12. Syarat

907 171 12
                                    

Pagi ini Arga kembali menjemput Syl untuk pergi ke toko. Nggak butuh waktu lama hingga Syl muncul dengan pakaian santainya.

"Sarapan dulu, Yuk... Ibu kayanya udah kelar masak."

"Gue nunggu aja deh, nggak enak, semalam juga udah numpang makan disini."

"Udah deh..." Syl meraih pergelangan tangan Arga dan menyeret kecil laki-laki itu menuju dapur mungil rumah ibunya.

"Sini, sarapan dulu. Ibu nggak masak banyak."

Penerimaan dikeluarga ini kadang membuat Arga sedih tapi juga terharu. Dia tidak pernah memiliki sosok yang disebut keluarga selama ini. Apalagi sejak tampak sukses dengan bisnis yang digelutinya, orang-orang silih berganti datang karena ada maunya.

Tapi keluarga sahabatnya ini malah memperlakukan Arga seperti sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di rumah ini saat masa SMA, belasan tahun yang lalu. Nggak ada yang berubah.

Bahkan ketika Arga sempat absen beberapa tahun datang ke rumah ini, Ibu dari Bagas ini sama sekali tak berubah.

"Kenapa bengong? Mau diambilin?" Tanya Syl yang melihat Arga termenung di depan piring yang masih kosong.

"Eh, enggak usah."

Arga mengambil sedikit nasi dan sayur juga lauk yang ada. Dia nggak sarapan terlalu banyak karena sudah minum kopi sebelum datang menjemput Syl.

"Gimana Cafe-nya?" Tanya ibu pada Arga.

"Lancar, Bu... Alhamdulillah. Sekarang lagi coba-coba menu baru."

"Menu apa?"

"Ya paling cemilan, buat pendamping minum kopi aja, yang restoran masih fokus sama yang ada aja."

"Itu, coba Syl di ajak diskusi. Dia emang bukan yang bikin sendiri, tapi siapa tau Syl punya kenalan yang bisa kamu ajak kerja sama." Arga melirik pada perempuan yang sibuk makan di sampingnya.

"Boleh deh, nanti tanya-tanya."

Setelah sesi sarapan berakhir, Syl menyempatkan diri untuk membantu sang ibu mencuci piring yang nggak seberapa banyak, kemudian pamit pergi ke toko walaupun sudah agak kesiangan.

Jalanan sudah padat, bahkan mereka terjebak di jalan cukup lama.

Syl sedikit bosan karena macet yang nggak berkesudahan, ia menatap jalanan dan melihat anak kucing berada disamping mobil. Secara refleks dia melompat turun, disertai teriakan Arga karena ada motor yang bergerak cukup cepat dari arah depan.

"Syl!" Teriak Arga panik dan khawatir.

Perempuan itu menjerit kecil, omelan dari pengendara motor yang hampir menabrak Syl tak terhindarkan.

"Sorry, Bang... Sorry."

Arga langsung membawa Syl masuk kembali ke dalam mobil dan ia sendiri kembali ke balik kemudi.

"Lo ngapain sih kaya gitu? Kalau sampai ke tabrak gimana?" Omel Arga. Jantungnya masih berdegup kencang karena melihat aksi nekat perempuan disampingnya ini.

"Ini... Kasian kalau sampai ketabrak."

Arga menoleh, dia nggak sadar kalau Syl mendekap bayi kucing yang sepertinya baru lahir. Jadi ini alasan Syl lompat dari kursinya?

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang