BAB 13

385 16 0
                                    

Kayra berhenti mendadak kala dia menuruni anak tangga melihat Reza yang bertepatan menaiki anak tangga, Kayra menunduk dalam.

"Mau kemana?" tanya Reza dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana seragamnya.

"Mau fotocopy di depan," jawab Kayra tetap menatap sepatu hitamnya. "Gue duluan," pamitnya dengan canggung. Tanpa menunggu jawaban dari Reza, Kayra pergi begitu saja.

Reza menoleh melihat kepergian Kayra. Hampir empat hari ini Kayra maupun dirinya tidak ada adu cekcok seperti biasa, kalau tidak sengaja bertemu hanya bertegur sapa dan berbasa-basi, itu pun harus Reza duluan yang memulainya. Setelah kejadian tempo hari itu Kayra terus menghindar, Reza mengerti, Kayra butuh waktu, namun sampai detik ini Kayra belum menjelaskan apapun kepadanya. Reza menghembuskan napasnya berat, kemudian dia kembali menaikkan anak tangga.

"Udah mau empat hari loh tuh dua orang begitu," ucap Kendra pada kedua orang yang ada di sebelahnya. "Mana si Reza gak ada cerita apa-apa."

"Kayra ada cerita ke lo?" tanya Jehan menatap Kanaya yang ada di sebelahnya. Kanaya mendongak, dia menggelengkan kepalanya lemas. Ketiga remaja itu mengintip Reza dan Kayra sedari tadi, mereka bingung dengan dua orang itu akhir-akhir ini karena tidak biasanya.

"Kira-kira ada apa ya?" gumam Kanaya menatap lurus.

"Kepo lo!" sahut Kendra yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Kanaya.

"Bacot lo, Ken!" omel Kanaya kesal.

"Biarin mereka nyelesaiin sendiri." ucap Jehan yang membuat dua orang di sana menoleh ke arah cowok yang berjabat sebagai Ketos di sekolah ini.

"Lo gak kepo sama apa yang Reza sama Kayra jadi begitu?" tanya Kendra.

"Mereka punya privasi kali, Ken!" sembur Kanaya.

Kendra berdecak, jadi dia yang bingung sendiri. "Apa kita jadi detektif aja biar bisa tau apa yang ngebuat Reza sama Kayra begitu? Emang lo berdua gak pusing apa ngeliat tuh dua orang begitu? Aneh banget cug!"

Kanaya mengangguk setuju. "Ya aneh sih."

"Ntar juga kayak bisa lagi. Gak ada detektif-detektifan, Ken!" ucap Jehan.

"Gak seru lo, Jahe!" cibir Kendra.

"Bodoamat." Jehan menyahut lalu pergi dari sana.

"Lo yang gak seru!" semprot Kanaya. Cewek itu pergi setelah menendang tulang kering Kendra yang membuat cowok itu mengerang kesakitan sambil mengumpati nama Kanaya.

                                        ****

Kayra yang tadinya sibuk mencari jawaban kini beralih ke Kanaya yang menggerutu sendiri sambil menunduk terus. "Lo kenapa?" tanya Kayra bingung dengan tingkah Kanaya, takutnya Kanaya dirasuki setan penghuni sekolah ini. Kan tidak lucu.

Kanaya mendengkus kesal, dia menatap Kayra melas. "Semua apk nonton cogan-cogan gue, sama apk baca cowok-cowok fiksi gue ilang anjir!" ucap Kanaya dengan cemberut. "Lo tau siapa dalangnya?" Kayra menggelengkan kepalanya, "si Alden! Anak dari si Juna aka anak pungut itu! Ngeselin banget punya ponakan titisan setan kek bapaknya!" omel Kanaya.

"Sembarang lo! Bang Juna, abang lo, Nay!" sahut Kayra.

Kanaya menjulid. "Untung Kak Frey gak ada sifat titisan setan kek suami sama anaknya." gerutu Kanaya. Kanaya selalu berharap bahwa yang menjadi Kakak kandungnya ialah Kak Freya bukan si Juna. Dia kira ponakannya akan seperti Freya, tapi naas, bahwa ponakannya yang bernama Alden itu menuruni semua dari Juna. "Tukeran aja deh, gue jadi Kakaknya Olive,"

"Olive yang gak mau punya Kakak kayak lo!" cibir Kayra.

