18. PENGAKUAN.

153 41 265
                                    

"ekhem, asik banget belanjanya!" Ucap Karin tiba-tiba dibelakang Husain dan Annisa.

Husain dan Annisa pun refleks menoleh ke sumber suara, Husain terkejut melihat Karin ada di bekangnya, apa yang harus ia jelaskan nanti.

"I-ini gak kaya yang kamu liat sayang," Husain melepas pegangan Annisa pada lengannya, namun Annisa terus saja menggandeng lengan Husain.

"Aku harus percaya gitu?" Karin memicingkan matanya dan melihat sinis kearah Annisa.

"Sayang ini-" Husain harus membujuk Karin kali ini agar rumah tangga nya tetap harmonis tetapi kejadian tak di duga terjadi.

PLAK.

Karin menampar Annisa dengan kuat dan Annisa pun memegang pipinya yang kemerahan akibat tamparan Karin, ia tak terima bahwa Karin mempermalukan dirinya di  depan umum.

Namun saat Annisa melayangkan tangannya Husain dengan sigap menahan lengan Annisa.

"Sen, kamu apa-apa an sih! Liat pipi aku merah di tampar istri kamu!" Annisa tak terima karena kali ini Husain tak membelanya seperti biasa namun Annisa punya cara tersendiri untuk membuat Husain menurut padanya.

"Udah cukup! Jangan berani sentuh istri gue!" Tegas Husain, siapapun tidak boleh ada yang menyakiti gadisnya itu.

"Haha rasain gak dibelain kan Lo, liat pake mata Lo Husain udah pake cincin dan itu tandanya Husain udah milik gue. Ngerti gak Lo?! Kalau gak ngerti berarti Lo gak punya otak!" Karina tersenyum sermirk dan meletakan kedua tangannya di dada.

"Lagian Lo juga gak cinta kan sama Husain?! Buat apa Lo pertahanin pernikahan tanpa cinta hah? Lo cuma perempuan munafik yang cinta sama sahabat suaminya!" Annisa membalas perkataan Karin, Karin pun bingung darimana ia tahu semua tentang Husain dan Karin.

"Siapa bilang? Siapa bilang gue gak cinta sama suami gue? Kalau gak cinta ngapain gue marah ke Lo hah?!"

"Hahaha, Lo masih gamau ngaku? Lo cuman manfaatin Husain untuk manas-manasin Rian kan?"

"BIAR GUE TEGASIN YA! GUE CINTA SAMA HUSAIN FERNANDEZ SUAMI GUE! GUE SAYANG SAMA DIA DAN GUE LAGI PROGRAM HAMIL, JADI LO GAK USAH BERHARAP LEBIH JALANG!" Karin meninggikan suaranya, cukup sudah Karin bersabar selama ini.

"Buktinya apa kalau Lo cinta sama Husain hah? Gue tau Lo cuma manfaatin Husain karena Husain itu orang kaya dan lebih dari Lo!"

"Hah apa Lo bilang MANFAATIN? Gak salah denger gue? Sorry keluarga gue juga udah kaya tujuh turunan!" Kata Karin menyombongkan sedikit keluarganya

Husain tak berniat melerai pertengkaran mereka berdua, satu fakta yang Husain temukan bahwa istrinya kini telah mencintai dirinya, ada rasa senang tersendiri di dalam hati Husain.

"Kamu gak ada niatan batalin kerjasama berkedok modus itu Cen?" Tanya Karin sembari memainkan kedua jarinya seperti pis saat menyebut kerjasama berkedok modus itu.

"Hah?" Husain tersentak saat Karin bertanya itu.

Tatapan Karin, Meitia dan Annisa kini tertuju pada Husain dan empunya malah menggaruk belakang kepala yang tak gatal.

"Apa sih yang engga buat istri aku," Husain mencubit hidung Karin saking gemasnya.

"Annisa kerjasama kita, gue batalin!" Tegas Husain yang langsung membuat Annisa shock.

"Tapi Sen? Kamu pasti akan rugi, please ini bukan tentang perasaan aku aja kok Sen serius." Annisa kini berharap Husain menarik kata-katanya barusan.

"Kalau istri gue yang minta, gue gak bisa bantah," ucap Husain.

Waiting For You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang