andai kau dan aku

152 5 4
                                    

Chapter
15

"Hai,..."
Aku membungkuk untuk menciumnya dari arah belakang. Shane mendongak sambil mengunyah makanannya. Ia tersenyum tipis saat aku duduk di hadapannya.
" Hai juga."
"Apa waktunya kurang tepat?"
"Tidak, mau coba?" ia menyuapkan sepotong wafel dari piringnya aku menggeleng.
"Aku akan ganti pakaian dulu, ok?"
Ia mengangguk.
Shane sedang sarapan di the patty's ketika aku datang untuk bekerja. Ia lebih sering menemuiku di tempat itu. Walaupun sembunyi-sembunyi. Dan pagi ini aku memintanya datang ke sini. Sebagai pengunjung. Pengunjung dengan motif lain, tentu saja.

Aku melongok ke arah dapur ketika selesai mengancingkan kancing terakhir dari blous seragamku. Patt sudah sibuk dengan pesanan-pesanan. Ia membolak balik burger dengan spatula.
" Hai, Path! Maaf aku telat. Mobilku mogok."
Ia mendongak kaget. " apa lagi yang bisa kukatakan, cepatlah bekerja!"
"Ok, maaf sekali lagi."
"Ooh, hanya kau yang ku punya, Julie.." desah nya.

Aku kembali menghampiri meja Shane. Ia sudah menghabiskan makanannya.
"Mau tambah?"
Ia menggeleng. "Aku mau kau.."
Aku tak menyangka dia pandai bergurau. Aku tersenyum dan menciumnya sekali lagi.
"Aku rindu sekali padamu.." bisiknya di telingaku.
Ia memciumku lebih dalam. Kami berciuman di tengah ruangan. Tanpa menyadari beberapa orang sedang melihat kami. Aku tak tahu, aku begitu tenggelam dalam kesenangan kecil itu.

"Juliie!!!"
Aku terjingkat dan tersadar dari apa yang kami lakukan ketika namaku diteriakan dengan begitu kencang.

Aku menoleh dan segera menepis pelukan Shane dari tubuhku.
"Sori, Path!"
Pria itu melihatku dengan muka datar. Tapi aku tahu ia tak suka dengan apa yang terjadi.
"Kembali bekerja!" hardiknya sebelum kembali ke dapur.
" Temui aku sore nanti."
Aku mengerling pada Shane.
Ia tersenyum malu. Lalu keluar restoran setelah membayar.
****************

"Apa?! kau bertengkar dengan ibumu?!" Millie berteriak di seberang telepon. Dari nada bicaranya, aku tahu ia menyalahkanku.
"Apa lagi yang bisa ku katakan, mom terus saja menanyaiku tentang Shane. Ia memperlakukanku seperti pencuri, kau tau?"
Millie mendesah, "well, masalahnya adalah--apa kau benar-benar mencintainya, Julie?"
Aku rasa menelepon Millie hari ini adalah kesalahan besar. Aku sengaja meneleponnya di waktu istirahatku hanya berharap mendengar simpati, alasan mengapa aku harus meneruskan hubungan aneh ini. Tapi ternyata...

" Kau tahu, kau sama saja dengan ibuku. Aku menyesal menelepon hari ini."
" aku tidak suka mengatakan ini tapi aku rasa kau sudah sedikit kelewatan, Julie."
"Apa? Kelewatan? Menurutmu aku seburuk itu?"
" mungkin..." Millie berdehem. " aku tidak menyalahkan ibumu. Maksudku begini,...tiba- tiba saja kau memutuskan Rain
dan tak lama kemudian Shane mengumumkan perasaannya pada khalayak ramai. Pantas saja jika ibumu mengira ini semua tentang Shane. Jadi..."
"Kau tidak mengerti, Millie."
"Kalau begitu buat aku mengerti, ada apa sebenarnya?" Millie menunggu.
"Well, sebenarnya aku tak ingin membicarakannya. But,..beberapa minggu lalu aku memergokinya berselingkuh. Dengan Anna. Di apartemennya...dan itu bukan alasan yang ku buat-buat. Dia memang berselingkuh."
Hening beberapa detik. Aku menunggu reaksinya.
"Apa kau yakin?"
"Hellow, mereka berhubungan sex millie!"
"Whattt???!"
Nah, sekarang aku bisa membayangkan ekspersinya di seberang telepon.
" aku tahu kau pasti dapat serangan jantung jika mendengar ini."
"Aku sudah bilang agar kau segera pergi dari tempat itu. Ceritamu itu terlalu rumit untuk di selesaikan , Julie."
"Oh, aku tidak tahu, Millie..."

