19. Bahagia

842 155 7
                                    

Bukan cuma halaman panti yang disulap jadi tempat resepsi, tapi Ineke juga mengundang fotografer, catering lebih dari yang Arga rencanakan, dan cemilan untuk anak-anak yang ada disana. Untuk mendoakan pernikahan Arga dan Syl, ustadz setempat juga diundang untuk pengajian sederhana bersama warga sekitar.

Acara ini jauh-jauh lebih besar dari yang Arga bayangkan. Tapi dia sama sekali nggak keberatan.

Syl juga tampak bahagia dikelilingi orang-orang yang sebagian kecil jadi saksi hidup bagaimana Arga tumbuh. Itu cukup baginya.

"Gimana hari ini?" Tanya Arga sambil duduk disamping Syl. Perempuan itu sedang repot menggendong Selby yang nggak mau turun dari gendongan Syl.

"Capek, tapi seru... Anak-anak juga lucu."

"Sini Selby sama aku."

Syl mencoba menyerahkan Selby pada Arga, tapi gadis kecil ini menolak. Nggak seperti biasanya.

"Sama Gaga yuk, kasian Tity capek."

"Ndak ndak..."

"Udah biarin aja, toh aku juga duduk."

Arga mengusap pelan kepala Syl yang berbalut hijab warna hijau, serasi dengan gamis yang Syl gunakan.

"Jangan kecapek-an, kamu dari kemarin nggak ada istirahatnya."

"Ya nanti malem juga istirahat."

"Kata siapa?"

"Lah..."

Arga tertawa gemas melihat tingkah Syl yang sempat kebingungan bahkan sesaat tampak canggung melihatnya.

"Nggak usah dipikirin."

"Siapa yang mikirin!"

***

Arge mencium puncak kepala Syl sambil lalu, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Seharian ini mereka berada diluar ruangan dan tubuh terasa lengket karena keringat.

Syl telah menghabiskan waktu satu setengah jam dikamar mandi dan kini giliran Arga yang bebersih.

Ia nggak mau berlama-lama dikamar mandi karena ingin cepat tidur. Tadi Arga sempat terlelap sebelum dibangunkan Syl untuk mandi.

Pada cermin wastafel, Arga melihat tato kecil yang ada di dada kirinya. Sebuah tulisan latin yang berarti 'ingatlah bahwa kamu akan mati,' tato dengan tulisan ini cukup pasaran, tapi Arga sengaja membuatnya ketika ia sedang gila-gilaan membangun bisnis hingga tak mempedulikan diri sendiri.

Satu rahasia ini nggak pernah Syl tau, apakah perempuan itu akan mempermasalahkannya?

Ia segera menyelesaikan ritual mandinya, berhubung Arga nggak membawa baju, ia terpaksa keluar hanya mengenakan handuk yang ada.

"Baju kamu di ranjang." Syl sama sekali nggak menoleh, dia sedang sibuk menggunakan skincare, wajahnya sedikit memerah karena tadi siang wajahnya kepanasan dan nggak sempat touch up sun screen dan hanya menggunakannya pagi, sebelum di make up.

"Thanks."

Suara pintu terdengar tertutup.

Sejujurnya Syl gugup, kemarin malam ia masih bisa bernafas lega karena Arga tidak meminta hak-nya. Tapi mungkin malam ini laki-laki itu nggak menahannya lagi.

Syl bukannya takut, dia hanya bingung dan canggung. Semua perempuan yang akan melakukannya untuk pertama kali sepertinya merasakan hal yang sama.

Ia hanya bisa mengusahakan yang terbaik untuk kali pertama.

***

Malam berlalu dengan tenang, Arga hanya memeluk Syl semalaman dan ia bangun terlebih dulu pagi ini.

Kalau nggak ingat aja janji sarapan bersama dengan keluarga Syl, Arga ingin lebih lama bergelung diatas ranjang dengan suhu dingin yang nggak biasa Arga rasakan belakangan ini.

"Syl... Bangun yuk," bisik Arga bermalas-malasan. Tangannya memeluk Syl lebih erat demi mencari kehangatan. Bahkan tangannya meraba masuk kedalam baju tidur Syl agar tangannya terasa lebih hangat.

"Hem?"

"Sarapan sama keluarga kamu sebelum mereka balik ke Jakarta."

Mereka memilih nggak pergi jauh-jauh untuk honeymoon. Hanya Bogor dan mungkin hanya ke Bandung kalau masih punya tenaga nyetir kesana. Nggak ada perencanaan khusus untuk liburan ini.

"Iya... Ini kenapa tangan masuk-masuk ke dalam baju?" Bulu kuduk Syl meremang merasakan tangan besar Arga terasa merengkuh tubuhnya erat. Kulit punggung bagian bawah adalah salah satu tempat sensitif yang nggak pernah disentuh secara langsung oleh siapapun, dan Syl nggak menyangka sensasinya akan semenggelikan ini.

"Dingin..."

"Paling modus."

Suara tawa yang agak serak milik Arga bikin candu. Rasanya Syl ingin mendengarnya terus menerus.

Dalam bayangannya, pernikahan mereka akan menjadi pernikahan super canggung diawal-awal. Nggak akan ada pelukan atau ciuman selamat pagi. Walaupun belum ada ciuman selamat pagi, tapi pelukan ini membuat Syl merasa cukup.

Ia yang love language-nya physical touch, disentuh lebih banyak seperti ini tentu syl jadi gampang meleleh dan baper.

Sialan! Masa Syl jatuh cinta lebih dulu pada Arga? Di hari kedua mereka menikah? Yang benar saja!

Suara ponsel membuat Syl menoleh kearah meja nakas, sejak kemarin dia nggak banyak memainkan benda pipih itu. Banyak pesan yang masuk tapi belum sempat ia buka dan balas.

Syl mencoba meraih ponselnya, namun enggan beranjak dari dekapan Arga yang membuatnya nyaman.

"Aku aja..."

Arga bergerak meraih ponsel Syl. Agak sedikit jauh dari posisinya hingga ia harus sedikit mengangkat tubuh dan menahannya agar tidak menindih Syl yang kecil.

Posisi ini makin membuat Syl berdebar, astaga!

"Bagas, VC."

Arga menyerahkan ponsel yang terus berbunyi pada pemilik. Posisinya tak berubah, bahkan ia masih memeluk Syl dan membiarkan Bagas melihat kemesraan pengantin baru itu.

"Adik gue... Udah nggak suci lagi." Keluhan Bagas membawa gelak tawa Arga, sementara Syl cemberut. Bagas nggak tau aja kalau Syl masih bisa dikatakan 'suci' hingga pagi ini.

"Kenapa lo video call pagi-pagi?"

"Selby nyariin lo."

Bocah dua tahun itu merangkak saat mendengar suara tantenya tercinta. Wajah Selby mendadak memenuhi layar.

"Kenapa sayang?"

"Tity..."

"Iya..."

Arga rasanya ingin kembali terlelap mendengarkan celotehan Selby yang belum jelas, Syl dengan senang hati mendengarkannya celotehan.

"Aku ke toilet."

Syl mengangkat kepalanya agar Arga bisa menarik tangan yang sejak tadi dia jadikan bantal.

"Lo udah gituan sama Arga?"

Suara Bagas mendominasi speaker, tapi laki-laki itu nggak muncul dilayar ponselnya.

"Apaan sih lo! Masih nggak rela gue nikah?"

"Dikit."

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang