EPILOG

1.1K 36 2
                                    

"Bu,berhentilah menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu,berhentilah menangis. Kami tidak pergi kalau ibu nangisnya begini," omel Brianna yang berdiri didepan pintu sambil memegang koper berwarna hitam miliknya. James datang dan mengambil kopernya untuk dibawa kedalam mobil. Lily terisak karena hari ini dia harus melepaskan dua anaknya sekaligus untuk pergi. 

Brianna harus pergi ke Jerman untuk mengikuti pelatihan khusus disana,sedangkan Andrew akan pergi ke Italia. Hal yang tersulit bagi Lily adalah mengucapkan kata perpisahan. Mungkin kata 'selamat tinggal' tidak akan masuk dalam daftar kata favorit siapapun,karena kata itu mampu menyakiti hati siapapun yang mengatakannya,termasuk Lily saat ini.

Andrew mendekat tanpa sepatah kata dan langsung memeluk ibunya erat. "Andrew sayang ibu,tunggu Andrew balik. Jadi ibu harus sehat dan tampak cantik seperti ini,mengerti?" Lily mengangguk dan mencium pipi putra kesayangannya berulang-ulang.

"Kalian berdua harus sering menelpon ibu. Dan ingat pesan ibu,mengerti?" ucap Lily terisak. Andrew dan Brianna mengangguk lalu berjalan menuju mobil,Tristan dan James sudah menunggu,siap untuk mengantar putra-putrinya ke bandara.

Brianna berhenti dan menoleh kebelakang,memperhatikan wajah merah ibunya lalu tersenyum melambaikan tangan. Brianna kembali berjalan dengan langkah pasti,berharap keputusannya akan merubah jalan dan tujuan hidupnya. Walau itu artinya,dia harus meninggalkan masa remajanya,keluarganya,sahabatnya dan masa lalunya.

"Kalian siap anak-anak?" ucap Tristan didepan kemudi. Brianna dan Andrew mengangguk,saling menatap dengan senyuman. Karena hari ini adalah hari terakhir mereka duduk bersama sebagai seorang kakak beradik. Tidak ada yang tahu kapan mereka akan bisa berkumpul lagi,tapi keduanya pergi dengan alasan masing-masing. 

Alasan kuat yang membuat mereka sanggup merelakan semuanya. 

Tristan dan James diam sepanjang perjalanan. James sesekali melirik kearah menantunya yang dengan jelas sedang berusaha menahan airmatanya agar terlihat tegar didepan anak-anaknya. Tristan meminta bantuan James untuk menemani Brianna di Jerman,setidaknya sampai Brianna benar-benar sudah siap dan mampu beradaptasi dengan situasi dinegara itu. Dan saat itu,untuk pertama kalinya James melihat pertahanan Tristan jatuh,dimana ia menangis seperti anak kecil. Tristan sangat menyayangi anak-anaknya,dan sangat berat baginya untuk melepaskan mereka diusia yang sangat muda seperti ini.

Tapi sekarang,Tristan kembali dengan pertahanannya. Didepan anak-anaknya,dia harus kuat dan tegar,itulah satu-satunya cara agar Andrew dan Brianna bisa percaya padanya. Percaya bahwa ayah mereka tidak akan melemah dan mampu melindungi mereka kapan saja mereka membutuhkannya.

Setelah tiba dibandara,Tristan turun dan membawakan barang-barang mereka tanpa ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Tristan kali ini tidak memfasilitasi anak-anaknya dengan pesawat pribadi,karena itu adalah permintaan mereka. Jadi saat ini,Tristan berdiri didepan boarding room,siap mengucapkan selamat tinggal.

"Ayah...," Brianna mendekati ayahnya dan memeluknya seperti saat ia masih kecil. Mata Tristan berkaca,sepintas kenangan Brianna saat berumur 2 tahun melintas didepan matanya. Tristan masih ingat dengan jelas suara lembut putri kecilnya yang selalu tertawa,dan meminta pelukan ayahnya. 

INNOCENT PLAYBOY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang