9. Pupus

779 160 12
                                    

Sejujurnya agak canggung menggandeng tangan laki-laki yang selama ini hanya Syl anggap sebagai sahabat laki-laki abangnya. Tapi malam ini ia diharuskan menjadi 'pasangan' kondangan yang baik dan menebar senyum pada teman-teman Arga, bahkan ada beberapa klien yang tak sengaja bertemu. Obrolan bisnis tentu tak terelakkan, untungnya Syl sedikit paham dengan pembahasan mereka, dan ia jadi bisa sedikit belajar dari para senior.

"Cakep banget cewek lo kali ini," sapa seorang pria yang tingginya beberapa centi diatas Arga.

"Bisa aja lo."

Arga sama sekali nggak membantah ucapan kawan lamanya itu, Jim adalah laki-laki keturunan Chinese, salah satu rekan kerja yang kebetulan berkecimpung didunia yang sama dan Arga nggak sengaja kenal dengan Jim saat mengikuti seminar di Bandung beberapa tahun yang lalu.

"Hallo, gue James, tapi cowok lo lebih sering manggil gue Jim."

"Sylviana."

Lemparan senyum Syl membuat Jim mengerjapkan mata, Syl memang nggak secantik model-model kebanyakan, tapi perempuan ini manis dengan senyum yang memikat.

"Jim!" Teguran itu membuat Jim maupun Syl menoleh. Ekspresi wajah Arga kelihatan datar, tapi dari suaranya saja semua orang bisa menebak kalau pria itu kesal.

"Iya-iya, sorry," tawa canggung yang Jim keluarkan tak membuat senyum Arga melebar. Senggolan tangan Syl membuat Arga menoleh.

"Gue mau cari makanan dulu."

Tanpa menunggu respon Jim, Arga sedikit menarik tangan Syl menjauhi laki-laki itu.

"Kenapa sih lo, Bang?" Tanya Syl yang sedikit merasa aneh dengan sikap Arga yang mendadak dingin.

"Gue nggak suka aja sama cara dia natap lo."

Kejujuran Arga mengejutkan Syl. Selama ini nggak ada laki-laki yang seterang terangan Arga. Bahkan jika lagi-lagi boleh dibandingkan dengan Indra-pun.

"Bang..."

"Makan dulu, gue lapar."

Syl cuma bisa menurut dengan pasrah. Mereka mengantri untuk sate madura yang kelihatan menggiurkan dan wanginya menggoda sejak mereka datang tadi.

Colekan di bahu membuat Syl menoleh, dan reflek yang dia lakukan mengundang perhatian Arga karena Syl menarik tangannya yang sejak tadi digenggam oleh pria itu.

"Kenapa?"

"Kamu sama siapa kesini?" Suara Indra terdengar menganggu bagi Arga. Selain Jim, ada satu lagi laki-laki yang harus dia halau malam ini.

"Oh, kenalin... Gue Arga."

Ekspresi wajah Syl kelihatan canggung dan tidak enak. Seperti kepergok selingkuh oleh kekasihnya padahal kan mereka juga sudah putus.

"Syl?" Panggil Indra yang sama sekali tak menghiraukan pria yang menyebut dirinya dengan nama Arga. Selama ini Indra sama sekali nggak pernah mendengar nama pria ini dan malam ini ia melihat mantan kekasih yang masih sangat dia cintai menggandeng laki-laki lain.

"Ya? Oh... Gue sama Bang Arga kesini."

Indra menghela nafas pelan, hatinya terasa ditusuk-tusuk melihat Syl pergi dengan pria lain.

Apakah bagi Syl, move on semudah itu? Padahal Indra sendiri selama ini masih menyusun mental untuk menemui Syl lagi dan meminta maaf setulus-tulusnya, kalau bisa meminta Syl untuk kembali padanya.

"Yuk, makan dulu... Kalau masih mau ngobrol nanti lagi."

Syl mengangguk dan mengikuti Arga mengambil sate madura kemudian menjauh dari kerumunan.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang