Untuk pertama kalinya Arga dan Syl 'kencan' setelah sepakat pada perjodohan abal-abal yang Bagas lakukan. Wajah Syl sedikit murung sejak Arga jemput tadi. Ia jadi meragukan ucapan Bagas mengenai persetujuan perempuan ini. Jangan-jangan Bagas memaksanya?
"Kenapa mukanya kaya gitu? Lo nggak suka gue ajak jalan?" Tanya Arga yang pada akhirnya memecah gelembung keheningan. Ia sedang fokus menyetir, tapi matanya sesekali melirik Syl di setiap kesempatan.
"Gue lagi nggak mood karena Indra tadi datang ke toko."
Kini Arga paham.
"Beli makan di jalan aja mau? Kita bungkus trus ke apartemen gue." Syl mengerutkan kening dan menatapnya penuh curiga, "Gue nggak bakal ngapa-ngapain lo," imbuhnya karena merasa kalimatnya aneh.
Kencan pertama, tapi udah ngajakin cewek ke apartemen? Sebenarnya Arga nggak sungguh-sungguh mengajak Syl ke apartemennya, tapi rooftop gedung apartemennya memiliki pemandangan malam yang lumayan.
"Boleh deh."
Syl juga nggak punya rencana untuk malam ini. Yang berseliweran di kepalanya cuma ekspresi wajah Indra yang kelihatan sekali merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Waktu sudah berlalu, penyesalan Indra terlalu terlambat dan Syl nggak berminat untuk menoleh ke belakang walaupun hatinya masih tertinggal disana.
Arga mampir ke salah satu minimarket untuk membeli cemilan juga minuman. Ia belum menemukan ide untuk membeli makanan apa yang cocok untuk perempuan yang menunggu didalam mobil itu.
Setahunya, Syl nggak pilih-pilih makanan, dia cuma menghindari makanan laut karena alergi. Tapi masa iya kencan pertama mau di makan pecel lele?
Arga kehabisan ide, ia memilih untuk bertanya saja nanti. Semoga jawabannya bukan terserah.
Ia kembali ke mobil membawa satu kantong cemilan juga minuman, Syl tampak asik berselancar di dunia maya.
"Lo lagi pengen makan apa?"
"Taichan?" Syl menunjukkan konten salah food vlogger yang kebetulan muncul di reels Instagram-nya. Ia mendadak ngiler membayangkan makanan itu karena sudah lama sekali tidak menyantapnya.
"Pesen online aja nggak papa? Supaya kita nggak usah nunggu."
"Deal."
***
Sampainya Arga di gedung apartemennya bebarengan dengan taichan pesanan mereka datang.
Ia langsung mengajak Syl untuk naik ke rooftop yang sejujurnya nggak dibuka untuk semua penghuni gedung apartemen ini. Arga kebetulan salah satu yang diberi akses naik kesana.
Angin malam yang cukup kencang menyambut mereka, rambut Syl yang tergerai langsung berantakan.
"Lumayan kan?" Tanya Arga.
Syl mengangguk kecil, "Sering nongkrong disini?" Tanya Syl seraya mengambil posisi duduk disalah satu bangku yang ada disana. Tempat ini sepi, hanya ada sepasang kekasih yang duduk agak jauh dari mereka.
"Nggak terlalu, cuma kalau lagi agak pusing aja."
"Kerjaan banyak ya, Bang?" Syl membuka kotak sate taichan yang dia pesan lewat hape milik Arga dan langsung melahapnya tanpa malu.
"Lumayan lah, ngurus bisnis sendiri enggak mudah. Lo pasti tau lah."
"Kalau lagi naik mah happy, tapi kalau lagi turun, beuhhh pusingnya ampun deh," keluh Syl yang mulai melupakan kedatangan Indra ke toko siang ini.
"Ya, namanya juga usaha sendiri. Kalau nggak kuat sama naik turunnya pemasukan bahkan kadang rugi, mending jadi karyawan aja nggak sih?"
"Kaya bang Bagas tuh, betah banget jadi karyawan."
"Dia mah statusnya doang karyawan, tapi duitnya mah nggak beda jauh."
Arga mengakui kalau Bagas hebat karena sudah bertahan belasan tahun di tempat yang sama dengan segala konflik yang sering dihadapinya. Ia juga dulu pernah mencoba bekerja sebagai karyawan, tapi memang sepertinya jalannya bukan disana.
"Iya juga sih."
Mood Syl tampak semakin membaik seiring dengan desisan kecil karena makan sambal terlalu banyak. Mungkin kebanyakan perempuan seperti itu, menjadikan makanan pedas sebagai mood booster, obat galau.
Obrolan makin mengalir, lebih banyak mengenai bisnis karena keduanya memilih jalan yang sama. Syl yang bisa dikatakan baru dalam dunia bisnis tentu banyak belajar dari Arga yang sudah lebih dulu bergelut di bidangnya.
"Kalau mau join, kabarin aja... Nanti gue pertimbangkan." Arga mengedipkan sebelah matanya pada Syl dan disambut tawa renyah oleh wanita itu.
Arga seperti melihat Syl yang dulu, saat pertama kali mereka kenal dan wajahnya selalu ceria, bukan wajah murung yang dia temui beberapa waktu yang lalu.
"Lo cakep banget malam ini," pujian itu sontak membuat Syl terdiam, pipinya bersemu dan matanya bergerak menghindari tatapan Arga yang bikin salah tingkah.
Astaga... Beberapa menit yang lalu dia bahkan masih galau karena mantan kekasih yang tiba-tiba muncul kembali. Tapi kini dia malah dibuat salah tingkah oleh laki-laki yang disodorkan oleh abangnya sendiri.
"Nggak jelas lo, Bang!" Seru Syl yang sedikit malu.
"Ngomong-ngomong, kenapa lo putus sama Indra?" Pertanyaan ini tentu membuat wajah Syl kembali murung, Arga jadi merasa bersalah sudah mengingatkan Syl kembali pada kisah cintanya yang baru saja kandas.
"Eh, sorry... Gue nggak bermaksud ngungkit masalah lo. Lupain aja pertanyaan gue."
Arga mengambil dua tusuk taichan dan memakannya dalam satu kali suapan.
"Gue curhat boleh nggak sih, Bang?" Tanya Syl.
"Boleh lah, curhat aja... Gue nggak akan kasih tau siapapun termasuk Bagas." Dengan gerakan mengunci mulut yang Arga lakukan, Syl tersenyum simpul dan sedikit lebih santai.
"Gue putus sama Indra minggu lalu, waktu lo jemput malam itu." Arga mengangguk paham, dia juga sudah mengetahuinya lewat Bagas.
"Gue yang mutusin, tapi gue yang galau." Tawa miris yang lolos dari bibir Syl membuat Arga yang sedang mengunyah langsung terdiam. Kalimat Syl mengingatkannya pada kejadian tahun lalu.
"Kenapa lo yang galau?"
"Ya... Enam tahun gue sia-sia gitu aja. Kami susah payah sampai di titik ini, tapi akhirnya gue yang nggak bisa bertahan."
Enam tahun memang bukan waktu yang sebentar, Arga paham akan hal itu. Galaunya Sylviana juga bukan tanpa alasan. Lelaki yang sudah menjadi sandarannya selama ini tiba-tiba menghilang, tiba-tiba bukan miliknya lagi. Rasa kehilangan itu jelas ada. Arga sangat paham.
"Kenapa lo putusin dia?" Tanya Arga. Ia nggak mendapatkan jawaban pertanyaan ini dari Bagas, jadi Arga memutuskan untuk menanyakannya langsung.
"Jadi, dia punya sahabat... Namanya Gina."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Romance"Gue harusnya lamar Syl begitu gue yakin kami bersama, bukannya dengerin Ibu untuk ngejar karir dulu, bukannya mentingin lo diatas kebersamaan kami. Atau gue harusnya berjuang begitu malam itu dia minta putus, bukannya ngurusin kerjaan yang nggak ak...