andai kau dan aku

315 5 0
                                    


Chapter
2
Nama pria itu Josh, Josh allan atau Josh allien..aku tidak terlalu bisa mendengar nama belakangnya. Yang jelas dia tampak memesona siapapun. Sepertinya ia pria yang hangat. Acara makan malam kami tidak seburuk yang aku kira.

Tapi yang membuatku berpikir sepanjang acara makan malam kami adalah mungkinkah pria tampan ini adalah kekasih ibuku?
"Jadi kau bersekolah di Redville high?" ia bertanya di selah obrolan kami, matanya menatap antusias.
Aku mengangguk sembari menelan makanan di mulutku. "Yea.."
"Julie akan segera lulus.." jawab ibuku tak kalah perhatian.
" Wah, kebetulan sekali.. Putra putriku juga bersekolah di sana. Itu sekolah terbaik di kota ini." Ia tersenyum hangat." Kau pasti sibuk sekali mempersiapkan semuanya julie."
" Mungkin kapan-kapan kau boleh membawa mereka kemari,Josh?" Mom tersenyum pada ku.
Aku hanya tersenyum, mulai berpikir bahwa dia mirip dengan seseorang jika sedang memperhatikan sesuatu. Aku lupa, mungkin seseorang di televisi. Untuk ukuran pria dewasa tak akan ada yang membantah dia memang tampan.
Mata tajamnya yang dalam, senyum yang hangat, kulit kecoklatan yang terbakar matahari musim panas. Jika memang itu kekssih ibuku, pria itu sangat berbeda dengan dad.

Josh pulang dua jam kemudian. Ibuku tampak senang sekali saat mengantarnya sampai di pintu. Matanya mengawasi sampai mobil Josh tak terlihat lagi di belokan blok rumahku.

Saat mom berpaling aku sudah menunggu di belakangnya, berdiri tidak yakin dengan yang terjadi barusan.
"Apa yang kau pikirkan?" Mom bersedekap menunggu jawab anku.
"Apa....pria itu pacar mom?" Tanyaku sedikit terbata.
Senyum ibuku terkembang malu, ia menggeleng. "Aku tidak tahu, tapi aku rasa itu butuh waktu.."
Anggukanku terasa berat, tanda aku mengerti dan sedikit tak percaya.Lalu aku tersenyum.
"Apapun itu ,pastikan dia bukan milik siapapun.."
"Aku rasa begitu..."
Kami tertawa berdua seperti sepasang sahabat yang sedang membicarakan tentang cowok yang mereka taksir. Sudah seharusnya aku mendukung ibuku..ini sudah waktunya ibuku melanjutkan hidup.

Kami melangkah masuk, malam sudah larut dan gerimis mulai turun. Kami akan tidur nyenyak malam ini.

****************

"Ibuku mulai berkencan dengan seseorang.."
Millie menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengelap meja counter, melihatku sekilas.

Malam ini Pelanggan sedang sepi. Jadi kami bisa mengobrol agak santai. Aku sedang menyiapkan serbet kertas di sebuah wadah dan meletakannya di meja kounter.
" Dari mana kau tahu?" millie bergumam,sembari melanjutkan pekerjaannya.
"Mom mengundangnya makan malam dua hari lalu.."
"Oya, wow kau akan punya ayah baru.." millie mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Wajahnya mengingatkanku pada katie holmes saat ia masih muda dulu. Millie memang punya wajah yang cantik dan familiar. Aneh sekali mengetahui bahwa ia belum punya pacar hingga sekarang.
"Menurutmu apa dia pria yang baik?" tanya millie lagi.
" Aku tidak tahu, dia begitu..."
Millie menunggu, menatap mataku ingin tahu." apa?"
" Entahlah...dia begitu tampan dan hangat membuatku tidak yakin bahwa dia sendiri...msksudku tidak ada yang memiliki."
" Tidak mungkin tidak ada wanita yang menginginkannya, dan ibuku mebemukannya dengan begitu mudah."
" Mungkin Tuhan sengaja mengirimkannya untuk kalian. " Millie tersenyum mengangkat bahunya.
" Aku juga berpikir begitu tapi... "
Bersamaan dengan itu, Rain tampak memasuki restoran dengan murung,berdiri di depan kounter sejenak lalu duduk di kursi bar yang tinggi. Rain memang selalu mampir jika sedang tidak sibuk.
"Mau kopi?" tanyaku seriang mungkin.
"Soda saja.." ia mencopot topinya . "Aku meneleponmu berkali kali sabtu lalu..." ia tampaknya kesal sekali pada ku. Ini dia, pikirku..
Aku menepuk dahiku " Maafkan aku sayang,...Pat menyuruhku kerja lembur. Dan aku tidak bisa kenolaknya, dia mengancam akan memecatku." suaraku berbisik. Pat sedang di dapur memanggang burger.

Millie datang dengan coke yang masih berbuih meletakannya di meja Kounter.
"Thanks.." Rain bergumam. " Harusnya kau meneleponku dulu, julie" ia tampak lelah.
"Maafkan aku, ponselku mati Rain. Tapi aku akan membayar kesalahanku akhir minggu ini. Aku janji.." aku membujuknya

Rain tersenyum, "baiklah..kita lihat minggu ini.."
"Aku tidak akan mengecewakanmu."
"Janji?"
"Janji"

**************

Hujan gemericik tiba tiba turun sesaat setelah aku melompat turun dari bus. Tak ada tempat berteduh, aku harus berjalan di sepanjang blok rumahku sambil mendekap tubuhku sendiri. Karena tak ada gunanya berlari. Rumahku berada dibelokan terakhir.

Air hujan terasa dingin dan menusuk kulitku, rasanya perih sekali. Musim panas di redville memang selalu saja hujan. Tak ada hal paling menyebalkan selain terjebak dan basah di tengah hujan lebat.

Rambutku terasa lembab, dan aku kedinginan. Walau aku tak sepenuhnya basah. Aku berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkanku dari kebasahan. Dan tiba tiba saja.....

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang