BAB 11

448 15 0
                                    

Cewek bercardigan itu berdecak kesal karena motornya tiba-tiba mogok, ada apa? Padahal dia sudah men-servisnya Minggu lalu. Ini sudah siang, kenapa dia harus bangun telat coba? Ini masalahnya hari Senin, dan pastinya upacara akan segera di mulai. Dia tidak mau kalau telat di hari Senin hukumnya akan bertambah.

Kayra mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi Reza, semoga saja ponsel Reza aktif. "Gak aktif?" monolognya. Dia berdecak kesal kembali menghubungi Reza, tetap tidak ada jawaban dari sana. Sekarang dia mencoba menghubungi Kanaya, siapa tau aktif. Namun lagi dia berdecak, tidak ada jawaban dari sana.

Suara deru motor berhenti di dekatnya membuat Kayra menoleh. "Kenapa Kay?" tanya Jehan.

"Gak tau, Han." Kayra menggeleng kepala cepat.

"Bareng gue aja, ntar gua hubungin bengkel langganan gue. Gimana?" tawar Jehan. Kayra tidak akan berpikir lama, dia langsung mengangguk dan naik ke motor Jehan.

"Lo tau Reza dimana?" tanya Kayra sedikit berteriak agar Jehan mendengar penuturannya.

"Gak tau, gue kan belum sampe sekolah, Kay." jawab Jehan juga ikut menaikan oktafnya, takutnya Kayra tidak mendengar, kan biasanya penyakit cewek saat di motor. Penyakit budek.

Kayra meringis, benar juga yang di katakan Jehan. Kedua matanya menatap lurus, "jangan-jangan si Reza selingkuh?" Kayra menerka-nerka, tapi Reza mana mungkin selingkuh kan?

"Iya kayaknya," balas Jehan yang mendengar tuduhan kepada Reza.

"BENER?" teriak Kayra membelak matanya.

"Gak mungkin Kay, ck. Jangan berisik lo, malu di liatin orang-orang. Takutnya pada ngira kalau gue bawa orang gila," Kayra memukul pundak Jehan kesal. Cih orang gila katanya? Cewek cantik begini di kira orang gila.

Motor Jehan memasuki kawasan sekolah. Tidak ingin membuang-buang waktu lagi, keduanya langsung berlari ke lapangan, sayang sekali upacara sudah di mulai. kayra dan Jehan pun masuk ke barisan depan–barisan anak-anak yang atributnya tidak lengkap dan telat. Kayra yang berdiri di sebelah Jehan, dia mendongak melihat Jehan, Kayra meneguk saliva-nya susah karena terpanah dengan ketampanan cowok di sebelahnya. Dia baru ingat dulu saat kelas sepuluh dia pernah suka dengan seorang Jehan, Ketua OSIS saat ini.

"Jehan," panggil Kayra pelan. "Sorry ya, gara-gara gue lo jadi telat,"

Jehan terkekeh kecil, "gue telat emang karena gue kesiangan, Kay." balas Jehan.

"Ya gue gak enak aja gitu, Han. Pasti lo di cibirin anak-anak karena lo telat." ucap Kayra. Padahal Ketua OSIS juga manusia, gak luput dari salah kan?

"Santai aja, Kay." Jehan mengusap puncak kepala Kayra lembut. Jehan benar-benar ingin Kayra suka lagi kepadanya apa? "Fokus upacara aja, pacar lo udah natap gue pake leser,"

Benar saja yang di katakan Jehan, di barisan IPA, Reza menatap ke arah sini dengan tajam.

                                       ****

Reza memicing matanya melihat Jehan yang sedang antri membeli batagor dan di sebelahnya ada Kayra dan Kanaya. Mereka bertiga tampak asik mengobrol, what the– kenapa Kayra terus tertawa dan tersenyum sih?

"Lo tau ga–"

"Gak tau." jawab Reza cuek, dia kini  fokus pada batagornya.

Kendra berdecak kesal, dia mendelik kesal, "gue kasih tau," ucap Kendra.

"Apaan?" tanya Reza. "

"Gue–"

Krek

Suara decitan kursi membuat Kendra berhenti bicara, dia menatap bingung ke arah Reza karena cowok itu tiba-tiba berdiri ketika Jehan datang. Kendra mengerjapkan matanya polos, dia menatap kepergian Reza. "Dia kenapa?"

"Kebelet berak," jawab Jehan. Dia sepertinya tau kenapa Reza pergi saat dia datang, apalagi kalau tidak cemburu persoalan dia dan Kayra berangkat bareng, dan di hukum bareng. Lihat saja sampai kapan Reza akan gambek dengannya, paling lama cuma sehari.