"Heh sembarang! Olive tuh sebenernya pengen banget gue jadi Kakaknya!" cerocosnya.

"Dih, tau dari mana lo?" tanya Kayra mengerutkan dahinya.

"Dari dalam hatinya, kan gue cenayang." jawabnya dengan sombong.

Kayra memilih mengabaikan ucapan Kanaya yang ngawur entah kemana, dia lebih memilih untuk kembali menjawab soal-soal yang di berikan guru bahasa Indonesia.

"Kay?"

Kayra hanya bergumam saja, tatapannya terus fokus pada soal-soal di buku paketnya. "Hmm?"

"Kay?" panggil Kanaya sekali lagi yang mengharuskan Kayra menengok pada Kananya yang berada di sampingnya.

"Kenapa?"

"Hubungan lo sama Reza, oke-oke aja 'kan?" tanya Kanaya pelan, cewek itu meringis tak enak.

Kayra tersenyum. "Oke." jawabnya dengan tenang. Memang hubungan Kayra dan Reza baik-baik saja, cuma beberapa hari ini sedikit renggang karena hari itu. Dia bingung menjelaskannya pada Reza, maka dari itu dia terus menghindar karena itu.

                                        ****

Kayra mengigit bibir dalamnya saat tiba-tiba saja kunci motornya di cabut begitu saja dari tempat yang seharusnya, seharusnya dia pulang lebih awal agar tidak bertemu dengan Reza.

"Bareng gue." ucapnya. Kayra mendongak menatap Reza, apa harus sekarang? Apa tidak bisa nanti saja?

"Rez..." Kayra berharap kunci motornya di kembalikan. "Gue mau pulang,"

"Lo gak tuli 'kan?" tanyanya. "Bareng gue."

Kayra menggelengkan kepalanya. "Gak mau, gue pulang sendiri." tolaknya.

Reza berdecak kesal, "oke gue yang bareng lo," finalnya yang membuat Kayra gelagapan saat melihat Reza yang mengambil helmnya di motor besar sana, cowok itu mengotak-atik ponselnya sebelum benar-benar melangkah mendekatinya.

"Rez?" Kayra tidak habis pikir dengan Reza.

Kayra turun dari motornya terpaksa karena Reza berusaha naik ke motornya. Cewek itu dengan hati-hati menaiki motornya lagi setelah Reza sudah siap di posisi. Tak lama dari itu Reza menjalankan motor matic Kayra, dan belum benar-benar pergi dari sekolah Reza berhenti di pos satpam sekolah, cowok itu menitipkan kunci motornya pada pria paruh baya yang berstatus sebagai satpam sekolah ini. Kata Reza akan ada orang yang akan mengambil motornya di sini.

Selama perjalanan tidak ada ucapan atau perdebatan antara Reza dan Kayra, hanya suara kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya yang kedua remaja itu lewati. Keduanya juga tidak ada niatan untuk membuka suara.

Kayra reflek turun dari motornya, lalu melepaskan helmnya saat Reza berhenti di depan cafe yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Reza menggandeng tangan Kayra untuk memasukkan cafe itu. Sama seperti sebelumnya, mereka belum bersuara, hanya bersuara pun saat ada waiters yang menghampiri keduanya untuk memesan minuman saja.

Reza memandang wajah cantik Kayra yang ada di hadapannya, kedua mata Kayra terus menghindari kontak mata dengannya. Reza akan memulai saat pesanan mereka datang. Benar saja setelah waiters itu pergi seusai menaruh minuman keduanya Reza mulai membuka suara.

"Bisa lo jelasin?"

Kayra menatap Reza. "Jelasin apa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti maksud ucapan Reza.

"Gue tau otak lo gak sebego itu, Kay." desis Reza.

"Gak ada yang perlu di jelasin 'kan?" ucap Kayra.

Reza terkekeh. "Gak ada? Oke gue bakal tanya dan lo akan jelasin." Reza menatap Kayra intes. "Ada hubungan apa lo sama dia?"

Kayra menelan saliva-nya. "Gak ada apa-apa, Rez." jawab Kayra pelan. Tidak ada jawaban dari Reza membuat Kayra mengulum bibirnya sambil melihat Reza yang menatapnya dengan pandangan datar.

"Maaf Rez."

 
                                         ****

30 Desember 2022

REZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang