"Mau masuk dulu atau langsung cabut, Bang?" Tanya Syl saat mereka sampai didepan toko. Arga sempat melihat toko yang cukup ramai pengunjung dan memilih menggeleng.
"Langsung cabut deh, gue harus ngecek warung dulu."
Warung katanya? Rasanya Syl ingin meledek Arga tapi nggak punya waktu karena toko sudah cukup ramai pengunjung.
"Oke, thank you udah nyempetin jemput gue."
"Sana masuk."
Syl memasuki toko dan melihat mobil Arga berlalu, ia nggak sempat basa basi menyapa karyawan seperti biasanya, Syl langsung mengambil celemek yang memang khusus dibuat dengan logo toko kue kecil miliknya dan melayani pelanggan dengan ramah.
Kebanyakan kue-kue basah yang ada di etalase adalah hasil kerja samanya dengan teman-teman yang memiliki bisnis kecil-kecilan, namun tentu harus melewati beberapa tahapan sampai kue-kue itu berada di etalase tokonya setiap pagi.
"Mbak Sylvi punya pacar?" Ibu-ibu yang sedang menggandeng balita ditangannya bertanya, Syl mengenali perempuan yang ia tafsir berusia lima puluhan ini sebagai pelanggan tetapnya.
"Belum, Bu," jawabnya seramah mungkin.
"Belum nikah kan? Mau sama anak saya nggak? Lumayan lah sekarang di kepolisian."
Masih dengan senyum ramah dan mengambilkan pesanan si ibu, Syl menjawab "Belum kepikiran untuk menikah, Bu."
Walaupun ingin segera menikah, jawaban itu adalah jawaban paling aman agar si ibu menyerah mempromosikan anak laki-lakinya pada Syl. Bukan sekali dua kali Syl mendapat pertanyaan serupa. Sebelumnya ia dengan mudah mengelak karena sudah punya pacar dan obrolan selesai begitu saja, tapi kali ini nggak bisa.
"Emang mbak Sylvi umur berapa?"
"Saya dua puluh tujuh, Bu."
"Ya udah cocok lah menikah, cocok juga sama anak saya, tahun ini dia baru dua puluh sembilan."
"Makasih bu atas penawarannya, tapi saya ingin membesarkan usaha saya dulu." Syl menyerahkan kue pesanan si ibu dengan ekspresi ramah yang masih bertahan di wajahnya, padahal hati sudah dongkol sekali.
"Yah... Ya udah deh, makasih Mbak."
"Sama-sama, Ibu... Semoga suka sama kue-nya."
***
"Emang lo udah nggak sama Mas Indra lagi, Mbak?" Tanya Evi, salah satu karyawan yang sedang istirahat bergantian dengan yang lain. Evi sepertinya mendengar jawaban Syl waktu menjawab pertanyaan si ibu kepo tadi pagi.
"Udah nggak, ada seminggu kali."
"Berarti kemarin pas dia kesini kalian udah bubaran?"
"Yap."
Evi menatap Syl prihatin. Semua karyawan Syl di toko jelas tau hubungan yang mereka jalin seberapa lama. Indra juga sepertinya sangat menyayangi Syl dilihat dari perlakuannya pada setiap kunjungan.
"Nggak usah natap gue gitu."
Evi tertawa kecil karena kepergok, "Trus yang tadi pagi nganter bukan Mas Indra dong?"
"Mana mungkin sih, Vi?"
"Gue turut berduka ya, Mbak."
"Lo doain Indra cepet mati?" Tanya Syl meledek.
"Kalau dia nyakitin lo, ya semoga aja..."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Storie d'amore"Gue harusnya lamar Syl begitu gue yakin kami bersama, bukannya dengerin Ibu untuk ngejar karir dulu, bukannya mentingin lo diatas kebersamaan kami. Atau gue harusnya berjuang begitu malam itu dia minta putus, bukannya ngurusin kerjaan yang nggak ak...