"Beneran kebelet berak?" beo Kendra membelak matanya.

"Kebelet berak, kebelet berak! Gigi lo kali yang kebelet berak!" batin Reza dengan kesal, walaupun dia sudah pergi dari meja sana, samar-samar dia mendengar percakapan antara Kendra dan Jehan. Dia berdo'a saja tidak ada orang yang mendengar percakapan mereka berdua. Ya di pikir lah, lagi enak-enakan makan malah bahas berak?

Reza melewati meja Kayra dan Kanaya, cowok itu tetap berjalan dengan pandangan lurus membuat kedua cewek itu menatap punggung tegap Reza dengan bingung. Kedua cewek itu saling pandang.

"Cowok lo tumben?" celetuk Kanaya.

"Positive thinking aja, matanya lagi rabun." Kayra kembali memasukan batagor ke dalam mulutnya.

Kanaya mengangguk. "Apa si Reza juga kerasukan setan? Eh mana mungkin, yang ada setan yang kerasukan Reza," kekeh Kanaya.

"Orangnya denger abis lo di kasih semburan." sahut Kayra. Tapi Kayra masih memikirkan Reza, tumben sekali anak itu, dia ada masalah? Urusan Reza ntar aja deh yang penting makan dulu baru mikirin Reza. Mikirin Reza butuh asupan banyak.

                                          ****

Kayra turun dari mobil Kanaya, setelahnya mobil merah itu meleset pergi dari sana. Kayra berada di depan rumah Reza, tadi saat pulang sekolah niatnya ingin nebeng dengan Reza dan mencari tau ada apa dengan Reza hari ini, tapi dia tidak menemukan Reza di parkiran dan di kelas,  chat- nya tidak di bales, teleponnya pun tidak di angkat. Maka dari itu Kayra langsung ke rumah Reza dengan diantar Kanaya ke sini.

Kayra langsung masuk ke dalam sambil membawa es buah, lagi juga pintu gerbangnya terbuka, kedua matanya mencari satpam rumah ini, namu dia tidak melihat siapapun di sini. Kayra lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju pintu utama, cewek itu menekan bel saat sudah berada di depan pintu utama. Tidak lama pintu terbuka yang menampakkan wanita paruh baya yang membawa pembersih debu.

"Reza nya ada, Bu?" tanya Kayra tersenyum sopan.

"Temennya Tuan muda? Eh apa pacarnya?" tanya wanita itu tersenyum menggoda. Tidak ada satupun perempuan seumuran Reza yang datang ke sini hanya untuk bertemu cowok itu.

Pipi Kayra memerah, "Reza nya ada?" tanya Kayra sekali lagi. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan wanita di hadapannya, karena bingung harus menjawab apa.

"Tuan mudanya ada, mari masuk." Wanita itu mempersilahkan Kayra masuk. Kayra duduk di sofa selagi menunggu wanita paruh baya itu memanggil Reza.

Kayra pergi ke dapur untuk mengambil mangkuk untuk es buah yang ia belikan untuk Reza. Dia juga tidak tau kenapa dia berinisiatif untuk membeli es buah untuk cowok itu.

"Ngapain lo?"

Suara yang terdengar ketus itu berhasil menghentikan aktivitas Kayra yang menuangkan es buah ke dalam mangkuk. Kayra menepuk sofa di sebelahnya, mengisyaratkan kepada Reza agar cowok itu duduk disebelahnya.

"Kalau gak ada urusan penting mending lo pergi," ucap Reza bersandar di punggung sofa.

"Jahat banget lo ngusir gue. Lagian lo kenapa sih tiba-tiba aneh gitu?" Kayra memberikan mangkuk yang berisikan es buah pada Reza. "Gue beliin buat lo," ucap Kayra.

Walaupun sedikit bingung, Reza menerima es buah itu dan menikmatinya, lumayan gratis. "Gak usah ganjen lo sama cowok lain," celetuk Reza.

"Ganjen gimana sih, Rez?" Perasaan apa-apa Reza mengatainya ganjen padahal dia tidak ganjen.

"Lo berangkat bareng Jehan? Gak punya motor apa? Apa gak punya bensin? Gue bisa isiin penuh ke motor lo!" desis Reza.

Kayra menatap Reza penuh selidik, Reza cemburu dnegan Jehan? "Motor gue tiba-tiba mogok,"

"Kenapa gak hubungin gue?" omel Reza menaruh mangkuk yang isinya sudah habis.

"Gue udah hubungin lo bego!" semprot Kayra kesal.

                                         ****

15 Desember 2022

REZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang