20. Nasib Boo

917 172 6
                                    

Arga dan Syl mengantar keluarga perempuan itu untuk cek out dari hotel yang mereka tempati semalam. Selby sudah tidur, dan ini waktu yang tepat membawanya pulang.

Sejak bertemu Syl saat sarapan, gadis kecil itu sama sekali nggak mau lepas, bahkan main dikamar Arga dan Syl setelah mereka sarapan. Perempuan itu sangat telaten mengurus keponakannya, dan sama sekali nggak keberatan saat Selby nggak sengaja menumpahkan susunya diatas ranjang.

"Udah cocok banget jadi ibu."

"Emang, udah mau tiga puluh..." Syl nggak terlalu menanggapi ucapan Arga yang sejujurnya memiliki makna lain. Perempuan itu dengan santainya kembali ke kamar, meninggalkan Arga yang berjalan beberapa langkah dibelakangnya.

Sesampainya di kamar, Syl langsung membuka tabletnya, menonton drama korea yang sudah dinanti-nanti.

Arga duduk pasrah disamping Syl saat perempuan itu memaksa untuk menemaninya nonton drama korea pilihannya. Sejujurnya Arga lebih suka bekerja dari pada menghabiskan waktu untuk nonton berjam-jam seperti ini.

"Aku kerja ya?" Pinta Arga belasan menit yang lalu, tapi Syl malah menggerutu pelan.

"Aku ngantuk deh... Tidur ya?" Pinta Arga, ia sudah berkali-kali menguap. Tapi nggak mampu menolak permintaan Syl untuk menemani perempuan itu nonton.

"Ih!"

Arga akhirnya rebah diatas pangkuan istrinya. Syl mengenakan kaos longgar bergambar Donald duck berwarna Abu-abu. Kaos milik Syl terasa halus saat menyentuh kulit.

Tangan yang awalnya hanya bermain di keliman baju perempuan itu kini merambat ke perutnya yang sedikit membuncit. Kekenyangan kalau kata Syl.

"Nanti akan ada bayi disini."

"Iya sabar..."

"Bikin aja belum, gimana mau sabar."

"Abang!"

"Kenapa sih? Udah sah juga."

"Ya tapi kan malu!"

Arga tak mampu menahan tawanya. Wajah Syl kelihatan memerah dan salah tingkah yang nggak bisa ditutupi lagi.

"Malu-malu, kaya sama siapa aja."

Syl nggak menanggapi lagi. Ia malu dan geli karena tiba-tiba saja Arga memberikan kecupan basah diatas kulit perutnya. Sensasi geli itu nggak berhenti disana karena tangan Arga meraih punggung bawahnya.

Elusan kecil mulai terasa hingga membuat Syl menahan kepala Arga.

"Geli, Bang..."

Bukannya berhenti, Arga justru makin gencar bermain diatas kulit perut Syl yang halus. Tangan yang tadinya berada dipunggung kini bergeser ke depan untuk meraih payudara sekal yang masih tertutup bra.

"Are you ready?" Tanya Arga seraya beranjak dari posisinya. Di tengah ranjang kamar hotel yang luas mereka duduk berhadapan.

"Ready for what?"

"Untuk jadi milikku seutuhnya."

Syl tersenyum kecil dan mengangguk. Perempuan itu bangkit dan duduk diatas pangkuan Arga, kedua tangannya menyatu dibelakang leher pria yang telah tiga hari menjadi suaminya ini.

"Tapi masih siang, nggak papa?"

Pertanyaan konyol itu mendadak memecah suasana yang sudah susah payah Arga bangun. Tawa nggak bisa dia tahan, begitu juga dengan Syl yang ikut tertawa malu.

Syl memang sudah dewasa, tapi untuk urusan seperti ini, dia masih begitu polos.

"Aku beruntung banget bisa nikah sama kamu."

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang