Ditengah perjalanan pulang, mereka mampir ke warung tenda untuk makan malam. Sejujurnya keduanya sudah makan sebelum pulang tadi, tapi Arga sedang ingin makan sate yang selalu dia beli kalau sedang berkunjung ke kota ini.
"Abang..."
"Iya, kenapa?"
"Lo sama Ariel, putus kenapa?" Tanya Syl yang masih penasaran. Jika Ariel tampak masih mengharapkan hubungan mereka, mungkin ada masalah yang belum terselesaikan dimasa lalu.
"Nggak dapet restu."
"Serius?"
"Orang tuanya Ariel nggak setuju 'orang kaya gue' pacaran bahkan nikah sama Ariel yang punya kehidupan sempurna."
"Orang kaya lo? Emang lo orang yang kaya gimana?" Syl nggak merasa Arga adalah laki-laki yang buruk. Pria dihadapannya ini memiliki masa depan yang baik menurutnya, Arga punya usaha sendiri, apartemen juga kata Bagas sudah jadi milik Arga sendiri. Setidaknya dua hal yang menjadi nilai penting sudah Arga dapatkan secara material. Dan selama mereka kenal, Arga nggak punya perangai buruk hingga harus menjadi pria yang perlu di coret dari daftar calon suami.
"Gue nggak tau orang tua gue siapa, Syl. Alasan mereka ninggalin gue dipanti apa, seperti apa sosok orang tua kandung gue pun nggak tau. Mereka nggak setuju anak perempuannya pacaran bahkan menikah sama gue."
Syl terkejut dengan kisah percintaan Arga yang menurutnya cukup menyakitkan. Siapa sih yang mau punya kehidupan seperti itu? Nggak ada! Nggak ada satupun orang yang mau dilahirkan dengan kondisi seperti yang Arga alami.
"Untung lo putus sama dia."
"Kenapa?"
"Lo udah sampai dititik ini susah payah, emang kenapa kalau lo tinggal dan tumbuh besar di panti? Emangnya lo mau!" Seru Syl dengan suara yang kecil agar tidak menarik perhatian orang lain. "Nggak ada orang yang mau punya kehidupan kaya yang lo alami, Bang. Mereka juga nggak berhak menilai lo kaya gitu."
Bukannya sedih, Arga justru tertawa kecil.
"Kenapa lo ketawa?" Tanya Syl yang sewot pada Arga. Sudah susah payah Syl membela laki-laki ini, eh dia malah ketawa seolah apa yang Syl katakan hanyalah sebuah lelucon."
"Gue terharu, bahagia juga. Gue kira lo nggak suka karena pagi tadi lo diam aja pas gue bilang mau ke panti dulu."
"Ya ampun, gue cuma ngantuk, Bang. Bukan nggak suka."
***
Pemandangan pagi ini agak berbeda, dalam kamar yang selalu Arga tiduri sendiri ada sosok Syl yang bergelung nyaman bersama Boo disampingnya. Semalam mereka pulang kemalaman karena ada kecelakaan di tol, sehingga perjalanan yang harusnya ditempuh maksimal tiga jam jadi enam jam. Melelahkan.
Arga sejujurnya tak keberatan kalau Syl absen mengunjungi Boo, pagi tadi juga ia sempat memberikan makanan lebih banyak dari biasanya agar kucing kecil itu tidak berisik. Tapi perempuan itu memaksa dan akhirnya ketiduran di apartemennya.
Ia sempat menelfon ibu, dapat nada yang kurang enak membuat Arga siap di maki nanti. Tak apa.
Apartemen miliknya hanya memiliki satu kamar, sehingga kamar dikuasai oleh Syl dan Boo, sementara Arga mengalah dengan tidur di sofa.
"Syl... Lo nggak ke toko?" Arga berusaha membangunkan perempuan itu karena waktu sudah cukup siang. Pukul delapan pagi. Biasanya Arga sudah dijalanan kalau jam segini, tapi berhubung ada Syl... Dia bisa sedikit bersantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
Romansa"Gue harusnya lamar Syl begitu gue yakin kami bersama, bukannya dengerin Ibu untuk ngejar karir dulu, bukannya mentingin lo diatas kebersamaan kami. Atau gue harusnya berjuang begitu malam itu dia minta putus, bukannya ngurusin kerjaan yang nggak ak...