlari menyebrangi ruangan, membuka pintu dengan senyum riang yang memprihatinkan, mengingat betapa gugupnya ibuku lima menit lalu.
"Halo, anak- anak!"
Kami berpandangan. Aku dan millie. Lega rasanya ada millie disini.
"Siapa yang datang?" bisik millie padaku.Aku mengangkat bahu. Mata Kami sama-sama mengara pada pintu itu.
Dan Josh muncul dari sana. Ia tidak sendirian. Mata Millie terbelalak kaget, begitupun aku. Aku mencengkram pinggiran rok ku, hingga tanganku terasa sakit. Aku kira ini mimpi.
"Shane...." bisik Millie tanpa sadar. Aku menunduk antara malu dan khawatir. Aku takut ini bukan malam yang ingin ku lewati.Millie menoleh ke arahku, menanti reaksiku.
"Selamat datang di rumah kami, Shane, Annie..." sebut ibuku dengan hati-hati.
"Haallo, Julie!" Josh menyapaku dari tengah ruangan, ia tanpak gagah sekali.
Aku tersenyum kaku, tak tahu harus bersikap bagaimana.Annie hanya diam, tanpa ekspresi. Di sampingnya Shane berdiri nengawasiku dengan matanya yang tajam.
Ia memakai setelan jas warna putih rambutnya disisir ke belakang hingga rapi. Aku baru tahu ini acara resmi. Annie mengenakan terusan warna hitam selutut."Sebaiknya kita pergi ke ruang makan sekarang..." ibuku mengawal kami menuju dapur. Kami mengikutinya seperti segerombolan bebek yang di giring.
Ini adalah makan malam paling tidak bersahabat, sejauh yang ku tahu. Satu-satunya manusia yang punya hak bicara adalah ibuku. Kami hanya diam, tampak kaku dan menjaga jarak.
Millie menyentuh tanganku. Seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku bahkan tak menoleh padanya. Aku terlalu sibuk dengan kegugupanku sendiri. Merasakan tatapan mereka padaku.
"Baiklah, aku sangat senang kita bisa berkumpul di sini malam ini.." ibuku membuka acara yang diadakanya.Annie tak bereaksi, dan Shane terus saja melirikku dengan matanya yang luar biasa menenggelamkan.
" Aku berharap kita bisa lebih akrab. Tentu semua akan lebih baik jika kita saling mengenal satu sama lain dengan baik. Benarkan Josh?" senyum ibuku mengembang.
"Benar sekali. Ini yang sudah kami rencanakan sejak sebulan lalu. Mengingat kami akan menyatukan hubungan dua keluarga.." josh menambahkan.
"Yah , dan aku berpikir mungkin aku harus mempertegas hubungan ini. Kalian tahu, memang tidak mudah...tapi kami punya komitmen. Kita akan menjadi sebuah keluarga yang bahagia..."
"Oh,Tuhan ku mohon hentikan semua ini. Aku tidak tahan lagi.." tiba-tiba Annie yang duduk di sebrang meja berkata memotong kata-kata mereka. Mata kami tertuju padanya. Annie tampak gugup, tapi ia seperti memendam kemarahan.
"Aku tak ingin ini diteruskan.." gumamnya kemudian.
"Apa yang sedang kau bicarakan Annie?" Josh tergagap. Kami hanya mematung.
"Kami tidak menginginkan pertunangan ini, Dad.."
Shane menambahkan.
"Apa?" ibuku duduk di antara kami dan memijit-mijit pelipisnya.
"Kalian tidak bisa melakukan ini, anak-anak..." Josh menggeleng tak percaya. "Tidak, jangan kali ini..."
"Sory Dad, tapi kami datang kemari bersamamu bukan untuk menyaksikannya tapi kami ingin menghentikan pertunangan ini."Millie menggenggam tanganku semakin erat, ia mulai agak takut. Begitupun aku. Aku melihat Mom, ia hanya melihat mereka dengan kebingungan.
" Apa yang sedang kalian bicarakan?" Josh mengulang pertanyaan itu lagi. " tapi kenapa, anak-anak? Kenapa?"
"Karena aku mencintai Julie!!"
Seperti tersengat listrik rasanya saat mendengar kata-kata itu mengalahkan kekacauan mereka. Semua mata mengarah padaku."Julie??"
"Tidak mungkin.."
"Oh,Tuhan..."
Dan aku,...hanya bisa ternganga, lidahku keluh sesaat. Aku lumpuh dan gemetar.
"Shane, jangan becanda. Itu tidak sopan."
Shane berkedip cepat tanda ia juga gugup. Ia menelan ludah. Aku menatapnya dari sebrang meja. Ia masih luar biasa tampan.
"Aku mencintainya sejak lama...bahkan sebelum aku sempat menyadarinya.." Shane menatapku.
Annie menggeleng dan tersenyum . "Ya ampun, ini bukan yang ada di pikiranku..."
" Maaf,Dad...tapi aku harus mengatakannya."
"Ya, Tuhan....ini bukan tentang aku. Sungguh, aku tidak tahu apa-apa." aku meralat.
" Tak apa Julie, ini bukan salahmu..." Josh berkata.
" Maafkan aku ,Dad..."
"Keluar dari sini, Shane.."
Josh beranjak dari kursinya. "Keluar dari sini, ayo..."**********
Pagi itu matahari bersinar redup di pagi hari. Aku masih memakai celana pendek dan kaus longgar tuaku saat mengantar Millie pergi.
Kami berdiri di halamanku di mana rerumputan tumbuh terlalu lama setelah dipotong tiga minggu lalu. Millie membetulkan letak ranselnya.
" Ok, aku siap pergi sekarang. Aku.. Aku pasti meridukanmu Julie..."
" Aku juga akan merindukanmu, Millie"
Kami berpelukan lama sekali. Lalu ia mundur sejenak.
"Tunggu, aku punya kejutan untukmu.."
Millie mengeluarkan sesuatu dari ranselnya. Sebuah amplop.
"Bukalah!"
Aku menerimanya penasaran. "Apa ini, Millie?" lalu aku terbelalak kaget saat tahu isinya.Millie tersenyum.
"Bea siswa ke Cleve university?" aku mendongak padanya.
Millie mengangguk. "Yeah, ".
" Tapi bagaimana bisa? Kau mengirimkan semuanya tanpa sepengetahuanku? Bagaimana...."
"Ayolah, aku bisa melakukan apa saja untukmu. Kau pantas mendapatkannya,Julie."
"Tapi, aku khawatir aku tidak bisa pergi...masih banyak yang harus di bereskan."
"Dengar,...tak ada gunanya lagi berada di sini. Setelah apa yang terjadi..."
Ak menunduk. Itu benar.
"Aku benar-benar kaget melihat apa yang terjadi kemarin. Ini super rumit, kau tau?"
"Memang, aku sudah pernah bilang..."
"Yeah, dan kau tak pernah menceritakannya. Kau curang!"
"Aku takut kau dapat serangan jantung.."
Kami tergelak.
"Ok, aku benar-benar harus pergi nih.. Semoga kau mendapat yang terbaik , Julie.."
"Thanks, Millie..."
"Aku akan meneleponmu...bye!"Mungkin Millie benar,aku memang harus pergi. Aku tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
andai kau dan aku
Romancejulie tidak pernah naksir seorang cowok seperti ia naksir pada shane allen.karena shane berbeda dengan cowok lain, shane sangat misterius, tak banyak bicara, tak suka menggoda, hanya matanya yang indah yang menyiratkan banyak cerita. julie benar be...