**********
Aku berjalan di antara peron yang berjajar ketika seorang gadis berambut merah keluar dari kereta yang baru berhenti. Sebuah koper ukuran sedang menggantung berat di tangannya.

"Juliiiie!" ia menjerit bahagia saat melihatku.
"Hai!"
Ia berlari ke arahku seperti anak kecil lalu memelukku hangat.
"Aku rindu sekali padamu!" ia tersenyum ceria.
"Yeah, aku juga."
"Waah, aku sudah tidak sabar menghabiskan waktu di kota ini. Kau harus membawaku ke pesta-pesta musim panas, Julie..apakah kita bisa berenang di corry lake seperti tahun lalu..."
"Tentu saja bisa. Kita akan bersenang-senang!" aku memperhatikan antingnya yang berayun-ayun hampir menyentuh pundaknya. Jessica memang heboh sekali orangnya.

Sejak kecil kami memang sering menghabiskan musim liburan bersama. Beberapa kali aku datang ke florida, untuk menghabiskan liburan di sana. Saat dad masih hidup. Tapi tradisi itu hilang lima tahun lalu. Hanya Jessie yang masih sering datang.

Jessie sangat berbeda denganku. Ia adalah ratu pesta, dia begitu ceria dan optimis terhadap apapun. Waktunya banyak di habiskan dengan casting sana-sini. Ia ingin sekali tampil di tv. Hidupnya memang penuh dengan mimpi. Kadang aku merasa iri dengan kebahagiaan dalam hidupnya.

Kami berjalan keluar stasiun menuju pelataran parkir di mana Shane dan mobilnya menunggu. Aku meminta tolong padanya agar mengantarku ke stasiun. Aku tak punya pilihan lain.

"Ngomong-ngomong, dengan siapa kau datang, Julie?"

Aku menunjuk chevrolet merah di pelataran parkir di mana seorang cowok sudah menunggu sambil berkacak pinggang.
"Waaah, siapa dia,Julie? Dia benar- benar tampan! Pacarmu kah?"
"Eh, uuhm..sebenarnya dia calon kakak tiriku. " ucapku pelan dari tempat kami. Aku yakin Shane belum menyadari di mana kami berada.
"Hebat! Aku jadi kesempatan untuk mendekatinya. Bisakah kau..."
"Jessie, tidak. Dia sudah punya pacar! "
"Oow, itu masalah gampang. Aku bisa membuatnya meningggalkan pacar lamanya, demi aku.."
"Jessie, kau jahat sekali sih!" aku tersenyum tak percaya.
"Itu bukan jahat namanya. Itu usaha."
Aku bersyukur Shane tak mendengarnya. Kami masih seratus meter darinya.

"Hai, Shane ini jessica dan Jessie ini Shane.." aku memperkenalkan mereka berdua saat kami sampai di mobil kami.
"Senang berkenalan denganmu.."
Shane menjabat tangan sepupuku dengan senyum tipisnya yang khas. Dan Jessie menyambutnya dengan luar biaasa antusias.
"Aku juga senang sekali. Kau tahu tidak, kau mirip sekali dengan mantan pacarku, Shane."
Perjalanan kami menuju rumah dipenuhi perasaan ketidak nyamanan. Shane beberapa kali menoleh ke belakang, ke arahku. Karena jok depan telah terisi oleh tamu kebesaran kami, Jessica fleming.
"Ngomong-ngomong kau tinggal di mana Shane?"
"Madeline road." Shane menjawab tanpa menoleh.
"Apa aku boleh datang kapan-kapan?"
"Apa? Oh-uhm..yeah tentu. Julie akan mengantarmu nanti."
"Begitu yaa. Bagus sekali."

Shane menoleh ke arahku untuk yang kesekian kali. Seperti hendak minta tolong. Dan aku hanya bercekikik dalam hati. Dia tampan sekali jika sedang bingung.


Hai,hai im back. Voment-nya yaaa. Maklumin aja kalo typo. Kan manusia emang tempatnya salah hehehe. Enjoy

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang