17. MALL

66 14 68
                                    

Namun saat Husain hendak mencium leher gadis itu, Husain tersadar bahwa parfum yang kali ini ia hirup beda dengan parfum milik Karin.

Husain mendorong kuat Annisa hingga tersungkur, dan Annisa memegang pundaknya yang terasa sakit.

"Anjing, Lo kasih apaan ke kopi itu?" Tanya Husain dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan.

"Sayang, nikmati aja bisa kan?" Annisa kembali membelai Husain dengan sedikit melonggarkan bajunya.

"Dasar perempuan jalang, gak sudi gue, Lo jadi perempuan punya harga diri gak sih?!" Husain membentak Annisa yang saat ini wajahnya terlihat terkejut.

"Cen, kamu bilang apa tadi?"

"MURAHAN, LO MURAHAN!" Tegas Husain.

Husain keluar dari ruangan itu dan membanting pintu ruangannya, Annisa yang melihat itu dibuat shock pasalnya Husain tak pernah semarah ini.

"Arghhh apa yang harus gue bilang sama Karin? Gimana kalau Karin tau? Rin percaya deh, gue gak maksud kaya gitu." Husain meneteskan air matanya sembari melihat foto Karin yang ada di mobilnya.

Bekerja sama dengan Annisa membuatnya sangat frustasi, lihat saja baru beberapa bulan Annisa sudah bertindak di luar batas.

Tapi mau bagaimana pun Husain harus melaksanakan bisnis ini, kalau pun ia harus membatalkan maka harus ada gantinya.

"Gue butuh istri gue, mending gue pulang aja ke rumah." Husain melajukan mobilnya dan berharap bahwa istrinya itu ada dirumah.

"Ah iya, pasti Karin masih di rumah sakit sama Nayla, yaudah mending gue kesana aja susulin mereka sekalian bawa makanan." Husain memutar balik mobil nya, padahal ia sudah setengah jalan tetapi untuk menemui istrinya ia akan melakukan apapun.

Kota Jakarta ini terkenal sangat macet dan sekarang Husain terjebak macet, padahal ia sudah ingin melihat sang istri yaitu Karina.

Belum lagi Husain terjebak di lampu merah, yang membuat nya semakin kesal.

Tiiid...tiidd ....tiiddd

Baru juga lampu merah berumah menjadi hijau suara klakson sudah terdengar sangat nyaring dan Husain buru-buru menancap gas menuju rumah sakit.

****

Akhirnya Husain sampai di rumah sakit dan memarkirkan mobilnya, ia membawa barang-barang dan makanan yang sudah ia beli.

Saat Husain sedang semangat berjalan tiba-tiba ada dokter yang menabraknya.

"Eh maaf dok," ucap Husain.

"Gapap- eh kak Husain." Kata dokter itu sembari menata buku yang ia bawa.

"Eh Mei, apa kabar?" Tanya Husain.

"Baik kak, kak Husain mau nengok siapa?"

"Temenku, tadi ada istri aku juga disini Mei." Husain dengan sengaja mengatakan bahwa ada istri nya disini.

Meitia tersenyum, karena dirinya sudah tahu bahwa Husain sudah menikah, pasti istrinya Husain sangat beruntung pikirnya.

"Oh iya Mei udah tau kok kak, selamat yaa maaf waktu itu Mei gak bisa datang." Sikap Meitia dan Annisa memang berbanding terbalik dimana adik lebih dewasa di banding kakak.

"Yaudah Mei, aku duluan yaa, semangat kerja nya Mei." Husain berjalan meninggalkan Meitia yang masih setia berdiri di tempatnya itu.

"Semoga kak Husain dan istrinya selalu diberkati kebahagiaan dan di jauhkan dari pelakor aamiin." Ucap Meitia yang melihat punggung Husain dari jauh.

Waiting For You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang