Syl membereskan kamar dan mengumpulkan barang-barang pemberian Indra. Satu kardus berukuran sedang sudah penuh baju dan boneka-boneka lucu pemberian Indra, sayang banget kalau dibuang, tapi demi menghalau nostalgia dadakan jika melihat barang-barang itu, Syl memilih merelakannya. Walaupun sejujurnya nggak ngaruh-ngaruh amat, tapi biarlah ini menjadi satu bukti kalau Syl tak lagi berharap pada hubungan mereka.
Syl memfoto sebagian barang yang sudah dikemas dan mengirimkan pesan pada Indra setelah membuka blokir yang telah dia lakukan sejak putus.
Barang dari kamu, mau kamu ambil balik atau aku buang aja?
Ia berharap Indra memblokir nomornya, atau nggak pernah membalas pesannya lagi. Tapi dalam hitungan detik bahkan centang abu-abu itu berubah biru. Dan Syl langsung mendapatkan balasan di menit berikutnya.
Bisa ketemu sebentar nggak?
Jawaban itu membuat Syl berasumsi kalau Indra ingin mengambil kembali barang-barang tersebut. Syl membalas dan mereka akhirnya janjian untuk ketemu besok siang, di cafe langganan saat mereka masih pacaran.
Hari ini ia full di rumah karena toko juga selalu tutup setiap hari minggu, kecuali jika ada pesanan untuk acara-acara. Itupun hanya berlaku untuk pemesanan jauh-jauh hari.
"Syl..." Suara ibu terdengar dari depan pintu.
"Ya, Bu?" Syl beranjak dan membukakan pintu yang masih terkunci sejak semalam. Mungkin ibunya mencari-cari karena sejak pagi Syl belum juga keluar kamar.
"Lagi ngapain? Biasanya juga kalau libur selalu ngerecokin ibu di dapur." Ibu memasuki kamar anak gadisnya, banyak barang bertebaran diatas ranjang.
"Lagi diberesin?"
"Lagi dipilihin, Bu... Mau dikembaliin ke Indra."
"Kenapa? Dia minta barangnya di balikin?"
"Enggak, Syl yang mau."
Ia kini beralih ke tas, hadiah ulang tahun tahun lalu. Tas kesayangannya, tapi Syl harus mengembalikannya.
"Ibu memang nggak suka cara Indra memperlakukan kamu, kalian udah enam tahun pacaran tapi Indra nggak juga ngajak kamu ke jenjang yang lebih serius. Tapi sedih juga karena endingnya kalian putus."
Syl sudah tidak mau bersedih lagi atas patah hatinya. Kejadian semalam semakin membuka matanya lebar-lebar.
"Udah lah, Bu."
"Sama Arga gimana?"
"Ya enggak gimana-gimana, Bu."
"Kalau mau serius, lebih baik di segerakan, Nak... Ibu nggak mau kamu masih sibuk nyari laki-laki dan berakhir kaya sama Indra."
Syl mengangguk pelan, "Lagi dicoba bu... Jangan buru-buru ya?"
***
Indra sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu. Ia sengaja datang lebih awal dan memesankan makanan kesukaan Syl jika mereka sedang nongkrong disini.
Nggak berselang lama Syl muncul mengenakan celana jeans putih dengan atasan kaos yang mencetak lekuk tubuhnya. Syl memiliki tubuh yang cantik walaupun nggak begitu tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Romansa"Gue harusnya lamar Syl begitu gue yakin kami bersama, bukannya dengerin Ibu untuk ngejar karir dulu, bukannya mentingin lo diatas kebersamaan kami. Atau gue harusnya berjuang begitu malam itu dia minta putus, bukannya ngurusin kerjaan yang nggak ak...