Kayra mematikan ponselnya setelah melihat chat dari Reza. Cowok itu katanya akan ke apartemen sebentar. Jam sudah menunjukkan angka 23.22, dia melirik Olive yang telah tertidur dari jam sembilan malam tadi. Kayra memilih turun dari kasur pelan agar tidak menimbulkan suara atau pergerakan yang membuat Olive terusik.
Cewek dengan baju tidur bermotif beruang itu keluar dari kamar, suara pintu terbuka membuatnya berjalan ke sumber suara. Kerutan halus di dahinya tercetak melihat Reza yang sedang menutup pintu kembali. Padahal belum ada lima menit cowok itu mengabarinya akan ke sini, dan sekarang cowok itu sudah ada di sini?
"Cepet amat?"
Reza tertawa. "Gue ngabarin lo pas udah di lift." jawabnya tersenyum. Cowok itu merangkul pundak Kayra membawanya ke ruang tengah, mereka duduk bersebelahan.
"Mau ngapain malam-malam ke sini?"
"Terserah gue dong, ini kan apart gue, jadi suka-suka gue!" balasnya dengan wajah songong.
Kayra memutar bola matanya malas mendengar suara Reza yang sudah menyebalkan seperti itu, tandanya dia sudah benar-benar sehat. "Ya udah gue balik ke rum–"
"Engga, Kay. Gue bercanda, gue mau jelasin sesuatu ke lo. Lo mau dengerin 'kan?" tanya Reza memastikan Kayra akan mendengar semua apa yang akan dia jelaskan.
Kayra menatap Reza lama, sebelum menjawab Kayra menghembuskan napasnya terlebih dahulu. "Iya."
"Sebelum gue minta maaf sama lo, karena udah nyembunyiin pertunangan gue sama Jenia." ucapnya membuat Kayra meneguk saliva-nya. "Itu bukan karena gue ataupun Jenia yang mau, itu karna ini." Reza mengeluarkan sebuah kertas, lalu membukakan dan memberikannya pada Kayra, agar cewek itu membacanya.
Reza hanya mengamati wajah cantik Kayra selama Kayra membaca isi dari kertas itu. "Ini?" tanya Kayra menatap Reza.
"Iya, surat perjanjian Mama sama Om Rangga waktu kuliah dulu." jawabnya. "Gue gak bisa menolak itu karena permintaan Mama, Kay. Sedangkan Jenia juga gak bisa menolak itu. Gue sama Jenia emang gak punya rasa satu sama lain, gue punya lo, dan Jenia punya Arion." Kayra membuang mukanya yang memerah karena ucapan Reza.
"Muka lo merah, Kay." ledeknya.
Kayra berdecak. "Lo mau lanjutin gak? Kalau gak gue mau tidur!" ketusnya.
"Oke gue lanjutin. Tepat hari pertunangan, Jenia ngelakuin hal yang di luar nalar bareng Arion." Kayra menatap Reza. Seolah tau apa yang ada di pikiran Kayra Reza mengangguk. "Sekarang Jenia hamil, tadi gue sama Papa di undang ke rumah Om Rangga buat batalin pertunangan ini karena Arion sama Jenia akan menikah secepatnya." Reza menjelaskan Jenia dan Arion karena tau kalau Kayra sudah mengenal Jenia dan Arion.
Suara bell berbunyi membuat Kayra reflek berdiri, kemudian melangkah membukakan pintu. Kayra meneguk saliva-nya kasar saat melihat siapa yang datang ke sini, pria paruh baya yang sangat mirip dengan Reza.
"Kamu siapa?" tanya pria itu pada Kayra.
"Siapa yang dateng, Ka–" Reza membelak matanya melihat Evan yang ada di ambang pintu.
****
Di ruang tengah terjadi keheningan di antara Evan, Reza dan Kayra. Pria itu menatap putranya dan Kayra bergantian dengan tatapan intimidasi membuat Kayra menunduk takut, sedangkan Reza mengetuk-ngetuk pahanya, dia bingung ingin menjelaskan apa pada Papanya, apa harus sekarang dia memperkenalkan Kayra pada Papanya?
"Nama kamu siapa?" tanya Evan menatap Kayra yang menunduk.
"Kayra Om." jawabnya.
"Ngapain kamu ada di apartemen anak saya? Ada hubungan apa kamu sama anak saya?"
Reza berdecak melihat Evan yang sok-sok memasang wajah galak seperti itu. "Pacar Reza, Pa." jawabnya. Kayra reflek menoleh ke arah Reza.
Evan mengerjakan matanya, dia tidak salah dengar kalau putra semata wayangnya sudah memiliki pacar? "Jangan ngaku-ngaku kamu, mana mungkin Kayra mau sama kamu!" desis Evan. Reza memutar bola matanya malas. "Kamu benar pacar Reza?" tanya Evan menatap Kayra kembali setelah memberikan tatapan sinis pada sang anak.
Kayra mengangguk kaku. "Iya Om." jawabnya.
Evan mengangguk, ternyata Reza benar sudah punya pacar. "Sudah berapa lama kamu berhubungan dengan anak saya?"
Reza menghempaskan punggungnya di punggung sofa. Kenapa Papanya terus mengintrogasi Kayra? Apa Papanya akan berpindah profesi dari pembisnis menjadi polis yang suka sekali mengintrogasi?
"Hampir satu tahun, Om."
Evan menatap putranya yang tengah mengupil dengan tenang. "Berarti bandana yang Papa temui di kamar kamu itu punya Kayra? Bukan punya teman kamu?" Reza mengangguk santai. "Kalau kamu sudah putus dengan Reza, kamu bisa PDKT dengan saya, siapa tau kamu mau menjadi Mama tiri Reza."
Reza membelak matanya. "Nyebut Pa! Udah tua juga, masih aja mau ngembat punya anaknya sendiri!"
Evan berdecak. "Jadi ngapain kamu ada di apartemen anak saya?"
"Saya menginap di sini beberapa hari, karena masalah keluarga, Om." ringsinya saat menjelaskan.
"Reza. Kamu malam-malam kenapa ada di sini? Sudah tau ada anak gadis di apartemen kamu, kamu malah ke sini malam-malam?"
Reza mendengkus. "Papa juga ngapain ke apartemen Reza? Kalau Reza mau ngejelasin pertunangan Reza sama Jenia."
"Niatnya Papa mau bermalam di sini. Tunggu? Menjelaskan?" Evan menatap putranya dengan raut wajah bingung.
"Papa tau 'kan Kayra sama Reza udah pacaran hampir setahun, nah kemarin-kemarin kita berantem karena pertunangan ini." jelasnya.
"Salah kamu, kenapa gak kasih tau Papa kalau kamu punya pacar. Kalau Papa tau, Papa bisa berbicara baik-baik untuk tidak menyatukan Jenia dan Kamu." ucap Evan.
"Iya Pa, salah Reza."
"Emang!" sahut Evan dan Kayra bersamaan.
****
6 Februari 2023