andai kau dan aku

171 8 0
                                    

Chapter
18

"Seseorang mencarimu tadi pagi."
Aku sedang mengotak-atik mesin cuci kami yang baru. Seseorang mengirimnya kemarin sore melalui jasa pengiriman barang.
"Mom tahu siapa?"
"Uuhm, seseorang yang tinggal di north redville. Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya. Tapi sepertinya dia sangat sopan." katanya sambil memasang anting di kedua telinganya. Pagi ini ibuku buru-buru sekali pergi ke kantor. Dia bilang ada client yang harus ditemuinya dari luar kota. Ia bahkan melupakan sarapan yang telah kusiapkan setengah jam lalu.
Aku mengangkat alis. "Namanya?"
"Naaa...nathan, seingatku..." ia mengangkat bahu. "Aku lupa nama belakangnya."
"Oooh, ngomong-ngomong mesin cucinya keren. Berapa banyak mom menghabiskan tabungan untuk barang seperti ini?"
"Aah, sebenarnya bukan aku yang membelinya, sayang." ia memakai high heels-nya yang berwarna hitam mengkilat dan hampir terpeleset saat memakainya.
"Josh yang mengirimnya dari toko peralatan rumah tangga."
Aku mengangguk mengerti.
"Mom memberitahunya?"
"Apa yang bisa kulakukan, dia melihatku saat aku pergi herb loundry."
Aku tersenyum. "Dia sangat mencintai mom.."
"Aku tahu. Julie,...kami..merencanakan sebuah pernikahan."
Kami terdiam untuk beberapa detik berikutnya.
"Apa dia serius?"
"Kami sangat serius, tapi jika itu membuatmu...."
"---mom, aku senang mendengarnya. Aku mendukung keputusan itu. Aku senang jika mom bahagia."
"Bagaimana dengan Shane?"
"Aku rasa itu sudah tidak penting lagi. Kami bisa saling melupakan."
"Kau yakin?"
"Sangat. Aku baru sadar aku tidak pernah mencintainya."
Senyum ibuku terkembang lega. Sepertinya kegugupan diantara kami mencair sudah.
"Aku---sangat berterimakasih." ia mendekat dan memelukku hangat.

Aku sangat yakin. Aku tak pernah seyakin ini sebelumnya. Keputusanku tak mungkin salah. Membiarkan ibuku bahagia adalah hal terbaik dalam hidupku.

Aku berpikir dalam kehampaan. Mencoba menghapus wajah Shane yang tiba-tiba muncul dalam ingatan. Mencoba melupakan bahwa aku pernah mencintai seseorang.

Saat mom melepaskan pelukannya aku melihat Jessie turun dari tangga. Ia tampak kusut masai.
"Hai, semua..!!"
Aku melihat lipstik yang masih tersisah di bibirnya. Sisah dari kesenangan semalam. Tapi dari matanya yang menyorot lelah, aku bisa merasakan kebahagiaan yang terpaksa.
"Kau habis mabuk, Jessie?"
Mom mendekat ke arah gadis berambut pirang itu dengan khawatir.
"Eeeeh, aku hanya sedikit minum. Tapi aku memang sedang tidak enak badan. Jangan khawatir, akan membaik koq.."
"Mungkin sebaiknya kau telepon ibumu, Jessie. Sudah berapa hari kau tidak meneleponnya? Ibumu pasti khawatir."
"Tidak akan. Dia tidak pernah menghawatirkanku. Dia lebih menghawatirkan pekerjaannya."
Jessie membuka kulkas dan mengambil sekotak jus dari sana. Ia meminumnya langsung dari kotak.
"Baiklah kalau begitu. Aku harus pergi anak-anak. Ini sudah terlambat. Jangan lupa berbelanja, ok?"
"Ok."
Mom mencium pipiku dan melambai pada Jessie di sudut ruangan. Kami menyaksikannya melangkah mantap dan buru-buru meninggalkan rumah.
Sampai akhirnya kami hanya berdua.

Aku menatap jessica sambil bersedekap. Mataku menyorot tajam padanya. Ia mundur dan terduduk di kursi kayu di pinggir ruangan.
"Kau tahu masalahmu, Jessie?"
Ia menggeleng pelan, seperti anak kecil yang ketakutan.
"Kau terlalu senang mencampuri urusan orang lain!"
Ia menggeleng lagi.
"Mulai sekarang, uruslah urusanmu sendiri. Jangan pernah lagi mencampuri urusan orang lain! Di Redville itu melanggar hukum."
"Sorry, aku hanya merasa aneh kenapa kau bermesraan dengannya jika kau pernah bilang dia adalah kakak tirimu?" jelasnya dengan suara gemetar.
"Kau tidak akan pernah mendapati pemandangan itu lagi. Jadi sebaiknya kau diam saja. Atau aku akan menyuruh ibumu menjemputmu dari sini sekarang juga. Jangan tanya kenapa!!"
Ia menggeleng tanpa sempat berkedip. Matanya menatapku seperti mangsa yang tinggal menunggu waktu.

************

"Satu kentang goreng dan dua soda jeruk!!" aku berteriak lantang dari balik konter kepada Path yang sedang menceburkang kentang goreng ke dalam penggorengan besar. "Jangan lupa soda jeruknya."
"Yaah!" mau tak mau ia menjawab juga dengan kesal.

andai kau dan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang